pesona indonesia

pesona indonesia (572)

15
December
 
VOInews, Kotawaringin Barat: Pantai Tanjung Penghujan terletak di desa Teluk Bogam, kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Pantai ini juga dikenal dengan sebutan Pantai Teluk Bogam, diambil dari banyaknya tanaman Bogam yang tumbuh di kawasan teluk. Berjarak sekitar 16 kilometer dari ibu kota kecamatan Kumai dan 70 kilometer dari pusat kota Pangkalan Bun, destinasi ini terbilang terpencil namun menyimpan keindahan alam yang luar biasa.
 
Pantai Tanjung Penghujan menawarkan suasana alami dengan dataran rendah berpasir dan ketinggian antara 0-3,5 meter di atas permukaan laut. Topografinya yang datar dan berpasir memberikan ketenangan serta kedamaian. Pantai ini memiliki luas 44 hektar, membuatnya menjadi lokasi ideal untuk berkemah. Pengunjung dapat membawa peralatan seperti tenda, alat memasak, air mineral, serta pakaian tebal untuk menghadapi angin pantai yang dingin, terutama di sore dan malam hari.
 
Berkemah di Pantai Tanjung Penghujan memberikan pengalaman yang menenangkan. Deruan angin kencang dan suara hewan malam dari hutan cemara menciptakan suasana yang damai. Berbeda dengan destinasi wisata komersial, di pantai ini tidak dikenakan biaya masuk, meskipun pengunjung diingatkan untuk menjaga kebersihan dan mematuhi peraturan yang berlaku. Deretan pohon cemara dan padang rumput hijau menyempurnakan pemandangan, membuat matahari terbit dan tenggelam terasa lebih memukau.
 
Pemandangan di Pantai Tanjung Penghujan begitu memikat, sehingga pengunjung merasa betah berlama-lama. Gazebo dengan atap rumah panggung khas Kalimantan menjadi tempat yang ideal untuk beristirahat sembari menikmati panorama laut biru yang memukau. Tepian pantai juga menawarkan kesempatan untuk berenang di air laut yang jernih dan bersih, memberikan pengalaman segar dalam suasana yang masih alami. Keindahan ini seakan tak terlewatkan.
 
Untuk mencapai pantai ini, pengunjung perlu menempuh perjalanan darat sekitar 60 menit dari pusat kota Pangkalan Bun. Sepanjang perjalanan, pemandangan alam yang menawan menemani, terutama saat matahari terbit dan tenggelam, memberikan momen yang tak terlupakan. Pantai Tanjung Penghujan adalah destinasi yang sempurna untuk melarikan diri dari keramaian dan mengeksplorasi pesona alam Kalimantan Tengah yang masih begitu terjaga.
10
December

Alat musik kolintang (Foto : Google)

09
December

Gua Liang Bua berada di Dusun Golo Manuk, Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

03
December

Ungkrung Ulat Jati Gunungkidul. (Tokopedia)

02
December

Kapal melintasi tak jauh dari pulau Siden, perairan kecamatan Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, Sabtu (1/8). Pulau Siden yang berdampingi dengan pulau Keluang di perairan Hindia, kabupaten Aceh Jaya itu, memiliki potensi wisata dengan keindahan pasir putih dan juga terumbu karang serta terdapat banyak ikan, ACEH.ANTARANEWS.COM/Ampelsa/15

01
December
 
 
VOInews, Jakarta:  Misool, salah satu dari empat pulau utama di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, menawarkan pesona alam yang luar biasa. Terletak di lepas pantai barat Pulau Papua dan berbatasan langsung dengan Laut Seram, pulau ini menjadi destinasi impian bagi para pecinta wisata bahari dan penjelajah alam.  
 
Pulau seluas 2.034 kilometer persegi ini tidak hanya memikat dengan keindahan alamnya, tetapi juga menyimpan warisan budaya berharga. Situs-situs petroglif kuno yang ditemukan di dinding gua-gua Misool diperkirakan berusia hingga 5.000 tahun, menjadikan pulau ini sebagai lokasi bersejarah yang unik.  
 
Keindahan Misool semakin sempurna dengan pemandangan gugusan batu karst yang megah dan ekosistem bawah laut yang memukau. Sebagai bagian dari segitiga terumbu karang dunia, perairan Misool menjadi rumah bagi ribuan spesies ikan hias dan terumbu karang yang masih terjaga kelestariannya.  
 
Salah satu ikon Pulau Misool yang wajib dikunjungi adalah Love Lagoon, atau Laguna Cinta, yang terletak di kawasan Geosite Karawapop. Seperti namanya, laguna ini memiliki bentuk menyerupai hati, menjadikannya tempat favorit untuk berfoto dan bersantai. Pengunjung juga dapat berenang, berkayak, atau sekadar menikmati panorama alam yang menenangkan.  
 
Dalam perjalanan menuju Misool, wisatawan akan melewati Batu Susun Fafanlap, formasi batu besar yang tersusun alami di tengah lautan. Fenomena geologi ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga subjek penelitian ilmiah. Di sini, pengunjung dapat menikmati suasana damai sambil menyaksikan matahari terbenam di balik formasi batuan berusia ribuan tahun.  
 
Untuk mencapai Misool, perjalanan dimulai dari kota Sorong, gerbang utama menuju Raja Ampat. Dari Sorong, wisatawan melanjutkan perjalanan dengan kapal feri, speedboat, atau kapal phinisi menuju Pulau Misool. Meski membutuhkan waktu 4-6 jam, perjalanan laut ini menawarkan pemandangan pulau-pulau kecil dan air jernih berwarna hijau kebiruan yang memanjakan mata.  
 
Keindahan alam, sejarah, dan keanekaragaman hayati yang ditawarkan Pulau Misool menjadikannya destinasi wisata yang wajib dikunjungi. “Pulau ini adalah surga tersembunyi yang layak masuk dalam daftar perjalanan para pecinta alam,” kata seorang wisatawan yang telah mengunjungi tempat ini.  
 
Bagi Anda yang menggemari wisata bahari, Pulau Misool adalah pilihan sempurna. Dengan segala pesonanya, Misool tidak hanya menawarkan pengalaman liburan yang tak terlupakan, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan keindahan alam Indonesia untuk generasi mendatang.  
 
Sumber: Pesona Indonesia/VOI
 
 
26
November

Kerake jajanan khas dari Kelayu, Lombok Timur. Foto: Yunia/RRI

25
November

Panorama venue cabang triathlon Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 yang berlangsung di Danau Lut Tawar, Takengon, Aceh Besar, Rabu (11/09/2024). (ANTARA/FAJAR SATRIYO)

23
November
Voinews, Solo: Surakarta, kota di Jawa Tengah yang terkenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya, memiliki satu kuliner khas yang tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis mendalam. Tengkleng, hidangan berbahan dasar daging kambing dan tulang, merupakan sajian legendaris yang kerap menjadi incaran wisatawan kuliner.
 
Sejarah tengkleng berakar dari masa penjajahan Belanda. Kala itu, daging kambing hanya dinikmati oleh para bangsawan dan orang-orang Belanda. Bagian kepala, kaki, dan tulang kambing yang tersisa diberikan kepada para pekerja. Dengan kreativitas dan kearifan lokal, para juru masak memanfaatkan sisa-sisa ini untuk menciptakan hidangan baru. Mereka merebus tulang-tulang kambing hingga empuk, lalu mengolahnya dengan bumbu khas Nusantara, menghasilkan tengkleng yang kaya rasa dan berkuah encer, berbeda dengan gulai kambing yang lebih kental.
 
Tengkleng tidak hanya menggoda selera, tetapi juga menghadirkan keajaiban rempah-rempah Indonesia. Proses pembuatannya dimulai dengan merebus tulang dan daging kambing hingga empuk. Bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, ketumbar, dan kemiri ditumis bersama serai, daun salam, serta lengkuas hingga harum. Daging kambing kemudian dimasak bersama tumisan bumbu, air, dan santan. Proses memasak yang perlahan memastikan setiap bumbu meresap sempurna, menciptakan rasa yang memikat.
 
Tengkleng bukan hanya sekadar makanan; ia menjadi medium untuk menyampaikan nilai-nilai penting kehidupan. Proses pembuatan tengkleng mencerminkan pentingnya kerja sama antara berbagai bahan, seperti rempah-rempah, santan, dan daging, yang masing-masing berkontribusi menciptakan harmoni rasa. Hal ini mengajarkan bahwa keberagaman dan kolaborasi adalah kunci untuk mencapai hasil terbaik.
 
Hidangan tengkleng juga kerap menjadi simbol keramahan dan kebersamaan. Di Solo, tengkleng sering disajikan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan, hari raya, atau pertemuan keluarga. Hidangan ini menghubungkan generasi, membawa cerita, dan tradisi yang diwariskan dari masa ke masa. Dalam setiap suapan tengkleng, tersimpan rasa hangat yang mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan masyarakat Solo.
 
Lebih dari sekadar makanan, tengkleng mengajarkan pentingnya menghargai keberagaman, menjunjung kerja sama, dan memupuk kebersamaan. Dalam menikmati tengkleng, bukan hanya lidah yang dimanjakan, tetapi juga jiwa yang diperkaya dengan pelajaran tentang kehidupan dan tradisi luhur.
 
Jika Anda berkesempatan mengunjungi kota Solo, jangan lewatkan untuk mencicipi tengkleng. Hidangan ini tidak hanya lezat dengan kekayaan rempah yang memikat, tetapi juga dapat menjadi pengalaman kuliner yang mengesankan.
Sumber: Pesona Indonesia
14
November

 

 

VOInews, Jakarta: Di tengah arus perkembangan teknologi dan hiburan modern, permainan tradisional seringkali terlupakan. Namun, salah satu permainan dari provinsi Jawa Barat, Paciwit-Ciwit Lutung, masih menyimpan daya tarik dan memiliki nilai budaya yang kental. Permainan ini, yang berasal dari masyarakat Sunda, bukan hanya menyenangkan tetapi juga mengandung pelajaran hidup yang berharga.

 

Nama Paciwit-Ciwit Lutung terdiri dari dua kata: ciwit yang berarti mencubit dan lutung yang merujuk pada sejenis primata dengan ekor panjang, yang dalam permainan ini menjadi simbol gerakan lincah dan cepat. Permainan ini dimainkan dengan cara yang sederhana namun penuh keceriaan. Sejumlah pemain, biasanya dua orang atau lebih, akan saling mencubit punggung tangan satu sama lain sambil menyanyikan lagu yang riang:


"Paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka tungtung, paciwit-ciwit lutung, Si Lutung pindah ka tungtung."


Lagu ini mengiringi setiap gerakan, seolah-olah menggambarkan si lutung yang bergerak lincah dari satu tempat ke tempat lainnya.

 

Permainan ini diawali dengan dua pemain yang meletakkan tangan mereka dalam posisi telungkup. Pemain pertama akan mencubit punggung tangan pemain kedua, kemudian pemain kedua mencubit tangan pemain pertama, dan begitu seterusnya. Proses ini berulang sampai semua tangan yang ada dalam permainan tertumpuk satu sama lain, saling mencubit secara bergantian. Yang menarik, tidak ada pemenang atau kekalahan dalam permainan ini. Semua pemain terlibat dalam suasana penuh tawa dan kebersamaan, dan permainan berlanjut hingga pemain yang berada di posisi paling bawah tidak lagi kuat menahan cubitan dari pemain lainnya.

 

Tidak hanya seru, Paciwit-Ciwit Lutung juga memiliki manfaat yang dalam. Meskipun terdengar sederhana, permainan ini mengajarkan banyak hal. Misalnya, bagaimana anak-anak bisa belajar tentang empati dengan merasakan "penderitaan" atau ketidaknyamanan yang dialami oleh pemain lain. Hal ini juga mengajarkan pentingnya bersikap baik dan perhatian terhadap orang lain, karena dalam permainan ini, setiap perbuatan akan berbalik kepada diri kita sendiri. Pemain yang terlalu keras mencubit, misalnya, akan merasakan konsekuensinya saat giliran mereka tiba. Dengan begitu, permainan ini secara tidak langsung mengajarkan tentang keadilan, keseimbangan, dan sikap saling menghargai.

 

Paciwit-Ciwit Lutung dulunya adalah permainan yang sangat populer di kalangan anak-anak di berbagai daerah di Jawa Barat. Tak membutuhkan alat atau ruang yang luas, permainan ini dapat dilakukan di mana saja, baik di halaman rumah maupun di ruang terbuka lainnya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan teknologi, permainan tradisional ini semakin jarang dimainkan. Anak-anak lebih memilih bermain game digital atau menonton televisi, sementara permainan yang mengandung nilai-nilai sosial ini mulai terlupakan.

 

Namun, ada harapan agar permainan seperti Paciwit-Ciwit Lutung dapat kembali dikenal dan dilestarikan. Selain menyenangkan, permainan ini memiliki potensi besar untuk mempererat hubungan antar anak-anak, memperkenalkan mereka pada budaya tradisional, dan mengajarkan mereka untuk lebih peka terhadap sesama. Di dunia yang semakin sibuk dan terhubung melalui teknologi, kembali kepada permainan sederhana seperti ini bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk mengingatkan kita akan pentingnya kebersamaan dan empati.

 

Sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, Paciwit-Ciwit Lutung bukan hanya sekadar permainan. Ia adalah bagian dari identitas budaya Sunda yang mengajarkan kita untuk menghargai setiap tindakan dan interaksi, sambil menikmati kebersamaan dalam tawa. Jadi, mungkin sudah saatnya bagi kita untuk kembali memainkan permainan ini, tidak hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk mengajarkan generasi muda tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Page 1 of 41