Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla membuka pameran Internasional bidang teknologi industri pertahanan Indo Defence 2018 Expo & Forum di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (7/11). Pada pameran ini, sejumlah produk industri pertahanan dipamerkan, seperti senapan dan pesawat tanpa awak (drone). Puluhan negara dan industri pertahanan Internasional ambil bagian dalam pameran ini. Dalam sambutannya, Jusuf Kalla seperti dirilis Antara mengatakan, pameran Internasional tersebut memberikan pengetahuan baru bagi Indonesia dan negara peserta lain untuk mengerti perkembangan Alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Jusuf Kalla mengatakan, ketahanan dan keamanan menjadi hal penting untuk dimiliki sebuah negara, sehingga angkatan bersenjata wajib menjaga dua hal tersebut. Karena negara membutuhkan pertahanan dan keamanan, maka dia harus mempunyai angkatan bersenjata; karena mempunyai angkatan bersenjata, dia harus mempunyai senjata; dia harus mempunyai peralatan yang disiapkan untuk itu, kata Jusuf Kalla.
Penyelenggaraan Indo Defence yang ke delapan tahun ini juga menjadi ajang diplomasi pertahanan Indonesia untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran dunia. Jumlah peserta yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan Indo Defence Tahun 2018 sebanyak 867 perusahaan industri alutsista dari 60 negara, diantaranya Australia, Yunani, Slovakia, Arab Saudi dan Jepang. Sebanyak 30 negara hadir sebagai negara paviliun, termasuk Indonesia. Perusahaan asing yang turut hadir dalam Indo Defence 2018 antara lain Rheinmetal, Nexter, Reutech, Turkish Aerospace Industri, Inc, Polish Armanent group dan SVOS. Pameran alutsista tersebut berlangsung di JIEXPO Kemayoran, Jakarta selama empat hari sejak Rabu hingga Sabtu (10/11).
Sementara itu Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, sebanyak 10 delegasi setingkat menteri menghadiri acara tersebut. Ia berharap acara ini menjadi ajang promosi bagi industri pertahanan di Indonesia. Ryamizard Ryacudu bangga dengan penyelenggaraan pameran sekali dua tahun ini. Indo Defence Expo and Forum merupakan pameran industri pertahanan terbesar di Asia Tenggara. Pameran ini bahkan masuk dalam kalender pameran pertahanan dunia.
Pameran industri pertahanan ini dilaksanakan berbarengan dengan pameran kerdigantaraan dan helikopter dan pameran kemaritiman. Dalam kesempatan ini 14 perusahaan yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) Indonesia menanda tangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU). Berbagai rencana strategis diagendakan oleh perusahaan pelat merah dengan berbagai institusi. Koordinator BUMNIS Indonesia, Bayu Witjaksono, mengatakan MoU yang ditandatangani oleh pimpinan dari BUMNIS Indonesia beserta perusahaan rekanan bisnisnya ini merupakan langkah awal meningkatkan sinergi melalui optimalisasi sumber daya yang dimiliki masing-masing pihak dalam rangka sinergi perusahaan. Rencana sinergi itu diawali dengan penandatanganan MOU antara cluster National Defence and Hightech Industry (NDHI) dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).