Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan agar rakyat Indonesia tidak retak karena pilihan berbeda dalam Pilkada atauPemilihan Kepala Daerah Serentak 2018. Dalam sambutannya pada acara pembukaan Festival Sholawat Nusantara Piala Presiden, yang diselenggarakan di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/2) Presiden Joko Widodo mengajak ribuan santri yang hadir untuk selalu berpikir positif, saling menghormati, dan saling menghargai.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengungkapkan kembali kunjungan kenegaraannya ke Bangladesh dan Afghanistan. Di sana presiden menyaksikan secara langsung, bagaimana Umat Islam yang seharusnya hidup damai dalam persaudaraan,menderita selama 40 tahun karena konflik. Karena itu, Presiden mengajak rakyat Indonesia untuk menjaga ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan sesama umat Islam, ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan dalam ikatan kebangsaan, dan ukhuwah basyariyah atau persaudaraan sesama umat manusia.
Himbauan untuk tidak terpecah belah karena Pilkada, bukan sekali ini saja dinyatakan. Dalam beberapa kesempatan Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut, untuk mengingatkan masyarakat Indonesia akan arti pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Apalagi menjelang diselenggarakannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak pada 27 Juni 2018 mendatang di 17 provinsi serta 154 kabupaten dan kota. Saat ini suasana pilkada sudah mulai terasa, mengingat waktu pemungutan suara kurang lebih tinggal sekitar 5 bulan lagi.
Bukan tanpa alasan Presiden Joko Widodo berulangkali menghimbau masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga kesatuan dan persatuan. Indonesia yang memiliki beragam suku, agama, bahasa dan budaya, memang rentan akan perpecahan. Menjelang dan di saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), seringkali timbul pergesekan di masyarakat. Hal yang paling sering terjadi biasanya berkaitan dengan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).
Indonesia adalah negara yang mementingkan persatuan dan kesatuan. Persatuanlah yang menjadikan Indonesia merdeka di tahun 1945. Tanpa persatuan, mustahil Indonesia bisa menjadi negara besar. Jangan hanya karena Pilkada yang diadakan 5 tahun sekali, Indonesia menjadi tercerai berai. Konflik di Afghanistan dan beberapa belahan dunia lainnya hendaknya menjadi pelajaran dan cermin bagi bangsa Indonesia betapa pentingnya menjaga persatuan.