Sunday, 02 September 2018 00:00

Sedekah Bumi Desa Cibuntu, Jawa Barat

Written by 
Rate this item
(1 Vote)

Indonesia memang terkenal dengan kesuburan tanahnya dan kekayaan alamnya. Dengan limpahan dan kekayaan yang didapat, sebagian masyarakat mensyukurinya dengan beragam upacara dan pesta adat. Salah satunya ada di wilayah Cirebon, Jawa Barat, tepatnya di desa Cibuntu. Desa yang terletak 30 Km dari pusat kota Cirebon ini, mempunyai sebuah tradisi untuk mengungkapkan rasa syukurnya, yaitu tradisi Sedekah Bumi.Acara sedekah bumi di Desa Cibuntu ini merupakan tradisi turun temurun dari leluhur masyarakat Desa Cibuntu. Acara hajat bumi di desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan ini sudah rutin digelar masyarakat ada sejak dahulu, kurang lebih pada tahun 1820.Sedekah bumi di desa Cibuntu ini digelar setahun sekali setiap menjelang musim tanam, yaitu pada saat menjelang musim hujan tiba, biasanya antara bulan September atau Oktober. Sedekah bumi menurut   masyarakat desa Cibuntu adalah bentuk syukur masyarakat Desa Cibuntu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang telah diperoleh. Sedekah bumi ini juga merupakan permohonan kepada Tuhan agar tanaman pertanian khususnya padi pada musim-musim tanam berikutnya akan menjadi lebih subur , dan hasil panen jauh lebih baik.   Selain itu sedekah bumi di Desa Cibuntu juga merupakan pelestarian budaya bangsa dan jati diri bangsa. Meskipun prosesi sedekah bumi ini sederhana, tetapi selalu meriah dan menarik banyak pengunjung. Bahkan beberapa tahun terakhir, sejumlah pejabat pemerintah kabupaten dan jajarannya turut menyaksikan gelar acara tradisi di desa yang berada tepat di kaki gunung Ceremai ini. Sebelum melakukan tradisi turun temurun ini, warga desa Cibuntu diwajibkan membersihkan mata air yang terletak di atas desa terlebih dahulu. Pembersihan mata air ini memiliki arti, bahwa segala kehidupan yang ada di bumi berasal dari air, oleh karena itu mereka diwajibkan menjaga keasrian serta kebersihan mata air, supaya bisa melanjutkan kehidupan dengan lebih baik. Setelah membersihkan mata air, sebagian warga kampung menyembelih seekor kambing, yang nantinya akan dimasak, sebagai sajian dalam pesta adat ini. Sedangkan warga lainnya membuat piring dari anyaman daun kelapa yang disebut takir. Masyarakat memanfaatkan semua yang telah disediakan oleh alam. Selain itu hal yang tidak boleh dilupakan dalam acara tradisi sedekah bumi , adalah keberadaan delman yang akan membawa kepala desa menuju lokasi acara.

Setelah semua warga berkumpul, dan kemudian membentuk barisan, maka dimulailah arak-arakan. Ratusan warga desa , tua muda berjalan beriringan , mengikuti delman yang ditumpangi oleh kepala desa, sesuai lantunan irama khas kesenian yang disebut kencring.   Mereka semua mengenakan pakaian adat sunda, yang perempuan memakai kain dan kebaya , sedangkan kaum prianya mengenakan baju koko, yaitu kemeja pria muslim. Di dalam arak-arakan itu juga ada sekelompok penari yang terdiri dari kaum remaja putri . Segalanya memang sudah dipersiapkan secara matang dan dengan gotong royong sesama warga desa. Mereka membawa sendiri makanan yang telah disiapkan sebelumnya, seperti aneka jenis lauk pauk hasil olahan rumahnya, nasi dan juga buah-buahan hasil tanaman sendiri. Dan uniknya semua ditempatkan di piring-piring yang terbuat dari daun pisang, yang kemudian piring-piring daun pisang yang berisi beragam makanan tradisional ini dimasukkan ke dalam tetenong , yaitu tempat besar seperti keranjang yang   terbuat dari anyaman bambu . Sesampai di tempat acara mereka secara bergantian meletakkan tetenong, yaitu tempat semacam rantang yang terbuat dari anyaman bambu yang berisi macam-macam makanan tradisional tersebut . Acara Sedekah bumi dimulai dengan pembacaan doa dan kata sambutan dari beberapa petinggi Desa Cibuntu. Kemudian Bupati Kuningan bersama kepala desa menyiramkan “air kahuripan” atau air kehidupan pada benih padi yang akan dipakai untuk menanam pada masa mendatang. Di puncak acara, masyarakat atau bahkan pengunjung tanpa memandang status sosial dan ekonomi, diperbolehkan memilih dan mengambil makanan dan saling bertukar masakan . Ini dimaksudkan agar seluruh masyarakat dapat saling mencicipi hasil bumi yang telah didapat.Setelah prosesi acara sedekah bumi selesai, para warga kembali ke rumah masing-masing sambil membawa tetenong yang berisi makanan yang sudah dibagi rata dengan sesama warga lainnya.


Read 1780 times Last modified on Tuesday, 04 September 2018 10:55