Pemerintah Indonesia menandatangani nota kesepahaman untuk pelatihan diplomat, Kamis, disela pertemuan BDF ke 11 di Nusa Dua Bali. Nota kesepahaman tersebut ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersama Menteri Luar Negeri Suriname Yldiz Deborah Pollack-Beighle. Kepada wartawan, Retno Marsudi mengatakan Indonesia menawarkan kerjasama tersebut mengingat Suriname baru memiliki lembaga yang secara khusus ditujukan bagi pelatihan diplomat. Sebelumnya Indonesia juga telah memberikan bantuan pendidikan terkait kurikulum yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga pelatihan diplomat.
“Dengan Suriname, tadi kita menandatangani perjanjian untuk pelatihan diplomat, jadi ini merupakan satu proyek yang sebenarnya kita sudah lakukan cukup lama dalam artian sebelumnya. Suriname belum memiliki lembaga untuk mendidik pada diplomatnya. Oleh karena itu saya mulai bicara dengan menteri luar negerinya yang dulu. Mereka tertarik untuk belajar pengembangan kurikulum dan sebagainya dan kita bantu pengembangan kurikulumnya. Dan oleh karena itu setelah institusi itu berdiri maka mereka minta agar dilakukan kerjasama untuk pelatihan para diplomat dengan pusat pelatihan diplomat yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.”
Lebih lanjut Retno Marsudi menyebut, bahwa dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Suriname dibahas tiga hal lain di luar nota kesepahaman bidang pelatihan diplomat. Ketiga hal tersebut yaitu permintaan Suriname agar Indonesia dapat mengembangkan investasi di bidang minyak kelapa sawit di Suriname. Selain kelapa sawit, Suriname juga berharap agar Indonesia juga dapat menanamkan investasinya di Suriname dalam bidang pembangunan infrastruktur. Kesempatan tersebut juga digunakan oleh Indonesia untuk mendapatkan dukungan dari Suriname untuk menjembatani kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Komunitas Karibia (CARICOM) dimana Suriname menjadi salah satu anggota. (Ndy)