Hari Senin (30 Juli 2018) lalu, menjadi hari bersejarah bagi rakyat Zimbabwe. Untuk pertama kalinya, sejak turunnya mantan Presiden Robert Mugabe dari pemerintahan, akhir tahun lalu, Zimbabwe melaksanakan pemilihan Presiden, Anggota Parlemen Nasional dan daerah. Dalam pemilihan Presiden, 23 orang mendaftarkan diri menjadi calon presiden. Namun hanya dua saja yang sudah mengklaim mendapatkan dukungan suara rakyat; yaitu Presiden petahana, Emmerson Mnangagwa dari partai ZANU PF dan pimpinan partai Gerakan Perubahan Demokratis (MDC) Nelson Chamisa yang beroposisi. Jika tidak ada calon yang mendapatkan suara lebih dari 50%, maka akan diselenggarakan pemilihan putaran kedua pada tanggal 8 September mendatang.
Presiden Mnangagwa mengklaim menang dalam pemilu ini, demikian juga Chamisa. Pemimpin MDC tersebut bahkan melontarkan tuduhan adanya kecurangan, meski dibantah oleh kubu penguasa. Kekisruhan dalam pemilu ini telah memakan korban sekurangnya 3 orang. Pihak pemerintah menyalahkan oposisi sebagai penyebab kerusuhan.
Pengumuman sementara Pemilihan legislative Zimbabwe hari Rabu (1 Agustus 2018) menyatakan partai penguasa saat ini, ZANU-PF, telah meraih 110 dari 210 kursi majelis rendah. Pihak oposisi MDC meraih 41 kursi, partai lain 2 kursi, sedang sisanya 57 kursi masih dihitung. Dengan raihan lebih dari separuh jumlah kursi parlemen, partai ZANU-PF boleh jadi akan menang dalam pemilu ini. Seperti halnya pemilihan Presiden, pihak oposisi juga menolak menerima hasil pemilu ini karena dianggap penuh kecurangan.
Sementara itu, sang Bapak Bangsa Zimbabwe, Robert Mugabe (94 tahun) juga turut dalam pemilu ini. Namun luka hatinya karena diturunkan secara paksa, membuatnya bersuara menentang partai nya sendiri, ZANU-PF beberapa hari sebelum pemungutan suara. Ia bahkan mendorong masyarakat untuk memilih partai di luar ZANU-PF. Saat hari pemilihan, Mugabe memilih tidak mengeluarkan pernyataan apapun.
Melihat perkembangan ini dan mencermati hasil Pemilihan Umum, tentunya tidak diharapkan terjadi peningkatan ketegangan di Zimbabwe. Pihak partai oposisi hendaknya menjaga para simpatisan untuk tidak anarkis, sedangkan partai penguasa juga memberi kesempatan penghitungan ulang jika memang ada permintaan. Siapapun yang menjadi Presiden dan partai manapun yang menguasai parlemen, diharapkan dapat menjadi pengayom bagi seluruh rakyat Zimbabwe.