Thursday, 02 July 2020 05:07

Bijak Pangan, Pakan, dan Pakaian untuk Menanggulangi Degradasi Lahan

Written by 
Rate this item
(0 votes)


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-KLHK menyelenggarakan Peringatan World Day to Combat Desertification and Drought (WDCD) atau Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Dunia Tahun 2020 dengan serangkaian acara yaitu web seminar (webinar), dilanjutkan dengan talkshow yang menghadirkan praktisi pada tingkat lapangan untuk berbagi pengalaman dan best practices yang telah dilakukan.

Tema peringatan WDCD Tahun 2020 yaitu Food, Feed, Fibre (Pangan, Pakan dan Serat/Pakaian). Tema WDCD Tahun 2020 dimaksudkan sebagai upaya edukasi kepada masyarakat dunia untuk mengubah cara produksi, dan konsumsi yang eksploitatif, menuju pola yang lebih ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Peringatan tahun ini difokuskan pada upaya-upaya untuk mengubah sikap dan perilaku publik yang diharapkan dapat menjadi pendorong utama dalam mencegah degradasi lahan.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong, saat membacakan Sambutan Menteri LHK, sekaligus membuka rangkaian acara Peringatan WDCD Tahun 2020, di Jakarta (26/6), mengatakan, ketika populasi meningkat, dan daerah perkotaan semakin berkembang, maka permintaan dan tekanan terhadap lahan semakin besar, untuk memenuhi kebutuhan makanan, pakan ternak, dan bahan serat yang digunakan sebagai bahan sandang atau pakaian.

Dikatakannya, pemerintah memberikan perhatian serius terhadap masalah degradasi hutan dan lahan dengan menurunkan laju deforestasi dan meningkatkan program pemulihan hutan dan lahan. Percepatan rehabilitasi dan reklamasi lahan dan hutan menjadi salah satu prioritas pembangunan.

Wakil Menteri Alue Dohong juga mengatakan, keterpaduan sistem pengelolaan lahan dan hutan yang berorientasi pada kelestarian, melalui pola-pola agroforestry, merupakan keniscayaan untuk mengatasi kebutuhan pangan, pakan, dan serat atau pakaian tanpa harus mengorbankan kepentingan perlindungan lingkungan.

Lebih lanjut, Wamen Alue Dohong menegaskan disinilah pentingnya peran akademisi, pemerhati lingkungan yang tergabung dalam Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia (MKTI), Forum Daerah Aliran Sungai (DAS), dan LSM yang tersebar di seluruh Indonesia. Kearifan lokal masyarakat juga perlu digali dan dikembangkan sebagai aset teknologi untuk usaha wanatani dan konservasi.

Untuk itu Alue Dohong mengajak semua pihak memberi teladan membangun dalam pola hidup yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam mengkonsumsi pangan, penyediaan pakan, dan pemenuhan serat untuk sandang, sehingga menjamin keberlangsungan hidup kita dan generasi yang akan datang.

Read 754 times