Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, Ni Made Ayu Marthini tengah melakukan putaran kedua perundingan Preferential Trade Agreement (IM-PTA) pada Kamis, (8/11), di, Maputo, Mozambique. Kepada RRI Word Service Voice Indonesia, Kamis ia mengatakan, perundingan ini merupakan tindak lanjut dari perundingan pertama yang telah berhasil diselesaikan pada Juni lalu. Ia mengharapkan pertemuan kedua ini dapat menyelesaikan isu-isu substantif dan pada akhir tahun dapat segera dimanfaatkan oleh pelaku usaha. Perjanjian ini akan menurunkan atau menghapuskan tarif bea masuk sejumlah produk yang menjadi kepentingan kedua negara.
“Kita memilihnya bukan FTA, Free Trade Agreement atau bukan CEPA, Comprehensive Economic Partneship Agreement. Tapi kita memilihnya PTA, Preferential Trade Agreement. Artinya hanya beberapa produk saja yang kita berikan preferential atau perlakuan istimewa. Kenapa? Untuk mempercepat, kemudian untuk realistik juga. Jadi kalau negaranya masih baru hubungannya begitu, tapi potensinya ada, kita lakukan seperti ini. Dengan Mozambik ini kita memutuskan 100 produk aja dulu. Tariff lines namanya. Jadi lebih cepat. Makanya setelah dua kali berunding udah keliatan ada ujung atau prospek baik lah untuk bisa selesai.”
Ni Made Marthini lebih lanjut menjelaskan, peningkatan akses pasar ke wilayah non-tradisional khususnya Afrika menjadi salah satu fokus kebijakan Presiden Jokowi dalam rangka mendorong ekspor nasional. Mozambik memiliki potensi pasar yang besar karena dapat dijadikan hub masuknya produk Indonesia ke kawasan Afrika khususnya kawasan Afrika bagian Selatan. Disana masih banyak potensi produk yang belum tergali dengan maksimal. Disamping itu negara ini menghasilkan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri di Indonesia. Menurutnya produk potensial Indonesia yang bisa diekspor ke Mozambik adalah CPO dan turunannya, Fatty Acid dan sabun. Menurutnya, ekspor sabun asal Indonesia sangat diminati di negara-negara Afrika. (voi/sekar/edit r)