Komplek industri petrokimia milik Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Banten, senilai 3,5 miliar dolar atau 52,5 triliun rupiah resmi dibangun. Pembangunan ditandai dengan prosesi peletakan batu pertama oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Jumat. Dalam sambutannya menteri Airlangga mengatakan, Industri petrokimia sama pentingnya seperti industri baja, sebagai mother of industry. Oleh sebab itu situasi lingkungan dan iklim usaha yang stabil perlu dijaga agar proyek ini berhasil terlaksana dengan baik.
Berdasarkan karakteristiknya, menurut Airlangga, industri petrokimia dikategorikan sebagai jenis sektor manufaktur yang padat modal, padat teknologi, dan lahap energi, sehingga perlu mendapat perhatian khsusus dari pemerintah untuk pengembangan yang berkelanjutan. Ia menjelaskan, di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, telah ditetapkan industri kimia menjadi salah satu sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan agar menjadi pionir dalam penerapan Revolusi Industri 4.0.
Untuk itu, Kemenperin mengapresiasi PT Lotte Chemical Indonesia yang telah merealisasikan investasinya dengan membangun komplek industri petrokimia di atas luas area 100 hektare terebut. Komplek industri petrokimia tersebut memiliki total kapasitas produksi naphta cracker sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku itu selanjutnya diolah untuk menghasilkan 1 juta ton etilene, 520 ribu ton propilene, 400 ribu ton polipropilene, dan produk turunan lainnya yang juga bernilai tambah tinggi. Produksi PT. Lotte Chemical Indonesia tersebut untuk memenuhi permintaan domestik maupun global.
Proyek pembangunan infrastrukturnya diperkirakan menyerap tenaga kerja langsung hingga 1.500 orang dan dengan tenaga kerja tidak langsung bisa mencapai 4.000 orang pada periode 2019-2023. Upaya ini diyakini meningkatkan perekonomian Indonesia secara fundamental, dengan penghematan devisa dari substitusi impor, dan akan pula dapat memperbaiki neraca perdagangan.
Menurut Airlangga produksi industri petrokimia ini dapat mendukung pengurangan impor produk petrokimia minimal 50 persen. Menurut Airlangga, pihaknya juga berharap agar proyek tersebut lebih mengutamakan penggunaan komponen lokal. Termasuk tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam proyek ini, harus lebih diutamakan dari dalam negeri.