(voinews.id)Harga minyak menguat lebih dari satu dolar AS per barel di perdagangan Asia pada Senin pagi, memperpanjang kenaikan sesi sebelumnya karena investor mengamati kemungkinan langkah produsen OPEC+ untuk mengubah produksi dan mendukung harga pada pertemuan hari ini.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 1,43 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi diperdagangkan di 94,45 dolar AS per barel pada pukul 00.54 GMT setelah naik 0,7 persen pada Jumat (2/9/2022).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 88,12 dolar AS per barel, menguat 1,25 dolar AS atau 1,4 persen, mengikuti kenaikan 0,3 persen di sesi sebelumnya. Pasar AS ditutup untuk hari libur umum pada Senin.
Harga minyak telah jatuh dalam tiga bulan terakhir berturut-turut, setelah menyentuh tertinggi multi-tahun pada Maret, di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dan pembatasan COVID-19 di beberapa bagian China, importir minyak mentah utama dunia, dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mendinginkan permintaan minyak.
Pada pertemuan mereka pada Senin, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, dapat memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini atau bahkan memangkas produksi untuk meningkatkan harga, meskipun pasokan tetap ketat.
"Sementara kami memperkirakan kelompok untuk mempertahankan produksi tidak berubah, retorika mungkin bullish karena terlihat menahan penurunan harga baru-baru ini," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.
Rusia tidak mendukung pengurangan produksi minyak saat ini dan kemungkinan OPEC+ akan menjaga produksinya tetap stabil ketika bertemu pada Senin, Wall Street Journal melaporkan pada Minggu (4/9/2022), mengutip orang yang mengetahui masalah tersebut.
Sementara itu, negosiasi berlarut-larut dalam upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 Barat dengan Iran.
Kesepakatan untuk melakukannya dapat memungkinkan Teheran untuk meningkatkan ekspor dan meningkatkan pasokan global.
Gedung Putih pada Jumat (2/9/2022) menolak menghubungkan kesepakatan itu dengan penutupan penyelidikan oleh pengawas nuklir PBB sehari setelah Iran membuka kembali masalah itu, menurut seorang diplomat Barat.
antara