Friday, 25 August 2023 08:07

Putin jamin Rusia jadi mitra andalan Afrika untuk pangan dan energi

Written by 
Rate this item
(0 votes)

 

VOinews.id- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam KTT BRICS di Afrika Selatan pada Kamis bahwa Moskow ingin memperdalam hubungan dengan negara-negara Afrika, dan Moskow akan tetap menjadi mitra andalan dalam pasokan pangan dan energi. Dalam pidatonya lewat tautan video, Putin menyebutkan Rusia tertarik mengembangkan "hubungan multi aspek" dengan Afrika, yang sedang diguncang kenaikan harga bahan bakar dan pangan akibat konflik Ukraina.

Keluarnya Rusia dari kesepakatan pangan Laut Hitam pada Juli telah menaikkan harga gandum dan sejenisnya, sehingga berdampak sangat buruk terhadap banyak negara Afrika. Rusia dan Ukraina adalah salah satu eksportir biji-bijian terbesar di dunia.

Dalam pidato daring, Putin menyatakan Rusia memiliki lebih dari 30 proyek energi di negara-negara Afrika. Dia menambahkan bahwa pasokan bahan bakar Rusia akan membantu berbagai pemerintah di Afrika dalam membendung kenaikan harga. "Dalam dua tahun terakhir, ekspor minyak mentah, produk minyak bumi, dan gas alam cair Rusia ke Afrika naik 2,6 kali lipat," kata dia.

Putin menambahkan bahwa transisi global menuju perekonomian yang lebih ramah lingkungan dan rendah emisi karbon harus dilakukan bertahap, seimbang, dan disesuaikan dengan cermat, mengingat proyeksi bakal terus naiknya jumlah penduduk dunia dan permintaan energi. Rusia ingin mengubah kelompok BRICS yang saat ini terdiri atas Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan, menjadi blok yang lebih berpengaruh dan mampu menantang dominasi Barat dalam perekonomian global.

Pada pertemuan puncak tiga hari di Johannesburg pekan ini, para pemimpin BRICS sepakat mengundang enam negara lagi -Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab– untuk bergabung dalam blok itu. Dalam sambutannya Kamis, Putin mengkritik negara-negara Barat bekas kolonial dan dukungan mereka terhadap apa yang disebutnya "neoliberalisme", yang menurut dia adalah ancaman terhadap nilai-nilai tradisional negara-negara berkembang dan munculnya dunia multi-kutub di mana tak ada negara atau blok yang dominan.

 

Sumber: Reuters

Read 178 times