Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengembangkan produksi benih kerang laut jenis abalone atau Haliotis Squamata, yang bernilai ekonomi tinggi.
Seperti dilaporkan kantor berita Antara, peneliti Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan daerah Gondol, Provinsi Bali, Ibnu Rusdi menjelaskan, indukan awalnya diambil dari perairan Bali dan karakteristiknya serupa abalone Haliotis Diversicolor di perairan Taiwan.
Ibnu Rusdi menjelaskan, budi daya abalone dari hulu ke hilir memakan waktu sampai 1,5 tahun. Sedangkan jika dihitung dari ukuran benih 2,5 cm hingga ukuran konsumsi sekitar 5-6 cm, abalone baru bisa dipanen setelah delapan bulan pemeliharaan. Bali riset Gondol berusaha untuk memproduksi abalone dalam waktu yang jauh lebih singkat, namun tetap berkualitas.
Menurut Ibnu Rusdi, proyek budi daya kerang abalone yang dirintis para peneliti Balai Riset Gondol ini terbilang sukses. Mereka mampu mempercepat periode panen abalone dibandingkan menggunakan teknik pengembangbiakan secara alamiah.
Benih abalone hasil riset Balai di Gondol, pada awalnya diproduksi pada hatchery atau tempat penetasan skala rumah tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Dari riset tersebut, selama dua bulan periode pemeliharaan, dapat dihasilkan benih abalone dengan panjang cangkang 0,8 hingga 1,1 cm.
Pada pemeliharaan lanjutan atau pendederan, benih abalone dalam keranjang tertutup dengan sistem terapung selama 2,5 hingga 3 bulan, diperoleh benih abalone dengan panjang cangkang 2,5 hingga 3 cm. Melalui data tersebut, dapat diartikan bahwa budi daya abalone memiliki potensi yang tinggi.
Dalam penelitiannya, sedikitnya terdapat tiga keuntungan dari teknologi budi daya abalone yang digalakkan Bali Riset Gondol. Pertama, teknologi perbenihan abalone terbilang mudah dan sederhana untuk dilakukan oleh masyarakat pembudi daya dan dapat dilakukan sepanjang tahun.
Kedua, produksi benih abalone tergolong efisien, ekonomis, dan layak dikembangkan karena dapat diterapkan secara terintegrasi di hatchery skala rumah tangga ikan laut sebagai alternatif usaha tambahan tanpa harus beralih profesi.
Ketiga, teknologi budi daya abalone sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia atau disinfektan. Teknologi ini hanya menggunakan mikroalga dan makroalga jenis Gracillaria sp dan Ulva sp sebagai pakan pada proses produksi benih sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, cangkang abalone dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat perhiasan.