Pada Rabu (05/2/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 mencapai 5,02 persen secara tahunan (year on year). Angka pertumbuhan ekonomi 2019 lebih rendah dibandingkan pada tahun 2018 yang mencapai 5,17 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut dipengaruhi oleh berbagai indikator, salah satunya indikator ekonomi global meliputi perang dagang AS-Cina, tensi geopolitik di Timur Tengah, dan harga komoditas yang berfluktuasi.
Menurut Suhariyanto, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,02 persen masih berasal dari konsumsi rumah tangga yang mencapai 2,73 persen dari produk domestik bruto (PDB). Kemudian, investasi mencapai 1,47 persen.
Secara spasial, daerah yang menyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Pulau Jawa yang terdiri dari Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, serta Pulau Sumatera meliputi Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan.
Pulau Jawa memberikan kontribusi 59 persen terhadap perekonomian nasional dengan pertumbuhan 5,52 persen. Selanjutnya, Sumatera berkontribusi 21,32 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nacional dengan pertumbuhan 4,57 persen. Kemudian, Kalimantan mencapai 8,05 persen dengan angka pertumbuhan 4,99 persen.
Kemudian Sulawesi dengan kontribusi 6,33 persen dengan pertumbuhan 6,65 persen, Maluku dan Papua 2,24 persen dengan minus 7,40 persen, dan Bali dan Nusa Tenggara yang kontribusi 3,06 persen dengan pertumbuhan 5,07 persen.
Melihat pertumbuhan ekonomi dan kontribusi daerah-daerah ini yang masih didominasi oleh daerah-daerah di pulau Jawa dan Sumatra, dapat dikatakan bahwa langkah pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi besar-besaran di luar Pulau Jawa belum mampu menggeser posisi Jawa dan Sumatra sebagai kontributor utama pertumbuhan. Ini artinya bahwa pemerintah perlu melakukan upaya lebih keras untuk membuat konsep Indonesiasentris menjadi nyata demi menggerakkan perekonomian di luar Pulau Jawa dan Sumatra.
Untuk tahun 2020, tentu diharapkan ada peningkatan kontribusi daerah-daerah di luar Pulau Jawa dan Sumatra terhadap pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa langkah penting untuk menggerakkan perekonomian di luar Pulau Jawa dan Sumatra agar pertumbuhan ekonominya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pertama, pembangunan konektivitas perlu terus dilakukan guna mengurangi kesenjangan antardaerah. Kedua, pemerintah perlu mendorong munculnya magnet-magnet pertumbuhan baru di daerah dengan cara mendorong penyaluran kredit perbankan ke daerah. Kredit perbankan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, termasuk pertumbuhan ekonomi daerah. Keterbatasan penyaluran kredit perbankan ke daerah menjadi faktor yang mempengaruhi turunnya ekonomi Indonesia. Pada tahun 2019, Indonesia menargetkan kredit tembus 8,0 persen, sedangkan sampai akhir tahun 2019 hanya mampu menembus 6,0 persen.
Bagaimanapun juga, masyarakat Indonesia perlu bersyukur karena di tengah tekanan ekonomi global, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di angka 5 persen. Bersyukur bukan berarti berpuas diri dan berhenti berupaya keras melainkan terus berupaya untuk mencapai pertumbuhan maksimal.