Pemerintah Indonesia telah menetapkan asumsi makro pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 berada di 5,3 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2019 sebesar 5,2 persen. Mampukah Indonesia mencapai target pertumbuhan sebesar itu?
Jika melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada lima tahun terakhir yang berada di kisaran 5 persen, perlu upaya ekstra keras untuk mencapai target pertumbuhan 5,3 persen. Pencapaian target pertumbuhan ekonomi 2019 semakin sulit dicapai di tengah situasi perang dagang antara Tiongkok dan Amerikat Serikat.
Salah satunya penyebab tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi pada lima tahun terakhir adalah bahwa konsumsi hanya tumbuh di kisaran 5 persen.
Jika ingin mencapai target pertumbuhan sebesar 5,2 persen pada 2019 ini, maka perlu melakukan strategi agar konsumsi bertumbuh tinggi. Salah satu upaya untuk meningkatkan konsumsi adalah membangun ekonomi digital dalam mendorong konsumsi domestik.
Kontribusi ekonomi digital pada tahun 2018 mencapai sekitar 8,5 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Jumlah tersebut naik 1,2 persen dibanding tahun 2017 yang kontribusinya hanya sebesar 7,3 persen terhadap PDB.
Prospek pertumbuhan ekonomi digital Indonesia ke depan dianggap cukup cerah dan bisa menjadi salah satu yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memberi perhatian besar terhadap pembangunan ekonomi digital.
Untuk membangun ekonomi digital dalam mendorong konsumsi domestik, pemerintah perlu mempercepat penyelesaian pembangunan infrastruktur internet. Saat ini, konektivitas jaringan internet di Indonesia sudah melebihi 90 persen. Namun, pemerintah masih punya pekerjaan rumah lain mengenai pemanfaatan koneksi internet tersebut secara efektif. Untuk itu, diperlukan literasi digital. Meski 50 persen dari total penduduk Indonesia telah menggunakan akses internet, indeks literasi digital Indonesia masih tergolong rendah.
Menurut data Skipper Developer yang dipublikasikan pada tahun 2019, pengguna internet Indonesia didominasi oleh kalangan laki-laki sebanyak 52,5 persen, sedangkan perempuan hanya 47,5 persen. Data tersebut juga menyebutkan bahwa 65 persen atau 86,3 juta pengguna internet berada di Pulau Jawa. Ini artinya bahwa ada kesenjangan digital antara Jawa dan Luar Jawa.