Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, telah resmi ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Park. Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Yusak Mangetan menerima piagam deklarasi sebagai ASEAN Heritage Park pada acara Sixth ASEAN Heritage Park Conference yang diselenggarakan di Laos, 21 hingga 25 Oktober lalu.
ASEAN Heritage Park atau Taman Warisan ASEAN merupakan upaya untuk melestarikan kawasan-kawasan dengan keanekaragaman hayati tertentu atau keunikan luar biasa oleh negara-negara anggota Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN.
Beberapa tahun sebelumnya, empat taman nasional di Indonesia telah masuk dalam daftar ASEAN Heritage Park, yakni; TN Gunung Leuser, TN Kerinci, TN Lorentz, dan TN Way Kambas.
Sedangkan lima taman nasional yang masuk dalam daftar ini juga memiliki predikat Situs Warisan Dunia UNESCO, yakni; TN Kinabalu di Malaysia; TN di Lorentz Papua Barat; Taman Alam Terumbu Tubbataha di Filipina; Suaka Margasatwa Gunung Hamiguitan Range di Filipina; dan TN Khao Yai di Thailand.
Yusak Mangetan, melalui keterangan tertulis, Senin (28/10), menyebutkan, pada acara penerimaan piagam deklarasi, ia berkesempatan menyampaikan materi pada salah satu sesi seminar dengan tema 'Ecotourism: Bisnis and Conservation'.
Pada sesi yang lainnya, digelar Cultural Night yang berlangsung di Champasak Grand Hotel Laos, dengan menampilkan pakaian adat dan budaya negara masing-masing.
Yusak Mangetan mengatakan, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung atau TN Babul memiliki luas lebih kurang 43.750 hektare. Secara administrasi pemerintahan, kawasan taman nasional itu terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep).
Taman nasional Bantimurung Bulusaraung juga memiliki berbagai keunikan, yaitu karst, goa-goa dengan stalaktit dan stalakmit yang indah. Termasuk yang paling dikenal yakni kupu-kupu.
Bantimurung oleh ilmuwan Alfred Russel Wallace dijuluki sebagai “The Kingdom of Butterfly” atau kerajaan kupu-kupu. Taman nasional ini merupakan tujuan wisata yang menyuguhkan wisata alam berupa lembah bukit kapur yang curam dengan vegetasi tropis, air terjun dan gua yang merupakan habitat beragam spesies, termasuk tentu saja kupu-kupu. Bagi yang ingin mempelajari kehidupan prasejarah bisa mendatangi Gua Prasejarah Leang-Leang, yang dindingnya berisi lukisan tangan manusia purba.