Tidak ada badai yang tidak usai. Tidak ada perang yang terjadi selamanya. Mungkin itu ungkapan yang tepat menggambarkan fase baru perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok yang telah terjadi sekitar 2 tahun dan menimbulkan perlambatan ekonomi global. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Liu He meneken kesepakatan damai dagang fase pertama pada Rabu 15 Januari dalam pertemuan di Gedung Putih. Meski kesepakatan fase I ini sudah ditandatangani, AS akan tetap mengenakan tarif atas barang impor dari Tiongkok hingga ada perjanjian fase II. Namun, AS setuju untuk menangguhkan tarif pada sejumlah produk elektronik senilai $160 miliar dolar Amerika. Tarif tersebut berlaku pada 15 Desember 2019. Kesepakatan fase I ini diharapkan dapat menjadi awal yang baik setelah kedua negara terlibat perang dagang. Namun catatannya kemudian, banyak pihak masih meragukan apa yang akan terjadi setelah penandatangan perjanjian dagang fase pertama ini.
Hal yang bisa digarisbawahi adalah dalam perjajian tersebut Tiongkok akan membeli barang lebih banyak barang-barang dari Amerika. Dengan begitu akan sedikit menutup dampak perang dagang yang sudah dirasakan Amerika terjadi selama 2 tahun. Kesannya, kesepakatan yang ditandatangani lalu memang menghasilkan beberapa kemenangan bagi AS. Karena Tiongkok setuju untuk membeli barang AS sekitar US$ 200 miliar lebih banyak selama dua tahun ke depan, dan perusahaan AS akan mendapatkan lebih banyak akses ke pasar Tiongkok, dan lebih banyak perlindungan kekayaan intelektual. Namun Ekonomi Tiongkok sebetulnya juga dinilai akan mendapatkan dorongan jangka pendek dari kesepakatan perdagangan. Langkah-langkah stimulus, seperti lebih banyak pengeluaran oleh pemerintah daerah, pajak yang lebih rendah, dan lebih banyak kredit bank. Gencatan senjata yang dilakukan juga dapat membantu mengurangi kemerosotan sentimen bisnis dan investasi di Tiongkok.
Akhirnya, bagaimana dampaknya terhadap dunia global yang ekonominya juga terdampak oleh perang dagang Amerika-Tiongkok selama ini? Pada 2020, besaran tarif yang sudah berlaku atau diumumkan bakal membuat pertumbuhan ekonomi global merosot 0,8 persen. Hal tersebut sempat diungkapkan oleh Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgiva. Kondisi ekonomi global terlanjur terdampak dengan perang dagang yang terjadi selama 2 tahun belakangan ini.
Tentunya, masyarakat dunia menyambut baik fase I kesepakatan perdagangan antara Amerika dan Tiongkok. Dengan catatan bahwa dampak perang dagang yang membutuhkan waktu untuk dipulihkan. Baik kondisi internal Tiongkok dan Amerika dan secara global. Kita berharap pada perjanjian perdaganagn fase berikutnya segera mewujudkan percepatan perbaikan ekonomi global.