Dalam edisi Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Pawai Obor Asian Para Games 2018.
setelah sukses menyelenggarakan Asian Games 2018, Indonesia bersiap menggelar Asian Para Games di Jakarta pada 6 hingga 13 Oktober. Sama seperti Asian Games lalu, Pesta olahraga bagi atlet-atlet penyandang difabel ini ditandai dengan prosesi torch relay atau arak-arakan obor. Api yang menyala di obor ini berasal dari Api abadi Mrapen dan diambil pada 5 September lalu. Menteri pemuda dan olah raga Imam Nahrawi mengatakan, pawai obor ini tak hanya menjadi rutinitas sebelum Asian Para Games dimulai, melainkan ada makna besar dalam Pawai. Api yang menyala adalah simbol semangat yang terus menyala, berkobar, untuk meraih prestasi. Dengan demikian, kegiatan ini bertujuan untuk menggelorakan semangat peduli disabilitas.
Kota Solo menjadi tempat persinggahan setelah pengambilan api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah. Pawai obor dimulai dari Ternate dan resmi dimulai pada Minggu, 9 September. Obor disulut di halaman Kedaton Kesultanan Ternate untuk kemudian diarak menuju Pantai Falajawa 1 yang merupakan ikon Kota Ternate. Dari Ternate torch relay menuju kota Makasar. Pada Rabu 12 September, Obor diarak berkeliling dan disambut luar biasa oleh masyarakat. Ketua Umum Panitia Pelaksana Asian Para Games-INAPGOC, Raja Sapta Oktohari memperkirakan ada 20.000 orang turun untuk meramaikan acara pawai Obor Api Asian Para Games 2018 tersebut. Tiga atlet paralimpik Sulawesi Selatan dipercaya sebagai pembawa obor api Asian Para Games 2018 di Makassar.
Dari Makasar, obor Asian Para Games ini akan berada di Bali pada 16 September dilanjutkan ke Kota Pontianak pada 19 September. Dari Pontianak ke kota Medan pada 23 September dilanjutkan ke kota Pangkal Pinang pada 26 September dan berakhir di Jakarta pada 30 September. Obor Asian Para Games ini bermotif batik parang, sebagai identitas budaya Indonesia selaku tuan rumah. Di obor tersebut juga ada logo Asian Para Games. Di obor tersebut juga terdapat tiga cincin yang menandakan kecepatan, kekuatan dan prestasi yang lebih tinggi. Huruf braille juga menjadi bagian dari obor seberat 1,9kg itu untuk mempermudah para atlet tunanetra yang akan membawa obor.