Sejak jatuhnya rezim Muamer Khadafi, tahun 2011, Lybia masih terus bergejolak. Konflik bersenjata antara pemerintah dan pihak yang berlawanan terus berlangsung. Akhir-akhir ini konflik semakin memanas dengan adanya campur tangan pihak asing.
Setelah Mesir menyatakan akan mendukung kaum pemberontak, Turki menegaskan akan segera membantu pemerintah dalam bentuk militer dan persenjataan.
Pemerintah Turki dengan tegas mendukung pemerintah Lybia yang berkuasa dan memastikan akan mengirimkan bantuan militer untuk memerangi pemberontak. Keputusan yang dinyatakan presiden Turki, Erdogan, itu memantik pendapat negara negara lain yang mendukung pihak Jenderal Khalifa Haftar yang menentang pemerintah.
Bagi Turki, sikap dan komitmennya sangat beralasan karena pemerintah yang didukungnya diakui secara internasional. Dari Ankara muncul kecaman kuat terhadap Perancis yang mengkritik keras kebijakan Erdogan. Juru bicara kementrian Luar Negeri Turki menyebut bahwa Perancis hanya meningkatkan ketegangan di Lybia. Perancis, Mesir dan Uni Emirat Arab adalah para pendukung Jenderal Khalifa Haftar yang memberontak.
Sesungguhnya jalan kekerasan bukanlah cara terbaik menyelesaikan sengketa yang sudah mewujud dalam peperangan. Sikap dan keputusan pihak asing, baik yang mendukung Pemerintah maupun pemberontak khususnya dalam bentuk militer dan persenjataan, sudah terbukti semakin menyulut peperangan. Pihak pemerintah dan pemberontak, tidak hanya merasa mendapat dukungan moral, tetapi juga dukungan politik, militer dan persenjataan. Perang terus terjadi, sumber daya alam Lybia terus terkuras, rakyat terpecah dan semakin menderita akibat kemelut yang menggerus sendi sendi kehidupan khususnya ekonomi.
Perserikatan Bangsa Bangsa memandang penting adanya upaya damai dalam menyelesaikan konflik di Lybia yang sudah berlangsung hampir sepuluh tahun. Inisiatif PBB ini perlu didukung. Harus ada langkah konkrit untuk mendorong pemerintah dan pemberontak di Lybia untuk duduk satu meja. Negara negara asing baik yang mendukung pemerintah atau sebaliknya harus menahan diri. Perlu ada negara atau pihak lain yang bersedia dan mampu menjadi mediator dengan dukungan PBB. Jika tidak Lybia akan semakin tercabik-cabik oleh perang dan rakyatnya pun akan semakin menderita.