Edisi kali ini mengetengahkan topik mengenai Wakili Indonesia, Kota Surabaya Masuk Nominasi Guangzou Award 2018.
Kota Surabaya kembali masuk nominasi Guangzhou Award 2018. Ini merupakan ke-empat kalinya kota Surabaya ikut serta dalam bertaraf ajang internasional ini. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku optimistis, Surabaya bisa meraih penghargaan prestisius tersebut kali ini. Pemerintah Surabaya masih berupaya meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Ada beberapa progres pembangunan yang saat ini sedang dilakukan antara lain, perbaikan saluran air, pelebaran jalan dan penambahan kapasoitas rumah pompa. Tri Rismaharini mengatakan, warga yang mendukung pembangunan oleh Pemerintah Surabaya itu juga dapat berpartisipasi dalam Guangzhou award. Warga dapat memposting vote pada link: vote. guangzhouaward.org/EN/vote.aspx.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya, M. Fikser, mengatakan bersamaan dengan acara United Cities and Local Government (UCLG) beberapa waktu lalu, para juri The Guangzhou International Award for Urban Innovation 2018 sudah datang ke Surabaya untuk menilai apakah proposal yang diajukan sama dengan kondisi di lapangan. Mereka datang tanpa pemberitahuan dan tidak mau ditemani pemerintah Kota Surabaya. M. Fikser seperti dikutip dari Akurat.co mengatakan mereka ingin lihat dampak yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya secara langsung. Dari 900 kota, telah diseleksi menjadi 169 kota dari 66 negara, kemudian diseleksi lagi menjadi 15 kota, dan Surabaya salah satunya.
Sementara itu, Director of Guangzhou Institute for Urban Innovation, Nicholas You, mengungkapkan alasan Surabaya dipilih sebagai nominator Guangzhou Award 2018. Menurutnya, inisiatif yang dilakukan Risma dengan melibatkan elemen masyarakat telah menjadi gerakan sosial, seperti pembayaran transportasi umum (Bus Surabaya) menggunakan botol plastik bekas. Tidak hanya itu, inisiatif Kota Surabaya dalam mengolah limbah sangat kreatif dan didasarkan pada model bisnis yang murah serta berkelanjutan. Dikatakannya, walaupun populasi berkembang jumlah limbah yang dihasilkan berkurang. Hal ini dapat dicontoh oleh negara lain. Nicholas mengatakan Surabaya sudah layak disebut sebagai kota berkelanjutan. Hal itu didasarkan pada sistem pengelolaan limbah yang partisipatif, yang menjadi indikator kunci dalam perubahan perilaku. Hal ini juga bisa menjadi salah satu bahan terpenting memperkenalkan perubahan di sektor lainnya, seperti transportasi, energi, keselamatan dan nutrisi.
Mewakili Indonesia, Surabaya akan bersaing dengan 15 kota untuk bisa meraih penghargaan prestisius itu. Kota tersebut adalah Brussels (Belgia), Dangbo (Benin), Federal Distric (Brasil), Vaudreuil-Dorion (Kanada), Vancouver (Kanada), Guangzhou (China), Nanning (China), Bogota (Kolombia), Curridabat (Kolombia), Senftenberg (Jerman), Isfahan (Iran), Hong Kong (China), Eliat (Israel), Kfar Saba (Israel) dan Bologna (Italia).
Kota-kota yang terpilih tersebut akan diundang ke Guangzhou pada awal Desember ini. Di sana, juri akan memutuskan pemenang berdasarkan presentasi serta aplikasi tertulis yang sudah disiapkan setiap kota.