5 Juli 2020 merupakan hari bersejarah bagi hubungan bilateral Indonesia dan Australia. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA) resmi berlaku pada hari itu. Kementerian Perdagangan RI dalam laman resminya kemendag.go.id pada Minggu (5/7) mengatakan, para pelaku usaha dan pemangku kepentingan Indonesia sekarang mulai dapat memanfaatkan IA-CEPA.
IA-CEPA akan memberikan manfaat bagi eksportir Indonesia melalui penghapusan seluruh tarif bea masuk Australia sehingga seluruh produk Indonesia yang masuk ke pasar Australia akan menikmati tarif nol persen.
Produk ekspor Indonesia yang berpotensi meningkat adalah otomotif, kayu dan turunannya, furnitur, perikanan, tekstil dan produk tekstil, sepatu, alat komunikasi dan peralatan elektronik.
Menteri Perdagangan RI, Agus Suparmanto dalam keterangan tersebut mengatakan bahwa tarif preferensi IA-CEPA ini harus dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku usaha Indonesia agar ekspor Indonesia meningkat. Begitu juga sebaliknya, karena perdagangan Indonesia dan Australia bersifat komplementer, dan industri nasional juga mendapatkan manfaat berupa ketersediaan sumber bahan baku dengan harga lebih kompetitif karena tarif bea masuk nol persen. Industri hotel restoran dan katering, serta industri makanan dan minuman akan mendapatkan harga bahan baku yang lebih berdaya saing sehingga konsumen dapat menikmati lebih banyak varian serta harga lebih terjangkau.
Memang IA-CEPA dan kemitraan ekonomi komprehensif dengan negara lainnya adalah peluang bagi ekspor Indonesia. Namun, patut diingat bahwa negara-negera itu tidak hanya berdagang dengan Indonesia. Walaupun Australia memberlakukan tarif masuk nol persen untuk produk Indonesia, produk tersebut tidak diminati oleh warga Australia, maka tetap sulit bagi Indonesia untuk menjual produk disana.
Kuncinya adalah produk yang berdaya saing. Produk yang diminati di semua negara adalah produk berkualitas dan harga kompetitif. Indonesia dengan sumber daya alam melimpah tidak sulit untuk menghasilkan produk berdaya saing. Namun, negara lain juga mempunyai kelebihan yang sama.
Disinilah pentingnya daya pengamatan. Setiap negara mempunyai selera dan kebutuhan berbeda. Jika hal ini tidak diamati secara serius, kemitraan komprehensif bisa berbalik menjadi merugikan Indonesia.