Pelangi Nada edisi kali ini, akan menghadirkanlagu-lagu dari grup band Naif.
Demikian lagu “Benci Untuk Mencinta” dari Naif. Grup band yang dibentuk sejak tahun 1995 ini beranggotakan David (vokal), Emil (bass, keyboard, vokal), Jarwo (gitar, vokal), Pepeng (drum, perkusi, vokal) dan Chandra (keyboard, piano, synthesizers). Namun, Chandra mengundurkan diri pada tahun 2003.
Grup Band Naif sudah lama menghiasi dunia musik Indonesia. Karya-karya mereka selalu dinanti oleh penikmat musik Indonesia. Grup band yang terkenal dengan ciri khas lagunya yang terdengar sangat sederhana, namun tetap berisi dan terasa harmonis ini hingga sekarang tetap konsisten dengan ciri khasnya tersebut. Pendengar, selanjutnya hadir lagu lainnya dari Naif, berjudul “7 Bidadari”. Selamat mendengarkan......
pada 22 Oktober 2017 lalu, Naif merilis album bertajuk "7 Bidadari". Album ini dirilis tepat saat hari ulang tahun Naif yang ke-22. Album yang berisi 10 lagu ini, salah satu singlenya berjudul “7 Bidadari” . Singel lagu 7 Bidadari ini dirasa cukup untuk merepresentasikan materi album.
Lagu ini terinspirasi dari sebuah cerita rakyat yang tersohor yaitu Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. Cerita rakyat ini lah yang menjadi gambar dari sampul album "7 Bidadari". Sampul album tersebut dikerjakan oleh seniman asal Amerika Serikat, Glenn Wolk, yang pernah mendesain artwork untuk band kenamaan dunia seperti The Beatles dan The Rolling Stones. Pendengar, berikutnya saya hadirkan lagu berjudul “Berubah”.
lagu “Berubah” merupakan salah satu lagu yang termasuk dalam album “7 Bidadari”. Lagu yang dipilih sebagai single kedua ini, David Bayu sebagai pencipta lagu, bercerita bahwa tema yang diangkat adalah tentang keinginan seseorang untuk berubah ke arah yang lebih baik. “Berubah” merupakan pengalaman pribadinya dan ditulis tahun 2003 saat awal-awal pernikahannya. Musik bernuansa ballad ini makin kaya oleh sentuhan instrumentasi strings. Sedangkan video klipnya disutradarai oleh Teuku Adifitrian atau yang biasa dikenal dengan nama Tompi, seorang dokter bedah dan juga penyanyi di Indonesia.
Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Museum Brawijaya. 5 Oktober merupakan Hari lahir Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang terdiri dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan laut dan TNI Angkatan Udara. Tahun ini TNI merayakan hari jadinya yang ke-73. Peringatan hari ulang tahun ke-73 TNI akan dilakukan di setiap ujung Indonesia. Yaitu, di setiap kota dari Sabang hingga Merauke. TNI akan melaksanakan upacara di setiap kotama (komando utama). Sedang Puncak acaranya digelar di Merauke, Papua. Serangkaian kegiatan sejak jauh hari sudah digelar di berbagai daerah, seperti kegiatan bakti sosial, pameran alat sistem utama pertahanan (Alutsista), ziarah pahlawan, Panglima TNI Awards untuk karya jurnalistik dan lain sebagainya.Dalam rangka Ulang Tahun TNI Ke-73, kali ini, kami ajak anda berkunjung ke Museum Brawijaya di Jawa Timur, untuk melihat benda-benda bersejarah yang digunakan TNI untuk berperang melawan penjajah.Museum Brawijaya dibangun sejak tahun 1976 dan diresmikan 4 Mei 1968. Di Museum seluas 10.500 meter pesergi ini terdapat banyak peninggalan sejarah kemerdekaan RI, terutama pada masa agresi militer Belanda. Namun koleksinya bukan hanya yang digunakan untuk bertempur di Malang, namun juga di daerah sekitarnya seperti Surabaya dan Bondowoso. Museum ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 14.30 WIB. Namun khusus untuk Jumat tutup pukul 11.30 dan pada Sabtu dan Minggu tutup pada pukul 13.00 WIB.Masuk ke halaman Museum, anda akan tiba pada taman senjata (Agne Yastra Loka) yang berada di area depan museum. Di dalam taman senjata terdapat koleksi benda-benda sejarah antara lain tank AMP-TRACK yang digunakan 35 pejuang Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) untuk bertempur pada 31 Juli 1947, sejata api hasil rampasan dari penjajah, meriam, dan juga patung Jenderal Sudirman. Masuk ke lobi museum, ada 3 koleksi sejarah yang bisa anda lihat, yaitu relief penugasan pasukan Brawijaya, relief kekuasaan kerjaan Majapahit dan lambang-lambang kesatuan negara Indonesia. Masuk ke ruang koleksi utama ada berbagai koleksi yang menarik. Di antaranya mobil De Soto USA yang digunakan sebagai mobil dinas Kolonel Soengkono saat menjabat sebagai Panglima Divisi Brawijaya, berbagai senjata, samurai, meja kursi yang digunakan untuk perundingan gencatan senjata antara TKR (tentara Keamanan Rakyat) dan sekutu pada 29 Oktober 1945. Selain itu ada pula lukisan yang menggambarkan terbunuhnya Mallaby dan pertempuran 10 November 1945, peta pendudukan Belanda saat agresi militer tahun 1948, seragam tentara Indonesia, mata uang yang pernah beredar pada masa revolusi, radio dan alat komunikasi saat perjuangan, merpati pos, juga catatan peristiwa masa itu yang direkam oleh koran lokal, seperti Bhirawa. dari banyaknya koleksi sejarah Museum Brawijaya, Gerbong Maut merupakan koleksi sejarah yang menjadi daya tarik utama Museum ini. Kisah gerbong maut terjadi tahun 1947 di mana saat itu masih terjadi agresi militer Belanda. Ada banyak gerilyawan dan tentara yang berupaya mempertahankan kemerdekaan. Salah satu perlawanan tersebut terjadi di Bondowoso. Pada saat itu, para pejuang ditangkapi dan dipenjara. Karena jumlah tahanan tidak dapat ditampung lagi di penjara Bondowoso, maka 100 tahanan yang dianggap paling berbahaya pun dipindahkan ke penjara Bubutan Surabaya pada 23 November 1947. Ada tiga gerbong kereta, GR5769 dan GR4416 dan GR10152 yang mengangkut para tahanan. Oleh karena tidak adanya makanan minuman, serta ruang bernafas, sebagian besar tahanan pun lemas setelah mengalami perjalanan belasan jam menuju penjara bubutan. Mereka berdesakan, dan terpanggang oleh panasnya gerbong. 46 tahanan pun tewas mengenaskan, korban terbesar di gerbong GR10152 yang tidak memiliki ventilasi udara sama sekali.
Tanggal 5 Oktober diperingati sebagai hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia-TNI. Pada 5 Oktober 2018 ini, TNI Republik Indonesia memasuki usia ke 73 tahun. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan peringatan hari ulang tahun ke-73 TNI dilakukan di setiap kota dari Sabang hingga Merauke. Di Jakarta, pameran alat utama sistem persenjataan atau Alutsista milik TNI dilakukan di Monumen Nasional-Monas, Jakarta. Pameran digelar mulai Kamis hingga Sabtu, 27 hingga 29 September 2018. Alutsista yang dipamerkan diantaranya adalah tank anoa, komodo dan leopard. Setiap tahunnya, pameran alutsista di Monas menarik perhatian masyarakat yang ingin melihat langsung atau berswa foto dengan alutsista.
Tidak hanya di Jakarta, Pada Hari Ulang Tahun (HUT) TNI ke 73, dan Kodam IV/ Diponegoro akan diselenggarakan pameran alutsista di Landasan Udara TNI Angkatan Darat Ahmad Yani Semarang. Kepala Penerangan Daerah Militer IV/ Diponegoro, Kolonel Arh Zaenudin mengatakan kegiatan tersebut dilaksanakan pada 5 hingga 7 Oktober 2018. Pembukaan pameran dilaksanakan usai upacara di Lanumad Ahmad Yani pada 5 Oktober. Pada pameran ditampilkan alutsista dari Angkatan Darat, Laut, dan Udara dimana helikopter Apache akan menjadi sorotan utama. Pada acara tersebut juga akan menampilkan peragaan bela diri TNI Yong Moo Do, tarian, dan pentas seni.
Memperingati HUT TNI ke-73, TNI mengadakan The Indonesian National Armed Forces International Marthon 2018 yang akan digelar di Pantai Kuta, The Mandalika, Bali. Lomba lari yang akan digelar pada 23 september 2018 ini berhadiah total Rp 10 miliar. Di Palembang, Pawai bendera pusaka merah putih diarak keliling kota pada Sabtu 29 September 2018. Arak-arakan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Pawai Bendera atau Flag Relay menyambut HUT TNI. Rangkaian flag relay dilaksanakan secara estafet melibatkan personel TNI-Polri dan elemen masyarakat. Setelah Palembang, pawai akan melewati sejumlah kota besar lainnya, seperti Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, Manado, Kupang, Ambon, Sorong dan berakhir di Merauke.
Edisi kali ini, akan menghadirkan lagu-lagu dari daerah Jawa Barat yang juga dikenal dengan sebutan tanah Sunda. Sebagian besar atau hampir seluruh masyarakat Jawa Barat menggunakan dan mengerti bahasa Sunda. Bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu – Sumbawa. Bahasa daerah ini digunakan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam lagu-lagunya. Untuk membuka kebersamaan kali ini, dengarkan sebuah lagu berjudul “Sagara Cinta” dibawakan oleh Tuti Maryati.
demikianlah sebuah lagu Sunda berjudul “Sagara Cinta”. Dalam bahasa Sunda Sagara Cinta bermakna Lautan Cinta. Walaupun berasal dari daerah Sulawesi Selatan, namun Tuti Maryati fasih berbahasa Sunda. Karena ia menghabiskan masa remajanya di kota Bandung, Jawa Barat. Tak hanya piawai membawakan lagu-lagu keroncong, Tuti juga dapat membawakan lagu-lagu berbahasa Sunda dengan baik. Karakter vocalnya yang merdu dan lembut sangat sesuai untuk membawakan lagu berbahasa Sunda. Selain aktif menyanyi di dalam negeri Tuti Maryati juga sering ikut misi kebudayaan ke berbagai negara untuk menyanyi.
selanjutnya kita dengarkan sebuah lagu berjudul “Midua Cinta”.Midua Cinta dalam bahasa Sunda berarti menduakan cinta. Lagu ini bercerita tentang seorang yang putus cinta. Rasa cinta dan sayang hilang dan sirna entah kemana. Cintanya sudah pergi, sang kekasih telah menduakan cintanya. Pendengar, selamat mendengarkan “Midua Cinta” dari Merry Andani
Merry Andani merupakan penyanyi Indonesia yang membawakan lagu-lagu bergenre dangdut. Wanita kelahiran Bandung, Jawa Barat ini mulai dikenal di dunia musik hiburan Indonesia melalui lagu berjudul “Dinding Pemisah” yang populer pada tahun 1990-an. Tidak heran jika Merry mampu membawakan lagu- lagu Sunda dengan baik.
selanjutnya kami ajak anda untuk dengarkan lagu berjudul “Bimbang” yang dibawakan oleh Tuti Maryati. Pelangi Nada edisi kali ini akan kita tutup dengan sebuah lagu berjudul “Neng Geulis” yang dibawakan oleh Vika.