Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kembali menggelar perayaan Hari Warisan Dunia yang jatuh pada tanggal 18 April 2019. Tema yang diangkat pada tahun ini adalah rural landscape atau lanskap perdesaan. Perayaan Hari Warisan Dunia akan berpusat di Bali pada 20-27 April 2019 dengan mengambil judul “Lanskap Budaya Provinsi Bali: Sistem Subak sebagai Perwujudan Filosofi Tri Hita Karana” atau yang biasa disebut dengan Sistem Subak. Hal tersebut disampaikan Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly kepada media di Jakarta, Senin (15/4).
“Tahun ini perayaan warisan dunia kami fokuskan di Bali, Denpasar dan sekitarnya dengan berbagai macam kegiatan-kegiatan. Khususnya juga mengapa di Bali, kami hadirkan juga anak-anak muda, generasi muda untuk melihat dari dekat Subak yang ada di Bali itu. Jadi tadi saya sudah sedikit menyinggung Subak sebagai landskap Desa, kawasan Desa. Lanskap pedesaan itu meliputi Pura Ulum, dan juga Danau Batur di Kabupaten Bangli, kemudian landskap Subak dan pura Subak di sepanjang daerah aliran sungai Pakerisan dan kabupaten di Kabupaten Gianyar dan juga kawasan Caturangga Batukaru di Kabupaten Tabanan dan Buleleng dan pura Taman Ayun di Kabupaten Barru.”
Lebih lanjut Nadjamuddin Ramly mengatakan, tujuan Hari Warisan Dunia ini adalah untuk mendorong umat manusia di seluruh dunia, baik kelompok masyarakat maupun perorangan, untuk menyadari pentingnya Warisan Budaya terhadap kehidupan, identitas, dan komunitas mereka. Saat ini Indonesia memiliki empat situs warisan dunia yaitu kawasan Candi Borobudur, kawasan Candi Prambanan, Situs manusia Purba di Sangiran, dan Sistem Subak di Bali. (VOI/AHM/edit r)