Warna Warni edisi kali ini akan mengajak Anda untuk mengenal Janggan, layangan khas Bali. Layang-layang di sebagian wilayah Semenanjung Malaya merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara yang terhubung dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Di Bali layangan dibentuk dengan cara yang tidak biasa seperti umumnya dengan ukuran yang luar biasa. Masyarakat Bali menyebutnya Janggan. Sepintas jika kita memikirkan kata layang-layang mungkin yang ada di benak Anda adalah sebuah kertas yang berbentuk jajaran genjang dilengkapi dengan rangka dari bambu. Dengan ukuran kecil yang sangat wajar namun Janggan berbeda. Memiliki bentuk yang luar biasa indah dan tidak seperti layangan pada umumnya, Janggan dibentuk menyerupai tokoh-tokoh dalam cerita pewayangan Bali. Jika tidak diterbangkan, kita akan mengira bahwa layangan ini adalah ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh adalah sejenis karya seni patung yang terbuat dari kertas dari rangka bambu. Dalam kebudayaan Bali, ogoh-ogoh menggambarkan kekuatan alam semesta dan waktu yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam kelompok layangan tradisi, janggan merupakan salah satu layangan yang unik, dipercaya sebagai naga sang penjaga kestabilan dunia.
Menurut mitos, bumi ditopang oleh seekor kura-kura raksasa bernama benawang nala. Dan bumi tersebut dikelilingi oleh tubuh seekor naga bernama naga besuki. Naga itulah yang diabadikan menjadi layangan janggan. Janggan merupakan layangan sakral. Pasalnya, bagi masyarakat Bali, layang-layang bukan hanya sekedar permainan. Layangan dipercaya memiliki tubuh, tulang, bahkan roh. Jiwa layangan diyakini sebagai perwujudan Rare Angon atau dewa layangan. Di masa itu, para petani Bali pun percaya bahwa kaki para pelayang yang menginjak2 lahan, akan membuat tanah menjadi subur. Maka, sampai sekarang layang-layang harus diupacarai sebelum dilombakan, khususnya bagian tapelnya atau topeng.
Sebelum dan sesudah diterbangkan, layangan ini harus disucikan terlebih dahulu. Layangan tradisional ini menjadi ciri khas tersendiri dan tetap masyarakat. Layangan janggan terdiri dari Layangan itu sendiri dan ekornya terbuat dari kain yang panjangnya bisa melebihi 100m tergantung dari ukuran layangan janggan tersebut. Karena ukuran layangan janggan besar, maka dalam menerbangkannya dibutuhkan banyak orang dan angin yang cukup. Disamping itu dibutuhkan juga lahan yang luas agar layangan dapat mengudara dan mendarat dengan selamat.
Selain ukuran yang besar, layangan Janggan juga mempunyai ciri khas tersendiri yaitu dapat berbunyi saat diterpa angin. Karena masih melekatnya tradisi Layangan di Bali, maka setiap tahun diadakan Bali Kites Festival berbagai kategori termasuk kategori layangan Janggan. Walaupun keadaan lahan di bali yang semakin hari semakin penuh dan berdampak berkurangnya tempat bagi penikmat layangan terutama yang berukuran besar, namun hal itu tidak mengurangi semangat para pelayang bali. Hal ini terbukti dengan selalu ramainya Festival layangan tersebut. Baiklah pendengar, demikian informasi mengenal layangan Janggan khas Bali. Terimakasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada Warna Warni edisi berikutnya.
Hari ini kami akan memperkenalkan Danau Paniai di Papua. alam Papua tidak henti-hentinya menyajikan pesona alam yang memukau. Mulai dari pantai, pegunungan, gua, hingga danau. Salah satu danau yang memiliki pemandangan yang memukau adalah Danau Paniai yang terletak di Kecamatan Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua.
pada awalnya, Danau Paniai beserta Danau Tigi dan Danau Tage dinamakan Wisselmeren. Nama ini merupakan nama dari seorang pilot berkebangsaan Belanda bernama Frits Julius Wissel, yang pertama kali menemukan ketiga danau ini. Pada masa kolonial Belanda, nama Wisselmeren lebih populer dibanding Paniai. Wisselmeren berasal dari bahasa Belanda yang berarti “Danau-danau Wissel”.Danau Paniai adalah danau terbaik dan terindah di Seluruh Dunia yang dinyatakan oleh 157 Negara-negara pemilik danau di dunia pada Konferensi Danau se-Dunia di India pada 30 November 2007.Danau Paniai memiliki luas yang mencapai 14.500 hektare dan berada diketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. Karena letaknya yang begitu tinggi, udara di sekitar Danau Paniai terasa sangat sejuk. Tidak hanya berhawa sejuk, terdapatnya bebatuan dan pasir di tepian danau, serta dikelilingi oleh tebing yang tinggi, menambah daya tarik objek wisata ini.Dibalik keindahan alam Danau Paniai, danau ini juga menyimpan aneka jenis ikan air tawar dan udang. Diantara banyak jenis ikan air tawar yang terdapat di danau ini, ikan Pelangi adalah ikan yang paling sering dicari oleh para nelayan dan kolektor ikan, karena bernilai ekonomis tinggi.
kegiatan wisata yang dapat anda lakukan di Danau Paniai ini antara lain, jalan-jalan disekitar danau, memancing, atau membakar ikan hasil tangkapan. Selain itu, anda juga dapat mendaki bukit-bukit yang ada di pinggir danau. Dari atas bukit tersebut, anda dapat menyaksikan keindahan alam yang luar biasa dengan sejuknya hembusan angin yang menyegarkan.Untuk menuju Danau Paniai, anda dapat berangkat dari Kota Enarotali, ibu Kota Kabupaten Paniai. Dari kota tersebut, menggunakan jalur darat dengan menyewa bus yang akan mengantar anda sampai objek wisata ini. Bagi anda yang ingin bermalam disekitar danau ini dapat menginap dibeberapa penginapan yang tersedia atau di rumah-rumah penduduk sekitar.
Pelangi Nada edisi kali ini, kami hadirkan lagu-lagu Indonesia bernuansa Islami. mengawali perjumpaan, saya hadirkan lagu berjudul “Lailahaillallah”.
demikian lagu berjudul “Lailahaillallah” yang dibawakan oleh Opick. Opick merupakan salah satu penyanyi di Indonesia yang konsisten mengeluarkan album-album religi. Lagu “Lailahaillallah” ini terdapat dalam album “Sang Maha Cahaya” yang dirilis pada tahun 2016. Setiap album religi yang dikeluarkan oleh Opick adalah salah satu upayanya untuk mencerahkan para pendengarnya, agar selalu terus mengingat Allah. Pendengar, lagu religi berikutnya “Hanya Pada-Mu Aku Bergantung”.
telah anda dengarkan lagu “Hanya Pada-Mu Aku Bergantung” yang dinyanyikan oleh Renny Djajoesman. Lagu ini terdapat dalam album “Sujud” yang dirilis tahun 2016. Musik dari lagu yang diciptakan oleh Lies Hadi ini diaransemen oleh Edi Kemput. Lagu ini terlebih dahulu dipopulerkan oleh sahabat Renny Djajoesman sekaligus penyanyi senior papan atas, Gito Rollies. Lagu ini bercerita tentang seorang hamba yang berserah diri kepada Allah SWT. Pendengar, berikut hadir kembali lagu bernuansa Islami berjudul Istighfar. Selamat mendengarkan…
demikian “Istighfar” yang dilantunkan oleh Hedi Yunus. Lagu yang juga dirilis tahun 2016 ini terdapat dalam album bertajuk “Salat”. Menurut salah satu personil grup vokal Kahitna ini musiknya dikemas dengan melodi yang easy listening sehingga bisa didengarkan kapan saja, tak hanya di bulan Ramadhan. Pendengar, demikian Pelangi Nada edisi Ramadhan kali ini. Menutup perjumpaan, saya hadirkan lagu pop religi lainnya “Lillahi Ta’Ala” oleh Sarah.
Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan salah satu tananaman berkasiat sebagai obat yang cukup mudah ditemukan di Indonesia, terutama di kota besar. Tanaman ini memiliki bentuk daun memanjang dengan permukaan daun berwarna hijau pekat. Memiliki bunga berwarna kuning pias, putih, atau ungu dan dapat berbunga lebat sepanjang tahun. Sambiloto juga berbuah yang berbentuk lonjong dengan biji gepeng. Ketinggian batang bisa mencapai 90 cm dan bercabang banyak sehingga akan membuat tanaman ini tampak rimbun.
Sambiloto diperkirakan berasal dari Asia. Tanaman ini kemudian menyebarluas ke India, semenanjung Malaya dan pulau Jawa, Indonesia. Meskipun demikian, ternyata masyarakat di beberapa wilayah lain di Indonesia juga mempunyai sebutan lain untuk sambiloto, seperti: sambilata (Melayu); ampadu tanah (Sumatera Barat), sambiloto, ki pait (Jawa Tengah) dan ki oray dalam bahasa Sunda. Tanaman ini bisa tumbuh dengan curah hujan antara 2000-3000 mm per tahunnya, dengan suhu 25 sampai 32 derajat celcius di ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Karena itulah sambiloto dapat tumbuh subur di Indonesia.
para pakar pengobatan herbal di seluruh dunia telah melakukan uji coba mendalam dan berkelanjutan terhadap manfaat daun sambiloto sebagai obat kanker. Hasil pengujian laboratorium membuktikan bahwa keunggulan farmakologi sambiloto meliputi anti inflamasi, anti tumor jinak, anti kanker (tumor ganas), diuretik, analgesik, anti hipertensi, hipoglikemia, stomatik, abortif, dan anti HIV. Khasiatnya menghambat pembentukan sel kanker, menekan laju penyebaran, hingga mematikan sel kanker yang diperoleh dari zat laktone pada daun sambiloto. Zat laktone itu sendiri terdiri atas senyawa-senyawa penting, seperti andrographolide, deoksiandrographolide, dehidroandropholide, homoandrografolide, dan neoandrografolide
berdasarkan temuan para pakar di Jepang, senyawa-senyawa tersebut, terutama andrographolide berperan sebagai antioksidan yang bekerja aktif melawan sel kanker skuamosa dan sejumlah sel limfosit yang telanjur terkontaminasi leukemia. Senyawa ini juga menghambat sel kanker agar tidak terus membelah diri. Senyawa andropholide ini pula yang menciptakan rasa pahit luar biasa pada daunnya.
berdasarkan uji klinis terhadap keutamaan daun sambiloto untuk menyembuhkan kanker, terungkap bahwa dari sekian banyak jenis kanker yang ada, daun sambiloto lebih efektif diterapkan pada pederita kanker payudara dan kanker lambung. Untuk jenis kanker lainnya, daun sambiloto memberikan reaksi yang lebih lambat. Efektivitas daun sambiloto juga ditentukan dari cara pengolahannya. Banyak orang yang tidak merasakan manfaat apa-apa setelah mengonsumsi daun sambiloto. Setelah ditelusuri, ternyata pangkal masalahnya terletak pada cara mengolah, dosis, serta kedisiplinan orang itu sendiri. Pengobatan herbal cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pengobatan medis.
Sebagian besar pengobatan herbal tidak menimbulkan efek samping serius jika diterapkan dengan benar dan di bawah pengawasan ahli herbal. Penggunaan jangka panjang tanaman herbal termasuk daun sambiloto tanpa dosis yang tepat dan pengawasan dokter herbal, juga dapat memberi dampak negatif diantaranya menurunkan selera makan, merusak sel-sel pankreas dan menurunkan kadar gula dalam darah yang berujung pada penyakit hipoglikemia.