Demokrasi yang dianut oleh bangsa indonesia saat ini harus ada pembimbing dan pemandunya. Semua telah bersepakat bahwa bintang pemandu dalam bermasyarakat itu adalah Pancasila. Bahkan Pancasila kalau diperas dan menjadi eka sila akan menjadi kegotong royongan. Dasar dari bangsa Indonesia membangun demokrasi yang beradab itu harus berdasarkan pada nilai-nilai kegotong royongan itu. Demikian dikatakan Pengamat Hukum dan Politik Universitas Tanjungpura, Garuda Wikoseperti dikutip tribune.co.id (27/8).
Menurutnya nilai kegotong royongan menjadi penting untuk dimiliki oleh bangsa Indonesia dan semangat kebersamaan harus terus terpupuk. Menurutnya, penting dan perlu memegang teguh pada nilai-nilai yang telah bangsa Indonesia sepakati sebagai filosofi dan dasar negara alam menghadapi dinamika politik dan eskalasi politik yangterjadi. Garuda Wiko juga mengatakan bangsa Indonesia tidak boleh pecah belah karena sebuah agenda politik.Bangsa Indonesia harus tetap memepertahankan eksistensi sebagai sebuah bangsa dan nation.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah (UMJ) Jakarta Syaiful Bakhri seperti dikutip Merdeka.com (21/8) di Jakarta mengatakan Pancasila menjadi perekat persatuan bangsa di bawah panji Bhinneka Tunggal Ika. Tidak bisa lagi diganggu gugat. Dijelaskannya Pancasila itu sudah final sebagai ideologi dan jalan hidup berbangsa dan bernegara, serta sudah diterima sebagai jalan tengah menyatukan berbagai keragaman di Indonesia, baik saat baru merdeka sampai di era milenial sekarang ini. Menurut Syaiful ketika Pancasila sudah menjadi sebuah ideologi yang ada dalam konstitusi, maka akan terjaga dan itu berjalan selama 73 tahun Indonesia. Apalagi penentuan Pancasila sebagai dasar negara telah melalui proses pembahasan yang matang oleh para pendiri bangsa dan tokoh-tokoh agama di Indonesia. Syaiful Bakhri menjelaskan saat ini tugas bangsa Indonesia adalah melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni.