Sunday, 24 June 2018 00:00

Pelajar IPB Olah Limbah Kulit Pisang Jadi Kerajinan

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Indonesia merupakan salah satu negara produsen pisang yang menempati posisi ke 7 negara produsen pisang di dunia. Buah pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia adalah pisang. Pusat produksi pisang terdapat di Sumatera, Bali dan Jawa, terutama Cianjur Jawa Barat. Pisang dengan berbagai varietasnya dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang lezat. Selama ini buah dan daun pisang adalah bagian yang paling banyak dimanfaatkan. Kulit buah pisang biasanya dibuang dan menjadi sampah basah belum banyak dimanfaatkan.

tiga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) merasa prihatin melihat banyaknya sampah, khususnya sampah kulit pisang yang dapat mengganggu kanyamanan lingkungan. Ketiga mahasiswa tersebut yaitu Yohanes Bernadino, Nalendra Bagus dan Muhammad Ryan mengagas ide mengolah limbah kulit pisang sebagai sampah organik menjadi kreajinan. Ide ini dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM PE) dengan judul 'Biosintesis Nanoselulosa dari Limbah Kulit Pisang sebagai Alternatif Bahan Baku Kerajinan Berbasis Kulit Hewan' yang dibimbing oleh Akhiruddin Maddu.

Seperti dilansir dalam website menlhk.go.id, salah satu jenis sampah dengan komposisi terbesar adalah sampah organik, yakni sekitar 60 persen dari 64 juta ton yang dihasilkan di seluruh Indonesia dalam satu tahun. Menurut Nalendra Bagus, timnya memilih limbah kulit pisang karena kulit pisang termasuk limbah yang jumlahnya paling banyak dibuang oleh masyarakat. Bersama dengan timnya, para mahasiswa ini mengolah limbah pisang itu untuk dijadikan kerajinan.

Agar dapat menghasilkan kerajinan tersebut, ketiga mahasiswa ini melakukan beberapa langkah. Dimulai dengan pemilihan limbah kulit pisang, untuk selanjutnya dikompres dengan menggunakan hydrolic press. Kemudian, limbah diuji coba dengan beberapa bakteri hingga diperoleh lembaran nata untuk diproses menjadi kerajinan. Nata sendiri dapat diartikan sebagai lapisan putih yang terapung-apung di permukaan media cair, miaslnya pada permukaan nata de coco. Proses pengubahan limbah pisang menjadi lembaran seperti nata memakan waktu kurang lebih 20 hari. Limbah yang dibutuhkan sekitar 500 gram untuk sekali pengolahan. Durasi pengolahan yang cukup lama tersebut bergantung pada ketebalan limbah yang diolah dan proses inkubasi yang dilakukan. Setelah diperoleh lembaran nata yang tipis, selanjutnya dapat diproses menjadi kerajinan, di antaranya berupa dompet. Nalendra menambahkan, ide kreatif ini telah mengubah limbah pisang yang tidak berguna menjadi bernilai ekonomi.

Dengan pengolahan limbah pisang tersebut, Nalendra, Yohanes dan Ryan berharap dapat mengurangi jumlah sampah organik yang terbuang menjadi barang bernilai ekonomi. Terlebih, masyarakat Indonesia terbilang kerap mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak. Ditambah dengan limbah kulit pisang yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik pengolahan pisang. Untuk mengolah laimbah kulit pisang ini tidak dibutuhkan keahlian spesifik. Menurut Yohanes, siapa pun bisa mengolah limbah pisang menjadi kerajinan seperti dompet ini. Jika dalam penelitian kami, limbah pisang dikompres menggunakan hydrolic press, maka para pengrajin bisa mengompres limbah pisang dengan menggunakan batu.Ide kreatif ketiga mahasiswa IPB ini diharapkan dapat menjadi referensi dan inovasi baru bagi para pengrajin di Indonesia. Sehingga mereka tidak perlu bergantung lagi pada kulit hewan sebagai bahan untuk membuat berbagai kerajinan.

Read 5042 times Last modified on Monday, 25 June 2018 16:47