Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama operator telepon seluler meluncurkan aplikasi Laut Nusantara pada 2018. Program Laut Nusantara adalah aplikasi menggunakan citra satelit yang bertujuan untuk mendeteksi lokasi-lokasi yang memiliki populasi ikan terbanyak. Aplikasi Laut Nusantara bisa diunduh di Play Store secara gratis melalui smartphone Android dengan menggunakan operator layanan data.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP Sjarief Widjaja dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, mengungkapkan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan Program Laut Nusantara merupakan salah satu contoh pemberdayaan hasil riset yang ditujukan untuk kepentingan nelayan di berbagai daerah agar dapat membantu mereka dalam menangkap hasil perikanan.
Selain itu, menurut Sjarief, setiap pagi program tersebut diunggah melalui semua media komunikasi sosial yang akrab di tengah masyarakat, salah satunya adalah twitter. Sjarief mengatakan, program ini dapat di-download dan diakses pada telpon seluler masing-masing untuk mengetahui di mana titik-titik lokasi ikan. Dengan begitu, nelayan juga dapat dengan mudah mendeteksi wilayah untuk memudahkan penangkapan ikan.
Aplikasi itu bisa digunakan oleh nelayan saat melaut sejauh smartphone mereka masih bisa menangkap sinyal data dari operator. Berdasarkan ujicoba di sejumlah daerah, aplikasi masih bisa dibuka hingga jarak 10 mil dari pantai.
Aplikasi Laut Nusantara yang dibangun selama kurang lebih 5 bulan ini didukung basis informasi yang lengkap dan setiap saat. Sumber data sepenuhnya atas kerjasama dengan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL).
Menurut Sjarief, sebagai lembaga riset dan observasi kelautan di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, BROL memiliki data kelautan yang sangat lengkap dan sangat berguna untuk pengembangan di bidang kelautan, termasuk manfaat praktis bagi nelayan kecil.
Saat ini sudah ada 11 daerah dan 1.300 nelayan yang sudah menerima sosialisasi program Laut Nusantara. Ke-11 daerah tersebut adalah Perancak, Pandeglang, Lombok Tengah, Kenjeran, Situbondo, Indramayu, Greges, Pakutatan, Serang, Sendang Biru, dan Prigi.
Hingga Februari lalu, tidak kurang dari 10.000 nelayan telah memanfaatkan aplikasi ini. Ditargetkan hingga akhir tahun akan ada 15 ribu nelayan yang dapat memanfaatkannya.
Ketua Harian Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia-Iskindo, Mohammad Abdi Suhufan berharap, intervensi teknologi internet bagi kepentingan nelayan itu akan membawa perubahan sosial yang luar biasa bagi nelayan sehingga butuh pendampingan agar pemanfaatannya bisa menimbulkan dampak positif.