Indonesia akan membantu negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengembangkan vaksin. Pasalnya di antara negara OKI lainnya, produksi vaksin Indonesia telah diakui Badan Kesehatan Dunia (WHO). Direktur Utama Bio Farma M Rahman Roestan di Jakarta, Senin, (27/8) seperti dirilis Republika mengatakan, perusahaan farmasi Bio Farma juga telah ditunjuk menjadi Pusat Keunggulan Produk Vaksin dan Bio teknologi atau Center of Excellence on Vaccine and Bio-technology Product. Maka negara-negara OKI seperti Maroko dan Tunisia datang ke Indonesia untuk belajar bagaimana cara memproduksi vaksin dari Indonesia. M Rahman Roestan mengatakan, Bio Farma juga sudah menandatangani kerjasama dengan Arab Saudi. Menurut M Rahman Roestan, kerjasama Bio Farma transfer teknologi untuk memenuhi kebutuhan vaksinnya bukan hanya di Arab Saudi tapi juga di negara-negara Teluk.
Lebih lanjut, M Rahman Roestan mengatakan, dari 57 negara anggota OKI baru tujuh yang sudah memiliki pabrik vaksin, dan hanya Indonesia yang vaksinnya telah diakui. Ia menambahkan, vaksin Indonesia sudah digunakan di lebih dari 130 negara. 49 di antaranya merupakan negara OKI. Maka Bio Farma akan membantu negara OKI untuk membuat vaksin imunisasi dasar seperti polio, campak, tetanus, difteri, dan yang terbaru adalah pentavalen, (DTP, Hb, Hib), sehingga mereka mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan vaksin secara mandiri.
Sementara itu Delegasi Tunisia dan Maroko yang mewakili Kementerian Kesehatan, Industri Vaksin Institute Pasteur de Tunis serta Institut Pasteur du Maroc, mengunjungi Bio Farma di Kota Bandung, Selasa,28/8. Mereka bermaksud mempelajari pembuatan vaksin dari hulu ke hilir. Indonesia yang sudah ditetapkan menjadi Pusat Penelitian Vaksin di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk bidang Vaksin dan Bio Teknologi pada Desember 2017 yang lalu, mulai menarik perhatian negara anggota OKI antara lain Tunisia dan Maroko.
Direktur Utama PT Bio Farma, M Rahman Roestan mengatakan, delegasi Tunisia dan Maroko tertarik mempelajari manajemen dan produksi vaksin. Ia menambahkan, saat ini sudah berjalan kerja sama dengan Saudi Arabia untuk memenuhi kebutuhan vaksin di negara tersebut dan negara-negara teluk.
Selain belajar mengenai produksi vaksin, Bio Farma juga mengajak negara anggota OKI, melakukan penelitian secara bersama-sama untuk menemukan vaksin baru, untuk pencegahan penyakit baru, atau inovasi lainnya. Program kerja sama penguatan Indonesia-Maroko-Tunisia Development Cooperation melalui Reverse Linkage tersebut dilaksanakan pada 27-30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung, atas dukungan dari Menteri Perencanaan dan Pengembangan Nasional/Bappenas, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BP POM), dan Bio Farma. Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, kegiatan berbagi pengetahuan tersebut merupakan upaya pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan nasional. Tujuannya agar kerjasama pembangunan dapat berjalan. Jadi kegiatan ini untuk menjembatani Bio Farma melakukan kerjasama dengan Maroko dan Tunisia.