VOInews.id- Pertempuran terdengar di selatan Khartoum pada Minggu saat perwakilan dari pihak-pihak yang bertikai di Sudan melakukan pembicaraan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung tiga pekan itu. Pembicaraan yang diinisiasi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat itu menjadi upaya pertama untuk mengakhiri konflik antara militer Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Akibat konflik tersebut, beberapa bagian dari ibu kota Sudan, Khartoum, menjadi medan perang.
Konflik itu juga menggagalkan rencana internasional untuk mendorong pemerintahan sipil di negara itu setelah bertahun-tahun ditimpa kerusuhan dan pemberontakan. Sejak pertengahan April, pertempuran itu telah menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya, serta mengganggu pengiriman bantuan dan mendorong 100 ribu orang mengungsi ke luar negeri. Ketika para perunding mencari upaya perdamaian, kedua pihak yang bertikai mengatakan mereka hanya akan membahas jeda kemanusiaan, bukan negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti mengatakan ia berharap pembicaraan akan mencapai tujuan untuk memberikan koridor perjalanan yang aman bagi warga sipil. Dia berjanji untuk menangkap atau membunuh pemimpin militer Sudan Abdel Fattah al-Burhan. Ada bukti di lapangan bahwa kedua pihak tidak mau berkompromi untuk mengakhiri pertumpahan darah. Konflik itu muncul menyusul gagalnya rencana dukungan internasional untuk transisi menuju demokrasi di negara itu.
Burhan, seorang perwira karir, mengepalai dewan penguasa yang dibentuk setelah Presiden Omar al-Bashir digulingkan pada 2019 dan kudeta militer 2021, sedangkan Hemedti--bekas pemimpin milisi yang terkenal dalam konflik Darfur--menjadi wakil Burhan.
Sebelum pertempuran, Hemedti lebih dekat dengan koalisi sipil, yang mengindikasikan bahwa dia memiliki rencana politik. Burhan menyalahkan "ambisi" Hemedti sebagai pemicu pertempuran. Negara-negara Barat mendukung pemerintahan sipil transisi di Sudan, negara yang berada di persimpangan strategis antara Mesir, Arab Saudi, Etiopia, dan wilayah Sahel di Afrika yang bergejolak. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan melakukan perjalanan ke Arab Saudi akhir pekan ini untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Arab.
Sumber: Reuters