Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora Siregar menilai, saat ini mulai ada sinyal pemulihan terhadap perekonomian Indonesia seiring dengan diterapkannya new normal atau kenormalan baru di beberapa daerah. Dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Rabu, Reza menyatakan, pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar-PSBB akan mampu membuat aktivitas perekonomian kembali bergerak sehingga akan berdampak pada ekonomi yang lebih baik.
Menurut Reza Yamora Siregar, penerapan PSBB sempat menyebabkan aktivitas perekonomian melemah sejak Maret hingga April 2020 hampir di semua sektor kecuali telekomunikasi dan kesehatan. Namun sinyal pemulihan ekonomi nasional dapat dilihat melalui mulai adanya capital inflow sekitar 130 miliar dolar Amerika Serikat pada April dan Mei, setelah sebelumnya sempat jatuh ke hampir 121 miliar dolar Amerika Serikat pada Maret 2020.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menyentuh di atas 5.000 setelah sebelumnya berada di bawah 4.000 juga disebut Reza merupakan sinyal pemulihan ekonomi.
Reza menjelaskan, dua faktor tersebut merupakan indikator dari sisi finansial yang pada dasarnya sangat reaktif terhadap keadaan baik dalam negeri maupun global. Oleh sebab itu, ia memastikan pemerintah akan terus menjaga kondisi pasar melalui berbagai kebijakan yang lebih baik agar perekonomian segera pulih.
Sementara itu lembaga penelitian Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia menilai fundamental perekonomian Indonesia di tengah pandemi COVID-19 masih tergolong baik secara keseluruhan.Dalam diskusi daring yang sama, Direktur Riset CORE, Piter Abdullah mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal pertama tahun 2020 yang hanya di level 2,97 persen merupakan hal yang patut dimaklumi, karena terjadi akibat dampak COVID-19. Menurutnya hal itu juga terjadi di hampir seluruh negara yang bahkan lebih besar penurunannya.
Piter mengatakan, bahkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar nol persen oleh Bank Dunia lebih baik dibandingkan dengan proyeksi CORE yaitu di kisaran nol persen hingga minus dua persen.
Piter Abdullah mengatakan kontraksi ekonomi tidak bisa dihindari selama masih ada wabah COVID-19. Sehingga yang perlu menjadi fokus pemerintah adalah menyiapkan kebijakan dan strategi untuk masa pemulihan.