Kondisi bertetangga antara Korea Utara dan Korea Selatan sangatlah rentan. Betapa tidak, sejak ditandatanganinya persetujuan gencatan senjata oleh Amerika Serikat, China, dan Korea Utara pada 1953, Perang Korea belum benar-benar berakhir. Pihak Korea Selatan pun hingga kini belum menjadi bagian dari kesepakatan tersebut. Hubungan kedua Korea tidak membaik bahkan terus berlanjut sampai berakhirnya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Perang seakan dapat setiap saat kembali berkecamuk. Dan ini tentunya akan berdampak pada kerusakan dan jumlah korban yang tidak sedikit.
Berbagai upaya damai juga terus dipayakan baik oleh Korea Utara maupun Korea Selatan serta negara-negara pendukung lainnya. Namun umumnya menemui jalan buntu karena masing-masing bertahan pada sikap enggan mengalah. Meski demikian, optimisme haruslah tetap dihidupkan, bahwa Perdamaian cepat atau lambat, akan terwujud di sana. Harapan besar disematkan pada pertemuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-In pada hari ini, Jumat 27 April. Ini sebagai langkah awal dari Konferensi Tingkat Tinggi Amerika Serikat, Korea Selatan dan Korea Utara yang rencananya akan digelar satu bulan ke depan. Semoga pertemuan ini bukan lagi sekadar penanda adanya upaya damai seperti yang sudah-sudah. Melainkan sebagai peletak kesepakatan damai yang sebenarnya.
Tanda-tanda positif sebenarnya sudah coba diperlihatkan oleh Korea Utara dan Korea Selatan. Antara lain dapat dilihat dari sikap Korea Utara yang menegaskan pembekuan program nuklirnya. Di pihak lain, Korea Selatan pun menghentikan siaran propaganda berpengeras suara di perbatasan. Dua hal yang cukup mendapat apresiasi dari banyak pihak.
Memang, ada juga negara yang mempertanyakan keseriusan Korea Utara. Mengingat usulan denuklirisasi Semenanjung Korea secara halus berarti menginginkan kekuatan Amerika Serikat juga harus angkat kaki dari wilayah itu.
Terlepas dari berbagai pandangan yang berkembang, kedua belah pihak harus benar-benar mendengarkan suara rakyat yang umumnya menginginkan perdamaian. Bahkan tidak sedikit yang menghendaki penyatuan kedua negara.
Sementara, komunitas internasional mengharapkan segera terwujudnya perdamaian yang permanen. Perlu diingat bahwa pihak-pihak yang terlibat konflik semenanjung Korea punya kemampuan senjata pemusnah massal. Jika masing-masing tidak menahan diri, perang akan meletus dan korbannya bukan hanya Semenanjung Korea.