Air Susu Ibu –ASI merupakan nutrisi pertama bagi bayi lahir hingga berumur 6 bulan. Setelah itu, pengenalan jenis asupan lain boleh diberikan kepada bayi. Namun, pemberian ASI secara eksklusif hingga berusia 2 tahun dapat memberikan imunitas terhadap penyakit. Namun saat ini, atas dasar kepraktisan, pekerjaan, dan ketidaktahuan, banyak ibu mengabaikan pemberian ASI dan bergantung pada susu formula atau asupan lain. Akibatnya, terjadi stunting pada anak-anak indonesia, yaitu kondisi badan anak lebih pendek dibanding anak-anak seusianya. Dengan hadirnya pandemi Covid-19 saat ini, kesehatan bayi tanpa ASI semakin beresiko tinggi dan akan mempengaruhi perkembangan tubuh.
Tema global yang diusung dalam Pekan Menyusui Sedunia 2020 adalah “Dukung Pemberian ASI untuk Bumi yang Lebih Sehat”. Sedangkan, sub-tema yang ditetapkan Indonesia adalah “InvestASI Indonesia untuk Bumi yang Lebih Sehat”.
Dalam peringatan Pekan Menyusui Sedunia pada Rabu (12/8), Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan bahwa pemberian ASI pada anak turut berperan menurunkan prevalensi "stunting" pada anak karena ASI memenuhi kebutuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Menurut Wakil Presiden Ma’rut, pemberian ASI eksklusif pada anak turut membantu upaya pemerintah menurunkan angka prevalensi "stunting" pada anak hingga mencapai 14 persen pada 2024.
Sementara itu, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan bahwa berdasarkan data riset kesehatan dasar 2018, inisiasi menyusui dini (IMD) di Indonesia baru mencapai 58,2 persen. Survei data kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 juga menunjukkan jumlah bayi berusia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif baru 52 persen.
Kampanye pemberian ASI selama minimal 6 bulan dan eksklusif hingga 2 tahun sebenarnya sudah digaungkan sejak tahun 70-an – 80-an. Pada saat itu, selain merujuk pada kesehatan ibu dan bayi, pemerintah juga fokus pada penekanan angka kelahiran dan jumlah penduduk Indonesia. Pembangunan Pos Layanan Terpadu -POS YANDU di setiap kelurahan sedikit banyak telah berhasil menekan angka kelahiran dan kematian ibu dan bayi melalui program kesehatannya yang melibatkan secara langsung tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri.
Sejatinya, pemberian ASI pada bayi adalah memberikan imunoglobulin yaitu zat atau kandungan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh bagi bayi. Karena, anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya memiliki risiko sakit lebih besar dibandingkan dengan yang mendapatkan ASI. Keikutsertaan anggota keluarga seperti suami, tokoh agama dan masyarakat dalam program ASI sangatlah penting dan berpengaruh dalam program ASI. Sehingga, kritikan UNICEF tentang maraknya kampanye iklan susu formula bayi yang dapat membantu kecerdasan, dapat ditepis dengan menggalakkan dan mengaungkan kembali ASI melalui Puskesmas dan Pos Yandu.