Pemerintah Indonesia mendesak pemerintah Malaysia da Filipina untuk menjamin keamanan warga Negara Indonesia (WNI) di perbatasan kedua Negara. Desakan ini disampaikan seiring kasus penyanderaan dua nelayan Indonesia di perairan Sabah beberapa hari lalu. Mereka diculik saat bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Malaysia ketika menangkap ikan di perairan Sabah, Malaysia.
Kejadian penculikan dan penyanderaan menjadi pertanda bahwa keselamatan dan keamanan warga Negara Indonesia yang berada di kedua Negara, terutama di wilayah perairan perlu mendapat perhatian.
Untuk itu, kerja sama tripartit antara Indonesia, Malaysia dan Filipina dalam menjaga keamanan warga Negara mereka di di daerah-daerah perbatasan harus terus ditingkatkan. Jika perlu, juga dapat melibatkan Singapura dan Negara-negara anggota ASEAN lainnya.
Sebelumnya, tiga WNI yang berasal dari Selayar dan Bulukumba, Sulawesi Selatan, disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Ketiganya sudah dapat dibebaskan dan diserahkan kepada keluarga mereka. Mereka ditawan kelompok Abu Sayyaf sejak bulan Januari 2017 dan akhirnya dapat diselamatkan berkat kerjasama trilateral yang sudah dibangun sejak lama.
Menanggapi kasus penculikan terakhir, Presiden Filipina mendorong pembentukan joint operation (operasi bersama) dengan Indonesia dan Malaysia dan bukan sekedar patroli bersama. Selama ini patroli bersama yang dimaksudkan untuk membuat perompak atau penculik takut, sudah tidak efektif lagi. Khususnya dalam mencegah terjadinya kasus perompakan atau penculikan di wilayah perbatasan perairan laut. Untuk itu, joint operation tripartite dengan kekuatan dan perlengkapan yang memadai perlu dilakukan secara rutin untuk meminimalkan kejadian serupa.