Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Republik Korea akan benrlangsung di Kota Busan, Korea Selatan pada 25-27 November. Pertemuan itu akan menandai betapa eratnya hubungan ASEAN dan Korea Selatan yang sudah berjalan sejak 1989. KTT itu juga akan menyusun rancang biru (blue print) bagi hubungan ASEAN-Korea untuk 3 dasawarsa mendatang. Hal ini disampaikan oleh Lim Sung-nam, Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN yang berbasis di Jakarta dalam forum dialog yang diselenggarakan Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC) di Jakarta, Kamis (24/10). Sejak November 2017, telah terjadi perubahan alur politik luar negeri Korea melalui Kebijakan Selatan Baru ‘New Southern Policy’. Pelaksanaan 'Kebijakan ke Arah Selatan Baru' difokuskan pada 3P: people, peace, prosperity, atau masyarakat, perdamaian dan kemakmuran. Khsusunya dengan Indonesia dan ASEAN, Lim Sung-nam juga menyampaikan komitmennya untuk membangun kemitraan ekonomi antara Korwa Selatan dan ASEAN, yang dipimpin oleh Indonesia, setara dengan 4 negara kuat di sekitarnya. Hubungan erat antara ASEAN and Korea Selatan akan memperkuat kerjasama antara Korea Selatan dan Indonesia seperti pertukaran tenaga kerja, teknologi dan seni budaya. Dia juga melontarkan harapannya untuk membangun komunitas kemakmuran bersama melalui kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan dengan Indonesia, untuk selanjutnya berkontribusi bagi perdamaian se-Asia melalui kerjasama keamanan. Volume perdagangan bilateral ditargetkan akan mencapai 30 miliar dolar hingga tahun 2022 dan lebih dari 50 miliar dolar dalam jangka panjang.
Bagaimana dengan Korea Utara? Dalam KTT ASEAN ke-33 di Singapura, pada November 2018, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengusulkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un diundang dalam peringatan 30 tahun kerjasama ASEAN-Korea Selatan November ini. Menurut Presiden Joko Widodo, undangan itu akan mendorong terciptanya perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea; dia juga mendorong pertemuan tersebut agar Korea Utara berkomitmen menuju Semenanjung Korea bebas nuklir. Selama 5 dekade, Indonesia telah menjalin hubungan bilateral dengan Korea Utara dan mendukung penuh situasi damai yang berkelanjutan di Semenanjung Korea. Walaupun sempat disebut-sebut akan menghadiri KTT ini, sampai saat ini belum ada kepastian apakah Pemimpin KKorea Utara, Kim Jong-un akan memenuhi undangan tersebut. Masih ada waktu 1 bulan ke depan untuk meningkatkan komunikasi diplomasi para pihak terhadap Korea Utara, sehingga pertemuan KTT ASEAN ke-33 ini bisa berjalan maksimal. Kita harapkan Indonesia bisa memainkan peran strategisnya untuk hal ini. Pada akhirnya, KTT ASEAN – REPUBLIK KOREA ini akan membawa perdamaian untuk kawasana ASEAN, Semanjung Korea, termasuk dunia Internasional.
Pemuda memiliki peran penting dalam perjalanan suatu bangsa. Sejarah mencatat, kemerdekaan Indonesia berhasil diraih berkat peranan para pemuda. Berkat desakan pemuda yang "menculik" Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, Indonesia kemudian berhasil memproklamasikan kemerdekaannya di tahun 1945.
Sesungguhnya, peran pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan telah ada jauh sebelum 1945. Dimulai dari berdirinya organisasi pemuda Boedi Oetomo pada 1908, sampai diselenggarakannya Kongres Pemuda 1 dan 2 yang kemudian menghasilkan ikrar yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada 28 Oktober 1928 menjadi alat dan penyemangat bangsa Indonesia untuk merdeka. Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, perjuangan bangsa Indonesia yang dahulu bersifat kedaerahan berhasil disatukan guna mewujudkan Indonesia merdeka.
Pemuda saat ini tentu saja berbeda dengan pemuda 91 tahun yang lalu, saat Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan. Pemuda saat ini adalah yang hidup di era teknologi 4.0 yang serba cepat, serba instan. Apa yang dialami oleh pemuda tahun 1928 tentu saja berbeda dengan pemuda saat ini ketika teknologi informasi telah begitu maju.
Seperti halnya dua sisi mata uang, pesatnya perkembangan teknologi informasi memiliki dampak positif dan negatif. Di satu sisi, kecepatan teknologi informasi memungkinkan pemuda untuk meningkatkan pengetahuan, pengembangan sumber daya serta daya saingnya. Namun di sisi lain, perkembangan teknologi informasi juga memiliki dampak negatif apabila apa yang diterima bersifat destruktif, misalnya informasi tentang paham radikalisme. Untuk itu, pemuda Indonesia saat ini harus memiliki filter yang baik. Pintar memilah dan memilih, mana informasi yang berguna, mana yang kurang bermanfaat atau berbahaya.
Selain itu, pemuda Indonesia saat ini harus memiliki karakter yang tangguh, beriman dan bertaqwa, memiliki integritas tinggi, jujur, santun, bertanggungjawab, berdisiplin, sekaligus memiliki intelektual dan kemampuan memimpin serta mampu melakukan inovasi agar dapat berperan aktif di tingkat internasional. Pemuda adalah harapan dan masa depan bangsa dan negara..
Indonesia kembali mengukir prestasi di dunia internasional dengan terpilih sebagai anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2024. Dalam pemungutan suara, Indonesia meraih dukungan suara dari 174 negara. Pemilihan berlangsung dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York pada tanggal 17 Oktober 2019. Indonesia memperoleh suara tertinggi untuk kawasan Asia Pasifik dan terpilih bersama tiga negara lainnya dari grup Asia Pasifik, yaitu Jepang dengan 165 suara, Republik Korea mendapat 165 suara dan Marshall Islands dengan 123 suara. Seperti dikutip laman Kemlu.go.id , Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta sesaat setelah pemilihan berlangsung di Markas Besar PBB, New York mengatakan dukungan terhadap Indonesia adalah amanah dan bukti kepercayaan internasional dan Indonesia memiliki rekam jejak dan kontribusi yang tinggi dalam pemajuan HAM melalui kerjasama internasional. Bagi Indonesia, keanggotaan ini juga merupakan bentuk pemenuhan mandat konstitusi dan penegasan komitmen Indonesia dalam penerapan norma HAM global tidak hanya di tingkat global, melainkan juga di tingkat regional dan nasional. Retno Marsudi mengatakan kemenangan ini adalah hasil kerja keras seluruh elemen bangsa。 Dalam kesempatan itu, Retno Marsudi atas nama Kementerian Luar Negeri mengucapkan terimakasih kepada seluruh elemen bangsa, termasuk rekan-rekan media.
Dewan HAM PBB yang berlokasi di Jenewa merupakan organ antarpemerintah di PBB yang terdiri atas 47 negara anggota PBB dan bertanggung jawab untuk memperkuat pemajuan dan pelindungan HAM di seluruh dunia, menangani situasi pelanggaran HAM serta membuat rekomendasi terkait hal tersebut. Keanggotaan Indonesia di Dewan HAM PBB yang mengusung tagline "A True Partner for Democracy, Development and Social Justice" diharapkan dapat mendorong mekanisme HAM PBB ini lebih efektif, efisien dan membuka dialog dialog yang konstruktif dengan prinsip universalitas, tidak memihak, objektivitas dan non selektivitas.
Pada tahun 2020, keanggotaan Indonesia di Dewan HAM akan dimulai. Hal tersebut bersamaan dengan keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB. Indonesia akan memulai masa tugasnya pada 1 Januari 2020 bersama dengan negara-negara Asia Pasifik lainnya yakni Afghanistan, Bahrain, Bangladesh, Fiji, India, Jepang, Marshall Islands, Nepal, Pakistan, Filipina, Qatar, dan Republik Korea.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Anggota Dewan Menteri untuk Integrasi Ekonomi dan Makroekonomi Eurasian Economic Commission (EEC) Eurasian Economic Union (EAEU) Sergey Glasyev melakukan pertemuan bilateral membahas perdagangan dan investasi untuk meningkatkan kerja sama ekonomi Indonesia dengan negara anggota EEC. Negara anggota EEC adalah Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan dan Rusia. Pertemuan dilakukan di sela-sela rangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten Kamis (17/10). Sebelum pertemuan bilateral dimulai, Menteri Sergey menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa stan di TEI 2019. Pertemuan dilanjutkan dengan penandatanganan Memorandum Kerja Sama (Memorandum of Cooperation/MOC) antara Indonesia dan EEC, sebagai bentuk komitmen kedua pihak mempererat hubungan ekonominya.
Enggartiasto Lukita mengatakan, pertemuan ini merupakan implementasi dari visi Presiden Joko Widodo dalam meningkatan ekspor, yaitu dengan membuka pasar baru bagi produk Indonesia, dan Eurasian Economic Union (EAEU)adalah pasar nontradisional.
Lebih lanjut Enggartiasto menegaskan, Memorandum Kerja Sama (MOC) akan dijadikan landasan bagi kedua pihak untuk memulai kerja sama teknis di berbagai bidang guna peningkatan perdagangan dan investasi, seperti pertukaran informasi dan pengalaman, studi bersama dan mendorong interaksi bisnis. Bidang kerja sama MOC mencakup 18 sektor antara lain perdagangan barang, jasa, investasi, industri, pertanian, transportasi, energi, persaingan usaha dan hak kekayaan intelektual. Engggartiasto menegaskan, penandatanganan tersebut merupakan tonggak sejarah baru bagi kedua pihak. Menteri Sergey baru saja dilantik dan kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Menteri Sergey ke luar negeri. Hal ini memperlihatkan komitmen kedua pihak dalam peningkatan hubungan perdagangan Indonesia dengan negara-negara anggota EEC. EEC sebelumnya sudah menandatangani MOC serupa dengan negara ASEAN lainnya. Pada pertemuan bilateral terebut, kedua Menteri juga membahas tentang kerja sama dalam konteks ASEAN-EEC Dialogue. Untuk itu, Indonesia harus memanfaatkan kerja sama ini untuk membangun momentum dan mendorong daya saing Indonesia, khususnya dengan EEC. Indonesia dan EEC akan melakukan pertemuan pertama Joint Working Group pada semester pertama 2020 untuk mengidentifikasi kerja sama konkrit yang dapat dilakukan oleh kedua pihak. Ia menambahkan, pada pertemuan ini pihaknya juga membahas isu-isu hambatan perdagangan diantaranya eksportasi kelapa sawit yang merupakan produk ekspor komoditas unggulan Indonesia ke negara EEC.