Thursday, 30 August 2018 00:00

Silek Arts Festival 2018

Written by 
Rate this item
(1 Vote)

Silek merujuk pada seni beladari tradisional masyarakat Minangkabau di provinsi Sumatera Barat. Selain itu, 'silek' sendiri bisa dimaknai dalam arti luas. Bila di tempat lain kata silek lebih menekankan pada aspek bela diri, maka dalam bahasa Minangkabau dikenal pula kata Mancak atau Bungo Silek (bunga silat) yang memberi penekanan pada aspek seni dan keindahan. Dari hari ke hari seni tradisional ini semakin memudar. Karenanya, Untuk melestarikan dan menumbuhkembangkan Silek, pemerintah provinsi Sumatera Barat mengelar Silek Arts Festival 2018. Selain itu, Melalui gelaran Silek Arts Festival, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, memiliki akses terhadap pengetahuan tentang silek. 

 

Silek Art Festival (SAF) 2018 direncanakan berlangsung 7 September hingga 30 November 2018, di delapan kota dan kabupaten di Sumatera Barat, yakni Padang, Bukittinggi, Padangpanjang, Sawahlunto, Payakumbuh, Tanah Datar, Pesisir Selatan, dan Padang Pariaman.Silek Arts Festival 2018 akan dibuka di kota Padang dan diakhiri di kota Bukittinggi. Festival ini digelar diberbagai lokasi, seperti di perguruan, gelanggang tradisional, hingga gedung pertunjukkan modern.

Atraksi utamanya adalah Silek tradisional yang menampilkan berbagai gaya khs Minangkabau. Atraksi Silek dilengkapi dengan kehadiran para pendekar dari berbagai negara dan daerah di Indonesia. Atraksi Silek nantinya menonjolkan lanskap dan lingkungan alam setiap kota di Sumatera Barat. 

Silek Arts Festival juga dimeriahkan oleh penampilan parade seni serta pertunjukan teater, tari dan musik kontemporer. Festival ini pun akan disandingkan dengan seni pertunjukan dari daerah atau negara lain yang memiliki semangat yang sama, yakni eksplorasi atas tradisi seni bela diri (martial arts). Parade seni tersebut akan dilengkapi dengan materi showcase dan lokakarya sebagai upaya mendorong para pelaku seni pertunjukan agar terus menggali budaya silek serta menjadikannya untuk menciptakan seni pertunjukkan yang kontemporer.

 

Read 975 times Last modified on Thursday, 30 August 2018 13:45