Konferensi tingkat tinggi 7 negara industri maju, G7, yang berlangsung di Biarritz (baca:bɪəˈrɪts), Perancis, menghasilkan kesepakatan bidang ekonomi, perdagangan dan politik internasional.
Di bidang perdagangan, G7 yang diikuti India dan Masyarakat Eropa memberikan perhatian pada perjanjian WTO. Khususnya mengenai perlindungan hak cipta, upaya mengatasi perselisihan secara lebih baik, serta praktik tidak fair dalam hubungan perdagangan. Kehadiran Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam KTT itu nampaknya tidak membicarakan praktik perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China. G7 juga memberikan perhatian terhadap isu reaktor dan senjata nuklir Iran. Secara politik, para pemimpin yang hadir dalam KTT G 7 di Perancis berpandangan sama mengenai larangan bagi Iran untuk memiliki dan mengembangkan reaktor dan senjata nuklir. Perdana Menteri Inggris yang baru Boris Johnson diberitakan menyatakan sikapnya mengenai Iran. Dalam jumpa persnya Boris Johnson tegas melarang Iran untuk menggunakan senjata nuklir. Sedangkan pemimpin Eropa lainnya cenderung menggunakan pendekatan yang lebih lunak. Sikap itu tentu berbeda dengan Amerika Serikat yang telah terlibat ketegangan dengan Teheran.
Yang juga menarik dari KTT G7 di Biarritz, Perancis kali ini adalah wacana untuk mengikut sertakan Rusia. Para pemimpin G7 berpandangan bahwa Rusia perlu diikut sertakan dalam G7.
Dari hasil hasil kesepakatan G7 di Perancis itu, rasanya dunia masih belum melihat hasil yang akan terasa dampaknya di bidang ekonomi dan politik global dalam waktu dekat. Perubahan hubungan perdagangan yang ditandai dengan terjadinya perang dagang Amerika Serikat masih akan lebih mendominasi perkembangan ekonomi global. Sementara itu ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dan Iran, boleh jadi belum akan mereda. Hal itu dapat dilihat dari adanya pernyataan tentang nuklir Iran dalam komunike akhir G7.