Lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd (JCR) meningkatkan peringkat Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia dari BBB-/Outlook Positif menjadi BBB/Outlook Stabil. Kenaikan peringkat tersebut diumumkan Kamis (8/2/2018). Dalam siaran persnya, JCR menyatakan faktor kunci yang mendukung kenaikan SCR Indonesia adalah upaya sinergi pemerintah dalam melakukan reformasi struktural untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal tersebut berdampak positif dan tercermin dari kondisi iklim investasi yang semakin kondusif didorong berbagai Paket Kebijakan Ekonomi.
Selain itu, momentum pembangunan infrastruktur pun menguat melalui inisiatif Proyek Strategis Nasional. Japan Credit Rating juga mengakui, 15 Paket Kebijakan Ekonomi dan penurunan suku bunga kebijakan oleh Bank Indonesia telah mendorong peningkatan investasi swasta khususnya di sektor non komoditas. Selain itu, penurunan defisit transaksi berjalan tetap berada di bawah level yang terkendali. Cadangan devisa tinggi juga menjadi faktor yang menaikkan rating tersebut. Semua kondisi tersebut menggambarkan penguatan ketahanan Indonesia terhadap gejolak eksternal. Japan Credit Rating juga mencatat sektor perbankan Indonesia tetap sehat dan pembiayaan melalui pasar keuangan tumbuh kuat. Hal itu tercermin dari penerbitan saham, obligasi, dan Medium Term Notes (MTN) yang meningkat. Di sisi fiskal, JCR mengakui reformasi fiskal yang dilakukan pemerintah berupa pengalihan belanja subsidi kepada belanja infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan telah berhasil mengurangi defisit fiskal dan meningkatkan efisiensi belanja.
Menanggapi kenaikan rating tersebut, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, peningkatan rating oleh JCR mencerminkan semakin meningkatnya keyakinan lembaga Internasional terhadap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia, dan komitmen pemerintah memperbaiki struktur ekonomi ke depan. Agus Martowardojo dalam keterangan resminya, di Jakarta Kamis (8/2) menegaskan, pencapaian tersebut juga menunjukkan upaya sinergi kebijakan yang harmonis antara BI dan pemerintah yang mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Semua itu memberikan suasana kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut Agus Martowardojo, kedepan BI lebih mengoptimalkan kebijakan makroprudensial dan pendalaman pasar keuangan di dalam bauran kebijakan yang ditempuh.
Bank Indonesia juga akan terus memberikan komitmen dan kontribusi nyata dalam mendukung upaya reformasi struktural pemerintah bagi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan dan inklusif. Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan, pertumbuhan utang luar negeri korporasi juga melambat sebagai dampak penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan Utang Luar Negeri korporasi yang diatur Bank Indonesia. Sehingga meningkatkan ketahanan sektor eksternal Indonesia.