Bangladesh berencana menempatkan sekitar 100 ribu etnis Rohingya di sebuah pulau terpencil mulai bulan Juni 2018 mendatang. Rencana tersebut disampaikan Sekretaris Manajemen Bencana Bangladesh, kepada pihak PBB di Dacca hari Rabu (4 April 2018). Ini menjadi upaya Bangladesh merelokasi warga etnis Rohingya yang menyesaki kawasan Cox Bazaar. Tempat yang selama ini menjadi penampungan sementara pengungsi yang melarikan diri dari Myanmar, setelah terjadinya konflik tahun 2017.
Bangladesh meragukan upaya Myanmar menerima kembali etnis Rohingya yang akan kembali, karena hanya memverifikasi sekitar 300 dari ribuan berkas pengungsi yang diberikan. Myanmar berdalih bahwa di dalam berkas tersebut, ada 3 orang yang terkait terorisme.
Dengan penempatan tersebut, Bangladesh masih harus menampung 700 ribuan pengungsi di sekitar perbatasan. Namun rencana relokasi itu sendiri dianggap belum menyelesaikan persoalan. Saat ini, para pengungsi hidup di lingkungan yang sangat tidak layak di tempat pengungsian. Rencananya, pihak Angkatan Laut Bangladesh akan mendirikan sekitar 1400 penampungan yang siap huni akhir Mei mendatang.
Relokasi ini sendiri dilaksanakan dengan asas sukarela. Di Cox Bazaar, nasib mereka sulit karena rawan penyakit, terutama menghadapi musim hujan bulan Juni mendatang. Tetapi penempatan mereka di pulau juga bukan tanpa masalah. Lingkungan yang akan ditinggali ternyata rawan tertimpa bencana siklon tropis.
Sebelumnya, di bulan Februari Myanmar sepakat untuk menerima kembali 6 ribu pengungsi Rakhine, di kawasan Tombru yang merupakan daerah tidak bertuan. Bangladesh berdalih mereka yang berada di kawasan ini belum dianggap pengungsi dan Myanmar setuju mengembalikan mereka. Namun perjanjian tinggal perjanjian, tidak ada jaminan keamanan, dan orang Rohingya pun masih takut kembali.
Sungguh tidak diharapkan etnis Rohingya terlantar berlama-lama di tempat yang tidak layak huni seperti sekarang. Tidak sepatutnya membiarkan nasib mereka dalam situasi tidak pasti.
Indonesia selama ini sangat memperhatikan nasib etnis Rohingya dan telah memberikan bantuan kemanusiaan. Presiden Joko Widodo pun pernah secara langsung melihat kondisi mereka tatkala melakukan kunjungan ke Bangladesh beberapa waktu lalu. Kini yang harus dilakukan bersama adalah menjaga proses pengembalian para pengungsi tetap berlangsung. Myanmar juga harus mau membuka diri dan memberikan jaminan keamanan bagi etnis Rohingya yang kembali, serta hak-hak hidup selayaknya warga negara.