Januar Ilham

Januar Ilham

07
January

07
June

Banyak karya sastra yang menampilkan cerita atau kisah yang memiliki nilai pendidikan moral yang tinggi. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat (Kurniawan, 2009). Di Indonesia salah satu karya sastra mahakarya yang sarat akan keindahan dan bermuatan nilai pendidikan yang baik adalah Gurindam 12 karya Raja Ali Haji. Karya ini dinamakan “Gurindam 12” karena karya sastra ini memang terdiri atas 12 bait. Isi gurindam dikategorikan sebagai syi’al irsyadi atau puisi ditaktik karena berisikan nasihat dan petunjuk hidup menurut syariat Islam (Sugiarto, 2015).

 

Tulisan asli karya sastra ini menggunakan huruf Arab. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1854 dalam majalah Tijdschift van het Bataviaash, Gurindam 12 diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher. Karya sastra kini telah menjadi karya klasik yang seyogyanya tetap dipelihara dan diapresiasi kandungan nilainya oleh seluruh lapisan masyarakat.

Karya fenomenal ini penuh dengan pesan moral lintas bangsa dan budaya yang nilai-nilai petuahnya bertahan sampai lintas generasi. Pesan moralnya yang abadi dapat disebut sejajar dengan mahakarya pujangga dunia semisal Shakespeare, Woody Guthrie, Elizabeth Bishop, dan Christhoper Marlowe, yang oleh Padgett (2000) disebut sebagai pujangga dengan karya-karya abadi sepanjang masa yang dapat terus dipelajari dan dikaji maknanya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Mujiyanto (2014) menandaskan Gurindam 12 merupakan karya sastra adiluhung seperti halnya ‘Serat Wedhatama’ dan ‘Wulang Reh’, karya G.P.H. Mangkunegara IV.

 

Di kepulauan Riau, khususnya di pulau Penyengat yang merupakan tempat lahir Gurindam 12, proses mewariskan karya berharga ini masih terus berlangsung mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.

 

 

Sebagai media arus utama, Voice of Indonesia turut andil dalam menyebarkan informasi pelestarian Karya Sasta Adiluhung ini baik di dalam negeri maupun luar negeri lewat satu produk dokumenter video yang dapat di akses lewat website maupun media sosial Voice of Indonesia.

 

Klik DISINI Untuk Menonton Video Tersebut.

 

Website : voinews. Id

Facebook : The Voice of Indonesia

Youtube  : VoI Official

Instagram : @voi_official

Twitter       : @voiindonesia

Tik Tok       : @voi_official

07
June

Banyak karya sastra yang menampilkan cerita atau kisah yang memiliki nilai pendidikan moral yang tinggi. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat (Kurniawan, 2009). Di Indonesia salah satu karya sastra mahakarya yang sarat akan keindahan dan bermuatan nilai pendidikan yang baik adalah Gurindam 12 karya Raja Ali Haji. Karya ini dinamakan “Gurindam 12” karena karya sastra ini memang terdiri atas 12 bait. Isi gurindam dikategorikan sebagai syi’al irsyadi atau puisi ditaktik karena berisikan nasihat dan petunjuk hidup menurut syariat Islam (Sugiarto, 2015).

 

Tulisan asli karya sastra ini menggunakan huruf Arab. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1854 dalam majalah Tijdschift van het Bataviaash, Gurindam 12 diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher. Karya sastra kini telah menjadi karya klasik yang seyogyanya tetap dipelihara dan diapresiasi kandungan nilainya oleh seluruh lapisan masyarakat.

Karya fenomenal ini penuh dengan pesan moral lintas bangsa dan budaya yang nilai-nilai petuahnya bertahan sampai lintas generasi. Pesan moralnya yang abadi dapat disebut sejajar dengan mahakarya pujangga dunia semisal Shakespeare, Woody Guthrie, Elizabeth Bishop, dan Christhoper Marlowe, yang oleh Padgett (2000) disebut sebagai pujangga dengan karya-karya abadi sepanjang masa yang dapat terus dipelajari dan dikaji maknanya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Mujiyanto (2014) menandaskan Gurindam 12 merupakan karya sastra adiluhung seperti halnya ‘Serat Wedhatama’ dan ‘Wulang Reh’, karya G.P.H. Mangkunegara IV.

 

Di kepulauan Riau, khususnya di pulau Penyengat yang merupakan tempat lahir Gurindam 12, proses mewariskan karya berharga ini masih terus berlangsung mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.

 

 

Sebagai media arus utama, Voice of Indonesia turut andil dalam menyebarkan informasi pelestarian Karya Sasta Adiluhung ini baik di dalam negeri maupun luar negeri lewat satu produk dokumenter video yang dapat di akses lewat website maupun media sosial Voice of Indonesia.

 

Klik DISINI Untuk Menonton Video Tersebut.

 

Website : voinews. Id

Facebook : The Voice of Indonesia

Youtube  : VoI Official

Instagram : @voi_official

Twitter       : @voiindonesia

Tik Tok       : @voi_official

19
June