pesona indonesia

pesona indonesia (564)

06
October

 

VOInews, Yogyakarta: Pantai Torohudan, sebuah destinasi wisata baru yang terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, kini mulai menarik perhatian, terutama bagi para pecinta kegiatan memancing. Letaknya yang tersembunyi di balik ladang dan persawahan warga membuat pantai ini masih relatif sepi dari wisatawan. Akses menuju pantai ini tidaklah mudah, pengunjung harus berjalan kaki selama sekitar 10-15 menit melewati jalan terjal dan berbatu setelah menitipkan kendaraan mereka.

 

Meskipun perjalanan menuju pantai ini cukup menantang, pengunjung akan segera disambut oleh suasana yang asri dan sejuk berkat pepohonan yang tumbuh subur di sekitar pantai. Air laut yang biru, tebing-tebing yang mengapit di kedua sisi pantai, serta hamparan pasir putih yang agak kasar menciptakan suasana damai dan menenangkan. Ombak di pantai ini relatif tenang, menjadikannya aman untuk berenang atau sekadar bermain air di tepi pantai.

 

Keindahan alam Pantai Torohudan yang memukau juga memberikan manfaat bagi kesehatan mental dan fisik. Suara ombak yang lembut dan semilir angin laut menciptakan suasana yang menyegarkan dan mendamaikan, membuatnya menjadi tempat ideal bagi mereka yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk perkotaan.

 

Selain menikmati pemandangan dan bersantai, pengunjung Pantai Torohudan juga dapat melakukan berbagai aktivitas lain seperti berkemah di tepi pantai, berenang, hingga menikmati indahnya matahari terbenam. Pemandangan sunset di pantai ini begitu mempesona, menjadikannya spot yang romantis bagi pengunjung yang datang bersama pasangan atau keluarga.

 

Namun, untuk mencapai Pantai Torohudan, pengunjung harus berhati-hati karena medan yang cukup terjal dan berbatu. Dianjurkan untuk tidak mengunjungi pantai ini saat musim hujan, karena kondisi jalan setapak yang licin dan sulit dilalui. Meskipun begitu, tantangan ini akan terbayar lunas begitu tiba di pantai dan disuguhi keindahan alam yang luar biasa.

 

Pantai Torohudan, yang berjarak sekitar 50 km dari pusat kota Yogyakarta, merupakan destinasi wisata yang cocok bagi mereka yang mencari ketenangan dan keindahan alam yang eksotis. Wisatawan yang ingin menikmati pesona tersembunyi Gunungkidul patut mempertimbangkan pantai ini ke dalam whist vacation list. 

04
October

IMG-20221129-WA0015

Batik dan Tenun Gedog di Kabupaten Tuban. Foto: Diah Asri/JNR/DinasKominfoProvinsiJawaTimur

 

VOInews, Jakarta: Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional (HBN) dengan semangat dan kebanggaan akan warisan budaya yang kaya. Tahun ini, perayaan mengusung tema “Bangga Berbatik,” dengan Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban sebagai ikon. Batik Gedhog Tuban bukan sekadar kain; ia adalah simbol akulturasi budaya antara masyarakat pesisir Tuban, Jawa Timur, dan budaya Tiongkok, yang terlihat dari motif khasnya yang menampilkan burung Phoenix.

Musik yang menggugah semangat mengisi suasana, membawa pendengar mengenang keindahan seni batik yang mendalam. Batik Gedhog Tuban adalah batik kuno yang dihasilkan di pedalaman Kota Tuban, Jawa Timur. Nama "Gedog" berasal dari proses pembuatannya yang unik, yang dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang, lalu dianyam menjadi kain menggunakan alat manual yang mengeluarkan bunyi khas “dog..dog”. Dari sinilah asal usul nama tersebut. Proses pembuatannya tidaklah singkat; batik ini membutuhkan waktu hingga tiga bulan, mulai dari pemintalan kapas, menenun, hingga mewarnai dengan bahan alami.

Kain dan selendang batik Tuban dikenal memiliki warna kecoklatan yang menjadi ciri khas Batik Gedhog Tuban. Motifnya terinspirasi oleh sejarah, khususnya dari Kerajaan Majapahit yang menguasai daerah Tuban pada abad ke-12 hingga ke-16. Salah satu motif yang paling terkenal adalah Panji Serong, yang dulunya digunakan oleh para priyayi, namun kini dapat dikoleksi oleh semua kalangan.

Batik Gedhog Tuban terbagi menjadi dua ukuran, yaitu kain tapih berukuran dua meter dan selendang. Kain tapih ini sering muncul dalam bentuk sarung atau kain panjang, dan dilengkapi dengan motif religi seperti kijing miring dan ilir-ilir. Keindahan batik ini tidak hanya terletak pada motifnya, tetapi juga pada fungsinya, di mana batik Tuban sering digunakan sebagai hantaran pernikahan dari pihak laki-laki kepada mempelai perempuan.

Hari Batik Nasional tahun ini menjadi momen penting untuk mengingat dan merayakan keberagaman budaya Indonesia. Dengan kebanggaan yang mengalir, masyarakat diajak untuk terus melestarikan seni batik, agar warisan yang kaya ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

03
October

VOInews, Jakarta: Pulau Bali selalu menjadi primadona bagi para pencinta wisata pantai. Selain pantai-pantai populer seperti Kuta, Sanur, dan Pandawa, ada sebuah destinasi tersembunyi yang menawarkan ketenangan dan keindahan yang tak kalah memukau, yaitu Pantai Pererenan. Terletak sekitar 18 kilometer dari pusat kota Denpasar, pantai ini menawarkan suasana yang lebih privat, jauh dari hiruk pikuk wisatawan.

 

Pantai Pererenan dapat dijangkau dengan perjalanan sekitar 45 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Setibanya di pantai ini, wisatawan akan disambut oleh pemandangan laut yang jernih dan ombak yang cukup menantang. Tak heran, pantai ini menjadi surga bagi para peselancar yang mencari tantangan di tengah keindahan alam.

 

Namun, bagi yang tidak tertarik dengan olahraga air, Pantai Pererenan tetap menjadi destinasi yang ideal. Wisatawan dapat bersantai di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam yang spektakuler. Garis pantai yang landai juga menjadi tempat yang sempurna untuk berkuda. Beberapa penyedia layanan berkuda di sekitar pantai menawarkan pengalaman menunggang kuda sambil menikmati pesona alam Pererenan.

 

Selain berkuda, wisatawan juga dapat berjalan kaki di sepanjang pantai sambil menikmati ketenangan yang jarang ditemui di pantai-pantai lainnya di Bali. Tanpa gangguan lalu lintas, suasana Pantai Pererenan sangat cocok bagi mereka yang ingin melepas penat dan menikmati momen damai.

 

Pantai ini juga menawarkan berbagai warung dan kafe kecil yang dikelola oleh penduduk lokal. Di sini, wisatawan dapat mencicipi kuliner tradisional Bali sambil berinteraksi dengan masyarakat setempat, memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan autentik dari kunjungan ke Bali.

 

Pantai Pererenan adalah destinasi yang tepat bagi pencinta pantai yang mencari kedamaian di tengah keindahan alam Pulau Dewata.

24
November

Bubur Palopo

Written by
Published in pesona indonesia

Bubur Palopo. (Foto: palopodita.blogspot.com)

 

VOINews.id: Jika Anda berwisata ke Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Anda wajib mencoba salah satu kuliner khas daerah tersebut bernama palopo. Dalam bahasa Sumbawa, palopo berarti bubur kerbau. Sesuai dengan namanya, palopo memang berbahan dasar susu kerbau. Selain susu kerbau, bubur palopo terbuat dari gula merah, gula pasir dan sedikit cairan terong kuning sebagai bahan pengental.

27
May

Kampung Segeram

Written by
Published in pesona indonesia

 

 

VOI PESONA INDONESIA Diperkirakan bahwa sebelum kedatangan bangsawan dari Siam dan Campa Pulau Srindit atau Pulau Bunguran sudah ada yang mendiaminya, yakni Melayu Tua. Hal itu diperkuat dengan cerita rakyat Natuna, bahwa dahulu kala ditemui orang ‘kate’ di kaki gunung Ceruk dan ranai. Orang ‘kate’ atau pendek itu adalah sebutan atau salah satu ciri dari orang Melayu Tua. Hal tersebut tentu sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Wilhelm G. Solheim sebagaimana dikutip Ellya Roza dalam bukunya sejarah Tamadun Melayu bahwa Asia Tenggara adalah sebagai tempat mula-mula terciptanya peradaban manusia. Itu artinya, peradaban Melayu bukanlah kelanjutan dari peradaban India dan Cina. 

Namun masyarakat awal di Kampung Segeram, yakni generasi Demang Megat dan Engku Fatimah dengan masyarakat sekarang ini mengalami berbagai pasang surut pertumbuhannya. Generasi awal atau generasi Demang Megat dan Engku Fatimah diperkirakan di mulai pada akhir abad 15 Masehi, yakni bertepatan masa Sultan Alaudin Riayat Syah III (Tahun 1597-1655 M). Akan tetapi jejak-jejak masih ada, dan saling keterkaitan dengan apa yang ada di Segeram. Sebagaimana diceritakan oleh Bapak Syamsudin kepada Tim Peneliti bahwa di Segeram ada “keturunan Datuk Kaya dan anaknya bernama Putri Bulan“ di Gunung Sedenuk. Putri Bulan adalah seorang gadis yang cantik. Karena kecantikan, maka terdengar kabar oleh para Lanon. Lanun atau Lanon (dialog Natuna) adalah para perompak laut, yang merompak harta benda para pedagang atau siapa saja di laut. Maka datang lah si Lanun tersebut ke Kampung Segeram untuk memperebutkan Putri Bulan. 

Kemudian terjadilah perkelahian atau pertempuran antara Lanun dengan Datuk Kaya di hulu sungai yang merupakan benteng pertahanan Datuk Kaya. Dalam perkelahian tersebut Datuk Kaya terpeleset dari Batu atau benteng pertahanan dan terbunuh oleh sang Lanun. Sedangkan sang Putri Bulan disimpan di Gunung Sedenuk dan meninggal tanpa diketahui. Akan tetapi sebagian masyarakat Segeram mengatakan bahwa Makam yang ada di Gunung Sedenuk adalah Maka Putri Bulan. Setelah generasi Demang Megat dan Engku Fatimah, Kampung Segeram mengalami kemundurun, dan boleh dikatakan mengalami abad kegegelapan (Dag Age), mengalami keterputusan generasi awal dengan generasi berikutnya. 

Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Ketua RW Segeram Faisal Prihadi kepada Tim Peneliti, bahwa menurut cerita yang didapatinya Segeram pernah ditinggal oleh manusia, namun ia tidak tahu penyebabnya. Maka munculnya generasi berikutnya yang mendiami Segeram adalah berasal dari daerah Daik Lingga, Banjar, Kalimantan dan Suku Laut. Menurut keterangan Bapak Syamsudin perintis Kampung Segeram generasi atau priode kedua pasca generasi Demang Megat dan Engku Fatimah adalah “Tok Jong A’out” Tok Jumat adalah Atok dari Wan Tiase. Wan Tiase bersumikan Atok Usman berasal dari Banjar, sedang Wan Tiase berasal dari Suku Laut namun lahir di Segeram. Periode generasi kedua ini diperkirakan 300 tahun lalu. 

Dari keturunan Tok Jumat inilah kemudian lahir generasi baru yang mendiami masyarakat Segeram. Semasa itu diceritakan Bapak Syamsudin masyarakat Segeram sangat maju dan ramai. Berbagai kegiatan perdagangan, agama dan pendidikan berkembang di Segeram. Sehingga daerah sekitar seperti Sedanau, Kelarik dan pulau lainnya belajar agama di Segeram. Ada beberapa tokoh ternama dalam masa ini, antara lain, Tok Kasim, Tok Usman, Tok Yunus, Tok Idin dan Tok Abu. Nama nama ini kemudian diabadi sebagai nama-nama tempat di Segeram, seperti Sungai Tok Kasim, Tok Idin dan Tok Abu. Tok Kasim diperkirakan adalah Sayyid Qosim Bin Yasin Al Aidarus atau dikenal juga dengan julukan nama Tuan Jubah Hitam. Wafat pada 14 Sya’ban tahun 1532 H sesuai yang tertulis di Nisan makamnya terdapat di Segeram, tepatnya disamping Mesjid Al-Bihar. (Resmawati)

 

17
January

VOI PESONA INDONESIA Bogor, merupakan salah satu tujuan wisata yang lokasinya tak jauh dari kota Jakarta. Di Bogor banyak destinasi wisata menarik. Bagi Anda pencinta wisata air, curug Lembah Tepus yang bertingkat-tingkat ini bisa menjadi destinasi wisata Anda selanjutnya. Lembah Tepus terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Anda akan merasakan udara sejuk serta pepohonan hutan rindang yang berada di sekeliling curug Lembah Tepus. Lokasinya berada di Pasir Reungit, Gunung Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak tempuh Lembah Tepus dari Kota Bogor sekitar 30 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 30 menit. Untuk berlibur ke Lembah Tepus, Anda akan dikenakan biaya sebesar 10.000 Rupiah. Tarif parkir untuk sepeda motor Rp 5.000 dan Rp 10.000 untuk mobil.

Air terjun Lembah Tepus tidak terlalu tinggi hanya beberapa meter saja. Air terjun tersebut memiliki kontur yang bertingkat-tingkat. Tingkatan tersebut terbentuk secara alami. Lembah Tepus juga memiliki air khas gunung yang bersih ,jernih, dan berwarna biru kehijauan. Air tersebut ditampung di kolam yang terbuat dari batuan alam. Anda bisa menikmati kesegaran air Lembah Tepus dengan berendam di kolam airnya.

Jika tidak ingin bermain air, Anda bisa berselfie ria di air terjun ini. Di destinasi ini sudah disediakan beberapa spot yang dapat menjadi latar foto para pengunjung. Anda juga dapat bersantai menikmati suasana di sekitar Lembah Tepus yang asri dengan udara yang sejuk. Di Lembah Tepus Anda pun bisa berkemah. Tersedia area camping yang disediakan untuk wisatawan. Lembah Tepus memiliki fasilitas wisata yang cukup lengkap, yaitu mushola, toilet, gazebo dan warung makan.

27
October

VOI PESONA INDONESIA Bagi Anda pencinta wisata bahari, Blitar di Jawa Timur bisa menjadi destinasi wisata Anda selanjutnya. Di kabupaten ini ada 4 wisata pantai yang bisa Anda kunjungi. Salah satunya adalah pantai Gondo Mayit. Dalam bahasa Jawa, Gondo Mayit memiliki arti bau mayat. Terdengar agak seram memang. Namun justru pantai ini tidak seseram namanya, bahkan tergolong indah. Pantai Gondo Mayit sendiri terletak di sebelah selatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Untuk menuju ke sana dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari Kota Blitar ke arah Kademangan dan Tulungagung. Untuk masuk ke pantai ini, Anda harus membayar tiket masuk sebesar tujuh ribu rupiah.

pantai Gondo Mayit memiliki pasir yang landai, sangat cocok dijadikan sebagai tempat wisata keluarga. Pasir putihnya sangat bersih, tanpa karang dan tidak ada sampah. Selain itu, karena berada di sebelah selatan pulau Jawa membuat Pantai ini dianugerahi ombak yang cukup besar, sehingga lokasi ini menjadi tempat favorit para peselancar (surfer) untuk mencoba ganasnya ombak pantai Gondo Mayit. Namun jika Anda tidak bisa surfing, Anda pun bisa berenang atau sekedar bermain di pinggir pantainya saja.

berwisata ke pantai Gondo Mayit, Anda bisa puas berfoto dengan latar belakang pemandangan pantai, laut dan bukitnya yang indah. Lelah bermain di pantai Gondo Mayit, Anda juga bisa makan di sejumlah warung makan yang dikelola oleh warga desa setempat. Mereka menjual berbagai macam makanan olahan ikan hasil laut setempat. Kemudian jika ingin bermalam, untuk menikmati keindahan matahari terbenam dan terbit, di puncak bukit terdapat sebuah pondok kayu yang bisa Anda sewa untuk menginap.

26
October

VOI PESONA INDONESIA Liburan ke Yogyakarta tidak akan lengkap tanpa mengunjungi Malioboro yang popular. Malioboro adalah sebuah nama jalan utama yang membelah kota Yogyakarta. Berlokasi di antara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tugu Pal Putih, jalanan Malioboro menjadi surga oleh-oleh, belanja serta wisata kuliner. Pada malam hari sepanjang jalan Malioboro akan lebih padat dan ramai lagi karena banyak seniman yang mengekspresikan kemampuannya seperti musik, pantomim, melukis dan lainnya. Jalur pedestrian yang dilengkapi dengan beberapa tempat duduk disiapkan Pemerintah Kota Yogyakarta, agar wisatawan dalam negeri maupun mancanegara lebih nyaman dan menikmati suasana Malioboro. Kawasan Malioboro selalu padat dikunjungi wisatawan, meski tidak berbelanja, Malioboro memang sangat apik ditangkap menggunakan kamera. Namun sejak 10 tahun terakhir Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai melakukan pembenahan dan penataan serta mempercantik wilayah jalan Malioboro. Salah satunya adalah mulai tahun 2019 diterapkan aturan baru bahwa setiap Selasa wage kawasan Malioboro bebas dari kendaraan bermotor kecuali kendaraan umum trans jogja serta kendaraan pelayanan masyarakat seperti truk pengangkut sampah, ambulans, dan mobil pemadam kebakaran. Selain bebas kendaraan bermotor, Pedagang Kaki Lima - PKL yang ada di Malioboro juga tutup. Dengan adanya aturan baru ini, banyak kegiatan diselenggarakan setiap Selasa Wage di kawasan Malioboro. Hal ini membuat Malioboro tetap padat didatangi wisatawan.

Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang berarti karangan bunga. Adapula beberapa ahli yang berpendapat asal kata nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 M. Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan pada awal abad 19. Malioboro mulai populer pada era kolonial (1790-1945). Ketika itu, pemerintah Belanda membangun Benteng Vredeburg tahun 1790 di ujung selatan Jalan Malioboro. Belanda juga membangun Dutch Club atau Societeit Der Vereneging Djokdjakarta (1822), The Dutch Governo's Residence (1830), Javasche Bank, dan Kantor Pos. Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan adanya perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Hingga tahun 1887, Jalan Malioboro dibagi dua setelah Stasiun Tugu Yogya dibangun.

Sejarah lainnya, Jalan Malioboro menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Pasukan Merah Putih berhasil menaklukkan kekuatan Belanda dan menduduki Yogyakarta setelah enam jam bertempur.

Malioboro terus berkembang hingga saat ini. Dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dahulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini. Pemerintah setempat kini terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Awal tahun 2016 ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan untuk mempertahankan ciri khas Malioboro. Sedangkan untuk para pedagang Kaki Lima- PKL yang selama ini menghiasi koridor pertokoan sepanjang jalan Malioboro kini sudah dipindahkan. Wisatawan yang datang ke Malioboro kini harus siap-siap tidak bisa lagi bertransaksi jual beli dengan PKL di pedestrian. Sebab, PKL Malioboro telah direlokasi dan menempati tempat khusus di Teras Malioboro 1 dan 2. Sebelumnya, terhitung Februari 2022 Pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merelokasi PKL Malioboro ke dalam kawasan khusus Bernama Teras I dan 2. Lokasi PKL di Teras 1 dan 2 Malioboro ini tetap berada di kawasan utama wisata Yogyakarta. Selain terkenal dengan wisata kuliner dan cinderamata, Kawasan Malioboro kini mencatatkan diri sebagai daerah wisata Karnaval. Hal ini juga tak lepas dari suksesnya pelaksanaan Jogja Fashion Carnival 2022 bertajuk "Abiwada Arsana" yang digelar pada 16 Oktober.

25
October

VOI PESONA INDONESIA Ada desa wisata Mbengan, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang begitu memikat. Desa wisata ini punya banyak tempat wisata alam. Beberapa di antaranya, Ngapan Keto (tebing Keto) dengan keunikan pemandangan alam untuk melihat Laut Sawu, Air Terjun Ndalo Werok, Goa Liang Kar, Air Terjun Piripipi, Air Terjun Par Tambang. Untuk wisata budaya, ada atraksi Umbiro, Wai Doka, tarian Kelong, permainan tradisional Napa Tikin, Ghena Ajo, Dang Ajo, Paka Maka, dan berbagai ritual adat yang berkaitan dengan pertanian ladang.

Kali ini kami perkenalkan kepada anda, salah satu atraksi wisata budaya desa Mbengan, yakni Ritual Ghan Woja. Nama ritual ghan woja terdiri dari dua kata, yakni "ghan" yang berarti makan dalam bahasa etnis kolor dan "woja" artinya bulir padi panjang. Jadi ritual ghan woja bermakna makan padi baru guna menandakan berakhirnya tahun lama dan memasuki tahun tanam baru, menurut kalender pertanian para petani di Manggarai Timur. Ritual ini juga sebagai ungkapan rasa syukur bahwa tahun lama sudah lewat dan memasuki tahun baru masa tanam dalam kalender pertanian setempat. Biasanya, ritual ghan woja dilaksanakan pada Juli hingga September tiap tahunnya,

Sebelum melaksanakan ritual ghan woja di rumah, masyarakat Kampung Bungan dilarang membuka kebun baru. Ini aturan lisan yang secara turun temurun ditaati masyarakat setempat. Bila melanggar, maka diyakini hasil panen tidak akan melimpah dan kebun akan diganggu binatang. Biasanya yang ditanam adalah jagung dan padi. Yang menanam pertama di ladang adat di sekitar mbaru mere (rumah adat) yakni suku nanga. Jika tetua adat suku nanga belum menanam padi dan jagung di kebun, warga lain dilarang menanam duluan.


19
September

Umumnya gua-gua yang ada di Indonesia terdiri dari batuan kapur dan berada di lereng bukit, sehingga sering terbentuk stalaktit dan stalagmit. Namun ada salah satu gua di Purbalingga, Jawa Tengah yaitu Gua Lawa, yang termasuk gua vulkanik yang terbentuk dari lava pegunungan aktif yang meleleh dan mengalami pendinginan selama ribuan hingga jutaan tahun. Proses pendinginan lava ini mengakibatkan batuannya keras dan kuat dengan warna hitam tanpa menimbulkan stalaktit maupun stalagmit. Tebal batuan bisa mencapai 50 meter, sehingga tahan terhadap guncangan. Gua Lawa berada di kaki Gunung Slamet, tepatnya di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Tempat ini dinamakan Gua Lawa karena terdapat banyak hewan kelelawar di dalamnya. Gua Lawa atau yang juga biasa disebut Golaga oleh masyarakat setempat, memiliki panjang sekitar 1,5 km dengan ketinggian sekitar 900 mdpl (meter di atas permukaan laut) sehingga udaranya terasa sejuk.

Selain menikmati keindahan alami Gua Lawa, Pemerintah Kabupaten Purbalingga membuat destinasi wisata ini menjadi lebih menarik. Sejak beroperasi sehari setelah lebaran tahun 2018, destinasi wisata ini menyediakan kedai kopi unik yang berada di dalam gua. Dengan munculnya fasilitas tersebut wisatawan yang berkunjung meningkat cukup drastis. Fasilitas ini tentu cocok bagi wisatawan yang ingin melepas lelah sehabis mengelilingi gua. Meneguk secangkir kopi hangat dapat menikmati pemandangan eksotis gua berhiaskan lampu warna-warni seperti merah, biru, hijau, dan lain-lain yang menyala bergantian menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan.

Tak hanya di dalam gua, bagian luar dari kawasan Gua Lawa juga mulai dibenahi oleh Pemerintah setempat. Pintu masuk terdiri atas susunan bata yang sedemikian rupa sehingga menyerupai pintu pada zaman Kerajaan Majapahit. Memasuki kawasan, ada hamparan rumput dan pohon pinus yang rindang. Spot ini memang ditujukan untuk tempat berfoto wisatawan. Karena sudah dikelola oleh pemerintah, akses menuju Gua Lawa cukup mudah. Jika berangkat dari pusat kota Purbalingga, perjalanan yang harus ditempuh sepanjang 27 km. Disarankan berkunjung ke tempat ini dari pagi hari, sebab Gua Lawa buka setiap hari mulai jam 08.00 hingga pukul 17.00 sore. Harga tiket masuknya sekitar, Rp 20.000 untuk hari Senin hingga Jumat sedangkan Rp 25.000 per orang untuk akhir pekan. Sekian Pesona Indonesia dari Voice Of Indonesia.//

Page 2 of 41