Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend Selasa (4/12) mengatakan sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) belum cukup diakui untuk ekspor minyak kelapa sawit ke Eropa. Uni Eropa, menurut Vincent, tidak menetapkan standar khusus untuk minyak sawit. Namun, sebagai importir terbesar kedua minyak sawit Indonesia setelah India, Uni Eropa mendorong negara produsen untuk memberlakukan standar yang kredibel, kuat, dan dihargai oleh konsumen. Standar ISPO yang hanya diimplementasikan oleh 15 persen produsen minyak kelapa sawit di Indonesia belum dianggap standar umum dunia. Ia mengatakan sejumlah sertifikat minyak sawit yang diproduksi dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Diantaranya Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) memang lebih diakui secara global. Didirikan pada 2004, RSPO didesain untuk mempromosikan produksi dan konsumsi minyak sawit berkelanjutan untuk manusia, planet bumi, dan kemakmuran. Sebanyak 40 persen dari produsen minyak sawit dunia merupakan anggota RSPO. Antara