Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-KLHK bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar lokakarya temu peneliti dan konservasionis hidupan liar Indonesia di IPB International Convention Center, di Bogor, Senin (8/7). Kegiatan tersebut selain meningkatkan kapasitas peneliti hidupan liar di Indonesia, juga untuk meningkatkan jaringan kerja serta memaksimalkan kemampuan Indonesia di bidang diplomasi konservasi internasional.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno menyatakan, saat ini baru sekitar 75 orang baik peneliti, profesi maupun penggiat hidupan liar Indonesia yang berkiprah dalam berbagai specialist group dalam Species Survival Commission (SSC) yang dibentuk oleh International Union of Conservation of Nature (IUCN). Jumlah ini sebenarnya sedikit, mengingat banyak specialist group yang tidak memiliki anggota dari Indonesia. Oleh karena itu, lokakarya para peneliti dan konservasionis hidupan liar Indonesia kali ini diarahkan untuk memaksimalkan kemampuan Indonesia di bidang konservasi internasional.
Wiratno menambahkan, sebagai salah satu negara mega biodiversitas, Indonesia telah menjadi perhatian peneliti hidupan liar dan menghasilkan ratusan temuan baru. Berbagai peneliti hidupan liar di Indonesia kini telah bergabung dalam banyak himpunan profesi yang merupakan kumpulan para peneliti dan penggiat konservasi sebidang seperti Indonesian Ornthologist Union (IDoU), Perhimpunan Herpetologi Indonesia (PHI), Perhimpunan Entomologis Indonesia (PEI), Perkumpulan Biologi Indonesia (PBI), Forum Orangutan Indonesia, Forum Harimau Kita dan perkumpulan yang bersifat profesi seperti Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Dikatakannya, Species Survival Commission dibentuk oleh IUCN yang tumbuh menjadi jaringan global berbasis ilmu dari ribuan ahli sukarelawan di bidang keanekaragaman hayati. SSC melakukan penilaian terhadap status spesies, mengembangkan rencana dan strategi aksi konservasi spesies, menyiapkan pedoman teknis dan merumuskan kebijakan IUCN. Secara umum, SSC mempromosikan pengetahuan teknis, saran, dan panduan kebijakan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tindakan konservasi di seluruh dunia.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Rinekso Soekmadi menyampaikan, lokakarya peneliti dan konservasionis hidupan liar tahun ini dapat merekatkan jejaring para peneliti dengan pengambil kebijakan. Sekaligus juga meningkatkan sinergi dengan para pihak terkait dalam menyelesaikan berbagai persoalan konservasi. Senada dengan Rinekso, Wiratno berharap pertemuan ini dapat meningkatkan peran serta peneliti Indonesia dalam berbagai keanggotaan lembaga konservasi internasional terutama IUCN melalui keikutsertaan dalam specialist group maupun pengajuan specialist group/red list authority khusus yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia.