VOinews.id, Jakarta:Film Manual for the Displaced karya seniman keturunan Indonesia - Belanda Robin Block dan Jeremy Flohr tayang perdana pada Rabu, (20/11/2024) di Erasmus Huis Jakarta. Film ini mengangkat tema perpindahan, identitas, dan keterikatan antarbudaya, khususnya terkait pengalaman diaspora Indonesia-Belanda setelah masa kolonial. Robin Block, penyair dan musisi kepada Voice of Indonesia Rabu mengatakan mereka menciptakan film ini berdasarkan lima puisi dari bukunya, Handbook for the Displaced.
Setiap puisi mengeksplorasi tema yang berbeda dan diterjemahkan ke dalam seni visual, musik, dan gerakan. Dalam prosesnya, Robin dan Jeremy bekerja sama dengan seniman dari Indonesia dan Belanda, menciptakan karya kolaboratif yang unik. “Film ini adalah tentang bagaimana seseorang menemukan rumah di tengah trauma, sejarah keluarga, dan perpindahan budaya. Ini adalah eksplorasi identitas dan cerita personal yang sering terabaikan,” ujar Robin Block. Jeremy Flohr, pembuat film dan pencerita visual, juga menyoroti pentingnya seni sebagai medium untuk menyampaikan kisah yang kompleks. “Kami ingin memadukan seni dan cerita personal untuk menggambarkan perjalanan emosional ini. Melalui film ini, kami berharap penonton dapat terhubung dengan cerita yang mungkin serupa dengan pengalaman mereka sendiri,” tambahnya.
Salah satu segmen film ini pernah memenangkan penghargaan di Festival Film Puisi Belanda tahun 2021. Selain itu, karya ini melibatkan seniman Indonesia seperti Dennis, yang menggambar dan merekam visual kota Jakarta. “Kami sangat bersemangat dan sedikit gugup untuk menampilkan karya ini di Jakarta, tempat yang memiliki makna emosional dalam cerita kami,” ungkap Robin. Film ini diproduksi dengan latar belakang pengalaman keluarga Robin dan Jeremy sebagai generasi ketiga keturunan Indonesia-Belanda.
Setelah kemerdekaan Indonesia, banyak keluarga seperti mereka menghadapi tantangan besar, termasuk diskriminasi dan proses adaptasi di Belanda. Pemutaran film ini diikuti oleh diskusi seni yang melibatkan Robin Block, Jeremy Flohr, dan seniman lainnya. Acara ini terbuka untuk umum dan diharapkan menjadi ruang refleksi serta dialog bagi generasi muda tentang pentingnya memahami sejarah dan identitas lintas budaya.
(LIP/VOI/OFRA/AHM/EDT)