VOI PESONA INDONESIA Sumber air panas Sipoholon di Tapanuli Utara dikelilingi oleh perbukitan kapur berwarna putih. Bila anda berwisata ke sumber Air Panas Sipoholon, selain dapat merasakan sejuknya udara pegunungan, anda juga dapat menikmati indahnya pemandangan sambil berendam air panas. Sumber Air Panas Sipoholon terletak di Situmeang Habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Lokasinya sangat strategis dan mudah untuk dikunjungi.
Pendengar, begitu anda masuk ke kawasan Sumber Air Panas Sipoholon akan tampak pegunungan pasir yang memancarkan warna putih mirip seperti kapas. Aliran air panas Sipoholon bersuhu sekitar 40 hingga 70 derajat Celsius, sangat cocok untuk anda yang ingin berelaksasi. Kandungan belerang pada pemandian ini kabarnya dapat mengatasi penyakit kulit dan menghaluskan kulit. Selain dikunjungi untuk kesehatan, pemandian ini juga dikunjungi oleh wisatawan yang gemar fotografi. Mereka sengaja datang jauh-jauh demi mendapatkan foto terbaik di tempat tercantik Tapanuli Utara. Setelah mandi dan berendam dengan air hangat, biasanya perut jadi lapar. Anda bisa langsung menuju warung dan restoran yang tersedia tidak jauh dari pemandian air panas.
Pendengar, untuk berkunjung ke tempat ini, anda hanya membutuhkan waktu sekitar 7 menit dari kota Tarutung. Sedang untuk menuju Tarutung, anda butuh waktu sekitar 4 hingga 5 jam dari kota Medan, ibukota Sumatera Utara. Untuk masuk ke dalam tempat wisata ini, anda cukup membayar tiket sebesar Rp.5.000 per orang. Air Panas Sipoholon merupakan pemandian alami yang terbentuk akibat letusan Gunung Martimbang yang mengandung belerang.
VOI PESONA INDONESIA Berjalan di pasir putih, memandang luasnya air berwarna biru dan duduk di bawah rindangnya pepohonan, mungkin salah satu impian Anda menghabiskan waktu luang. Tidak perlu bermimpi lagi karena Anda dapat melakukan hal tersebut di pantai Torohudan, Yogyakarta, Indonesia. Pantai Torohudan berada di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogjakarta. Pantai ini memang belum cukup dikenal. Tempatnya tersembunyi di balik ladang dan persawahan warga. Bisa dibilang, pantai ini adalah pantai baru yang berada di dekat Pantai Ngrenehan. Anda dapat mencapai pantai Torohudan dengan berjalan kaki melalui jalan yang terjal dan naik-turun selama kurang lebih 10 sampai 15 menit menuju pantai. Namun bagi para petualang sejati, jalur menuju pantai ini mampu memberikan kepuasan bertualang dengan hadiah luar biasa. Apakah Anda salah satu nya?
Pemandangan hijau dari pepohonan dan tanaman di ladang menemani perjalanan untuk sampai ke bibir pantai. Saat sudah memasuki area pantai, rerumputan dan pepohonan menghampar luas, berbatasan langsung dengan area berpasir Pantai Torohudan. Suasananya sejuk berkat pepohonan yang tumbuh disekitarnya.
Disamping kanan kiri pantainya terdapat dua tebing yang mengapit pantai ini. Pasirnya putih meskipun tidak halus dan cenderung kasar. Ombak yang cukup besar membuat pantai ini tidak terlalu cocok untuk Anda yang ingin berenang. Anda hanya bisa bermain di pinggir pantai, memancing atau sekadar duduk-duduk menikmati keindahan Pantai Torohudan ini. Karena masih termasuk pantai baru yang belum tersentuh pemerintah, fasilitas di pantai ini belum dibangun.
Pantai Torohudan Gunungkidul buka setiap hari dan 24 jam, namun kami sarankan untuk berkunjung pada siang hari saja karena tidak ada lampu penerang di sekitar jalan menuju pantai ini. Melengkapi perbekalan sangat disarankan dan yang paling penting adalah jangan sampai lupa membawa air mineral yang cukup, karena perjalanan hingga sampai di pantai Torohudan akan sangat menguras tenaga. Anda juga perlu membayar tiket masuk pantai sebesar 5000 rupiah per orang. Biaya ini sudah termasuk biaya masuk ke deretan pantai Torohudan termasuk pantai Ngrenehan dan Ngobaran. Meskipun hanya ada Anda dan keluarga di pantai ini tapi ingat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan ya. Selamat berlibur.
VOI PESONA INDONESIA 16 Agustus kemarin, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan MPR RI 2021. Menariknya, pada acara tersebut Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Suku Baduy Luar yang ada di provinsi Banten . Jokowi memang kerap memakai pakaian adat pada setiap pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI. Tahun lalu, ia memakai pakaian adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur. Dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019, Presiden mengenakan pakaian adat Suku Sasak Nusa Tenggara Barat. Pada sidang tahunan ini, tampak Jokowi mengenakan pakaian berwarna serba hitam dengan ikat kepala atau telekung berwarna biru. Tidak hanya itu, Presiden pun mengenakan tas selempang yang terbuat dari anyaman kulit kayu dan sandal kulit berwarna hitam.
Kantor Staf Presiden (KSP) melalui akun Twitter-nya menjelaskan jika penyiapan baju adat ini dibantu langsung oleh Jaro Saija, Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes. Dalam akun Twitter Kantor Staff Presiden, dijelaskan pula bahwa Presiden memilih menggunakan pakaian adat suku Baduy sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pada keluhuran nilai-nilai adat dan budaya suku Baduy. Pakaian adat tersebut terdiri dari Telekung, Kutung, Beubeur dan Samping Aros. Telekung sendiri merupakan ikat kepala. Dalam tampilannya kemarin, Jokowi mengenakan telekung berwarna hitam bercorak gambar biru tua. Telekung ini kerap disebut sebagai Koncer atau Roma dan merupakan kain tenun asli dari masyarakat Badui. Selanjutnya Katung atau Jaman Sangsang, merupakan baju adat berwarna putih berlengan panjang, tanpa kerah. Jokowi memilih mengenakan katung warna hitam, senada dengan warna telekungnya yang juga didominasi warna gelap.
Melengkapi baju adat yang dikenakan olehPresiden Joko Widodo tampak dikenakan pula beubeur. Beubeur merupakan ikat pinggang yang disampirkan di pinggang, beubeur berasal dari kain. Selanjutnya, Jokowi juga menyempurnakan tampilannya dengan Samping Aros, sarung berwarna nila, bergaris putih yang dikenakan sebatas dengkul.
Sejarawan Asep Kambali mengatakan pakaian yang dipakai Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR itu adalah baju adat suku Baduy Luar. Sebab, baju yang dipakai berwarna hitam dan dijahit rapi mengenakan kancing. Dilansir dari dispar.bantenprov.go.id, warna serba hitam yang melekat pada pakaian adat Suku Baduy Luar melambangkan bahwa mereka tidak lagi murni. Sebab, berbeda dengan Suku Baduy Dalam, Suku Baduy Luar telah mengenal berbagai inovasi dan teknologi yang berasal dari dunia luar, yang tidak diperbolehkan suku Baduy Dalam.
VOI PESONA INDONESIA Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur terkenal dengan keunikan budayanya. Di wilayah ini, ada tarian perang yang diberi nama tarian Tua Reta Lou.Tarian adat ini sudah dikenal dari generasi ke generasi. Tarian ini ada sejak generasi ke-10.Tua Reta Lou adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari kampung Hewokloang-Seusina Raya, meliputi kampung Hewokloang, He'o, dan Kewa-Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Tarian ini menggambarkan teknik berperang dan bagaimana leluhur mereka pada waktu itu mengalahkan lawannya hanya dengan sebatang bambu.Tarian tersebut terdiri atas 3 tarian yang dikombinasikan, yaitu tarian Awi Alu, tarian Mage Mot dan tarian Tua Reta Lou. Tarian itu ditarikan secara beruntun oleh belasan penari perempuan dan laki-laki. Biasanya para penari akan diiringi dengan tabuhan irama gong waning dengan berbagai jenis pukulan. Ketiga tarian tersebut berkaitan dengan ketangkasan perang yang wajib dimiliki oleh setiap laki-laki.
Tarian Awi Alu menggambarkan latihan ketangkasan tubuh bagian bawah. Pada tahap ini para penari akan melompat diantara tongkat-tongkat kayu atau bambu yang dibenturkan oleh penari lain. Selanjutnya ada tarian Mage Mot. Tujuan tarian Mage Mot ditujukan untuk melatih ketangkasan tubuh bagian atas. Pada tarian Mage Mot tongkat akan ditempatkan sejajar dengan leher. Terakhir adalah tarian Tua Reta Lou yang menunjukkan keterampilan mengintai. Pada sesi ini seorang penari pria lengkap dengan pedangnya akan dinaikkan ke sebuah tiang bambu oleh teman-temannya. Si penari akan bertumpu pada ujung tiang dengan perutnya. Ia berputar ke segala arah seperti sedang memantau keadaan sedangkan beberapa penari wanita menari di sekeliling mereka.
VOI PESONA INDONESIA Malang adalah salah satu kota di Jawa Timur yang mempunyai udara sejuk. Kali ini kami akan perkenalkan kepada anda Air terjun Sumber Pitu yang terletak di Dusun Tulungrejo, Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Malang, Jawa Timur. Air terjun ini sekarang dikelola oleh Perhutani. Air Terjun Sumber Pitu ini masih alami dan letaknya tersembunyi di tengah hutan. Masyarakat Pujon Kidul biasa menyebutnya dengan Sumber Pitu atau Air Terjun Tujuh.
Sangat disarankan, bahwa pengunjung yang ingin menikmati air terjun Sumber Pitu adalah benar-benar pecinta alam ataupun wisatawan yang mempunyai minat khusus, karena jalan masuk ke kawasan Air Terjun Coban Sumber Pitu ini terhitung cukup berat untuk dilalui. Pengunjung harus berjalan kaki sejauh 7 Km untuk sampai ke lokasi air terjun. Dalam perjalanan pengunjung harus melintasi jalan setapak yang sangat berbahaya dan juga melewati sejumlah perbukitan, menembus hutan pinus dan hutan belantara serta padang rumput dengan jurang yang amat curam di kiri kanannya. Walaupun perjalanan menuju lokasi cukup sulit, tetapi dalam perjalanan, anda juga dimanjakan dengan pemandangan yang indah.
tanda jika lokasi Sumber Pitu sudah dekat adalah adanya suara bunyi air yang cukup deras, udara dingin, lembab dan tumbuhan di sekitar terlihat basah.Setelah itu pengunjung akan disambut dengan air terjun yang cukup besar. Walaupun namanya Sumber Pitu, di kawasan hutan lindung ini sedikitnya terdapat 14 coban atau air terjun yang jaraknya saling berdekatan. Meskipun jumlahnya ada sembilan air terjun , tetapi warga sekitar tetap menamainya Coban Sumber Pitu.
Di depan Coban Sumber Pitu terdapat sebuah batang pohon yang berusia puluhan tahun dan telah tumbang. Akar pohon ini terangkat ke atas dan sekarang menjadi tempat pengambilan foto yang menawan. Perpaduan antara keindahan, kedamaian, tantangan serta panorama yang ada di Sumber Pitu sungguh menarik perhatian pengunjung yang datang. Air Terjun Sumber Pitu yang mempunyai tinggi kurang lebih 70 meter di tengah hutan ini memang memiliki pesona yang luar biasa. Selain itu, di dekat sumber air terjun terdapat hamparan rumput lebat yang bisa digunakan untuk bersantai//.
VOI PESONA INDONESIA Pendengar, Desa Tetebatu di Kecamatan Masbagik, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi wakil Indenesia di ajang Best Tourism Village UNWTO (United Nation World Tourism Organisation) 2021. Desa wisata Tetebatu telah dipastikan keikutsertaannya setelah melengkapi seluruh dokumen persyaratan kompetisi yang dibutuhkan dan didaftarkan melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Ahyak Aminuddin, Ketua Asosiasi Desa Wisata NTB, menjelaskan bahwa Tetebatu layak mewakili Indonesia di ajang tersebut karena merupakan tonggak awal berdirinya desa wisata di Lombok Timur. Desa Tetebatu sudah menjadi desa wisata sejak zaman Belanda . Lokasinya di bawah gunung Rinjani dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Sejak dulu orang-orang Eropa di Mataram menggunakannya sebagai tempat beristirahat, karena kesejukan dan ketenangannya. Untuk ke desa tesebut, wisatawan harus menempuh sekitar 1,5 jam dari pusat Kota Mataram ataupun 2 jam dari Bandara Internasional Lombok.
Pendengar, berkunjung ke desa wisata Tetebatu, sejauh mata memandang, anda akan melihat areal persawahan warga. Berada di kaki Gunung Rinjani, Tetebatu memang menawarkan kawasan pedesaan yang tenang dan sejuk. Berwisata kesana, anda bisa berjalan berkeliling desa melewati hijaunya persawahan disana sambil menikmati keindahan alamnya. Bagi anda pencinta fotografi, berkunjunglah pada sore hari untuk memotret suasana senja hingga matahari terbenam dengan latar belakang Gunung Rinjani yang memukau. Selain menikmati pemandangan sawah dan gunung, anda juga bisa melakukan pengamatan burung dan berkunjung ke monkey forest. Di desa Tetebatu ada pula objek wisata menarik untuk dikunjungi, seperti Air terjun Ulem-Ulem, Air terjun Burung Walet, Air Terjun Kokok Duren, Air Terjun Seme Deye, dan Air terjun Jeruk Manis. Perjalanan menuju air terjun akan melewati area perkampungan dan persawahan berundak.
Pendengar, Di Tetebatu, Anda juga bisa berkeliling desa dan melihat-lihat perkebunan kopi, cokelat, cengkeh, hingga vanila milik masyarakat setempat. Tetebatu juga dikenal sebagai desa dengan perkebunan tanaman holtikultura. Salah satu komoditas andalannya ialah buah pala yang salah satu olahannya dijadikan manisan untuk oleh-oleh. Tetebatu juga merupakan salah satu jalur pendakian tidak resmi menuju ke Rinjani. Bagi anda, yang ingin melakukan pendakian ke Gunung Rinjani dengan pemandangan yang berbeda, dapat dilakukan dengan menggunakan jalur ini. Akan tetapi, jalur yang terdapat di Tetebatu ini tidak memungkinkan pendakian hingga ke puncak gunung. Karena menjadi daerah kunjungan wisata sejak lama, Tetebatu sudah tersedia penginapan dan homestay di rumah warga.
Gunung Sewu merupakan kawasan karst tropik terluas di Asia tenggara. Daerah ini secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta; Kabupaten Pacitan, JawaTimur; dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Deretan pegunungan Sewu terbentuk karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Batuan kapur menjadi ciri khas pegunungan ini. Pegunungan ini memiliki bentang alam kawasan karst yang sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia. Pada September 2015, UNESCO menetapkan kawasan Pegunungan Sewu sebagai kawasan geopark dunia.
Dikukuhkannya Geopark Gunung Sewu menjadi Gunung Sewu Unesco Global Geopark dalam simposium di Totton City, Jepang, 19 September 2015, membawa perubahan positif bagi dunia pariwisata dan penelitian di Indonesia, khususnya di kawasan Gunung Sewu. Geopark Gunung Sewu memiliki Gunung Api Purba Nglanggeran yang berlokasi di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, yang yang berada pada deretan Pegunungan Baturagung. Gunung ini merupakan suatu gunung api purba yang terbentuk sekitar 0,6-70 juta tahun yang lalu. Pendakian menuju puncak Gunung Api Purba Nglanggeran berdurasi kurang lebih dua jam, Jika berangkat sore, turis bisa menikmati matahari terbenam dari puncaknya. Ada dua hutan di Geopark Gunung Sewu, yakni Hutan Wanagama yang berlokasi di Desa Banaran, Kecamatan Playen, dan Hutan Wisata Turunan yang berlokasi di Desa Girisuko, Kecamatan Panggang. Keduanya berada di Kabupaten Gunungkidul.
Terdapat juga Lembah Kering Sadeng – atau Bengawan Solo Purba, berlokasi di Desa Pucung, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Medannya yang berbukit dan berkelok membuat area ini kerap dikunjungi para turis yang hobi bersepeda downhill. Lalu ada juga Lembah Karst Mulo yang berlokasi di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Beragam wahana permainan di ketinggian bisa dijajal di sini. Air Terjun Sri Gethuk berlokasi di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Ada juga Air terjun yang berada di tepi Sungai Oyo. Untuk menikmati keindahannya Anda harus menyusuri sungai dengan rakit. Di musim kemarau, airnya terlihat jernih biru. Air yang jatuh dari Tebing Setinggi 25 meter ini berasal dari tiga sumber mata air, yaitu mata air Ngandong, Dong Poh, dan Ngumbul.
Disini juga terdapat Gua Jomblang, Gua Pindul, Gua Kali Suci, dan Gua Cokro masuk dalam area Geopark Gunung Sewu. Kegiatan wisata seperti caving dan tubing bisa dilakukan di sini. Pemandangan stalakmit dan stalaktit-nya juga sangat mempesona. Anda wajib masuk gua dengan bantuan pemandu wisata demi menjamin keselamatan. Keunikan lain pegunungan Sewu ini adalah letaknya yang tidak jauh dari pantai. Pantai Baron dikenal sebagai salah satu spot memancing yang paling menantang di Indonesia. Sementara Pantai Wediombo populer menjadi spot surfing karena gulungan ombaknya yang dahsyat. Bagi Anda yang ingin memiliki petualangan tentu destinasi wisata gunung Sewu ini adalah tempat yang tepat bagi Anda.
Bila pandemi telah usai dan Anda berencana berwisata ke Indonesia, cobalah berkunjung kekota Medan, di Sumatera Utara. Kota yang memiliki banyak objek wisata nan indah dan juga kaya akan kuliner khasnya. Salah satu kuliner khas yang perlu dicoba adalah Nasi Kentut. Namanya mungkin terdengar aneh, tapi makanan satu ini punya cita rasa yang enak dan menyehatkan. Kuliner khas Medan ini diberi nama Nasi Kentut, karena ada bumbu unik yang diberikan, yaitu daun Sembukan atau dikenal dengan daun Kentut oleh masyarakat setempat. Sembukan atau dalam bahasa latin bernama Paederia foetida. Tanaman ini merupakan tanaman liar di alam terbuka seperti semak belukar. Di sebut daun Kentut karena memang memiliki aroma yang tidak sedap mirip seperti bau kentut manusia.
selain menggunakan daun Sembukan, untuk membuat Nasi Kentut, nasi juga diolah dengan bumbu rempah-rempah lain seperti kunyit. Cara memasak nasi ini adalah dengan membungkus nasi yang sudah diberi bumbu dengan daun pisang dan selanjutnya di kukus atau dipanggang hingga matang. Setelah matang, aromanya begitu menggugah selera. Kuliner Nasi Kentut, sangat nikmat jika disantap bersama beragam lauk pauk. Ada beragam pilihan Lauk. Mulai dari ikan teri, kentang pedas, pepes oncom, tumis sayur, hingga ayam goreng. Dan jangan sampai ketinggalan sambal terasi atau sambal ijo sebagai pelengkap. Untuk menambah kenikmatan, Anda juga bisa menjadikan daun Kentut sebagai lalapan.
selain lezat, kuliner Nasi Kentut juga kaya manfaat, karena menggunakan daun Kentut sebagai salah satu bahan utamanya. Daun ini memiliki begitu banyak manfaat seperti mengobati segala keluhan yang berhubungan dengan lambung, sebagai obat herbal untuk menyembuhkan cacar ular (Herpes Zooster), juga terbukti meringankan gejala panas dalam seperti sariawan, sakit tenggorokan, bibir pecah-pecah dan bisa melancarkan peredaran darah. Bagi Anda yang tertarik menikmati kuliner Nasi Kentut, tidak sulit menemukannya di kota Medan, Sumatera Utara. Harganya juga cukup bersahabat, hanya sekitar Rp.10.000 hingga Rp. 15.000 per porsi, tergantung lauk yang Anda pilih. Jadi, jangan ragu menikmati Nasi Kentut, saat berkunjung ke Medan.
Air Terjun Saluopa terletak di desa Tonusu, Pamona Puselemba, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, sekitar 54 kilometer arah tenggara dari Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Air Terjun Saluopa juga dijuluki dengan sebutan Air Luncur Saluopa. Karena air terjun Saluopa memiliki sumber mata air dari pegunungan setempat yang sangat jernih serta airnya meluncur deras dari puncak gunung. Ketinggian air terjun Saluopa ini kurang lebih 25 meter. Air terjun ini melewati batuan gunung sebanyak 12 tingkatan yang mengalir hingga ke tingkat paling bawah yang berakhir di sungai kecil di desa Leboni.
Air terjun Saluopa ini sangat jernih dan bersih sehingga batu-batuan yang dilewati oleh aliran air terjun akan terlihat dengan sangat jelas. Tangganya terbuat dari batu, tetapi walaupun sudah terkena air hujan dan sudah berlumut tetapi tangga tersebut tidaklah licin sehingga masih bisa dipergunakan para pengunjung sebagai akses untuk menuju tingkatan-tingkatan air terjun yang lain. Tangga yang terbuat dari batu tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk berfoto. Terkadang diantara air terjun muncul pelangi yang sangat indah. Di tempat objek wisata air terjun saluopa, wisatawan selain bisa menemukan beraneka ragam fauna juga bisa menikmati panorama alam berupa hutan tropis yang sangat indah dan masih asri dengan udara yang segar.
bila anda dari Kota Tentena ingin mengunjungi air terjun Saluopa, anda bisa menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi yang membutuhkan waktu setengah jam untuk menuju ke lokasi air terjun. Setelah itu anda bisa melanjutkan perjalanan menuju lokasi dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. Memang perjalanan agak sedikit menghabiskan tenaga anda, tetapi percayalah begitu anda tiba di lokasi dan melihat keindahan air terjun Saluopa semua akan hilang dan berganti dengan kekaguman. Jika anda berencana berkunjung ke lokasi objek wisata Air Terjun Saluopa dan ingin menginap, disarankan untuk menginap di kota Tentena, karena di sekitar obyek wisata air terjun Saluopa ini belum ada fasilitas penginapan.
Seblak merupakan makanan khas masyarakat Sunda, khususnya Bandung dan sudah ada sejak lebih dari 60 tahun lalu. Camilan bercita rasa pedas dengan aroma kencur yang kuat itu, akhir-akhir ini memang menjadi primadona dan disukai banyak orang. Ada yang mengatakan bahwa Seblak itu berasal dari kata “Nyeblak” dalam bahasa Sunda yang berarti mengagetkan. Diberi nama demikian karena pada sendokan pertama orang dipastikan akan terkejut dengan rasanya yang pedas .
Seblak yang berbahan dasar kerupuk kuning atau kerupuk udang, akhir-akhir ini telah menjadi makanan yang populer. Rasa pedas dengan kerupuk basah dan aroma kencur ini memang membuat banyak orang ingin menikmatinya, terlebih bila dimakan ketika hujan. Awalnya Seblak tradisonal ini bercita rasa gurih dan pedas dan hanya dimasak dengan kerupuk kuning ditambah dengan sayuran, telur, ayam, olahan daging sapi serta kencur. Tetapi seiring dengan perkembangan tren jajanan di kaki lima, dan demi menarik perhatian anak-anak muda, seblak yang mulai populer sejak tahun 2016, disajikan dengan toping yang lebih bervariasi, seperti ceker ayam, makaroni, bakso, tahu, pangsit , sosis, jamur dan lainnya.
Bagi pecinta kuliner yang tidak suka makanan berkuah, masih tetap bisa merasakan lezatnya seblak tetapi dalam bentuk kering. Bumbu-bumbu seperti untuk seblak basah dihaluskan lalu disangrai hingga kering. Setelah itu bumbu ditaburkan pada kerupuk yang sudah digoreng. Seblak kering ini seperti kerupuk yang digoreng, maka bisa juga untuk teman saat menyantap nasi。
Untuk membuat camilan seblak ini tidak susah, hanya perlu menumis bawang merah, bawang putih serta kencur yang sudah dihancurkan menjadi satu kemudian diberi beragam toping, ditambah air dan cabai. Tetapi dengan perkembangan jaman, sudah tersedia juga seblak instan sehingga tinggal seduh dan siap untuk dinikmati.