ofra voi

ofra voi

07
March

 

 

Festival Pesona Bau Nyale 2018 kembali digelar. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sebagai tuan rumah telah menetapkan b ahwapuncak acara akan berlangsung pada tanggal 6 sampai 7 Maret 2018. Festival ini diselenggarakan di pantai Seger, kawasan KEK Mandalika, Lombok Tengah Nusa tenggara Barat-NTB.

Pada tahun 2018, kegiatan Bau Nyale masuk dalam Calender 100 Wonderful Event Kementrian Pariwisata RI, bersama dengan tiga even lainnya yang ada di NTB, yakni Festival Pesona Tambora, Bulan Pesona Lombok Sumbawa dan Festival Pesona Moyo.

Menurut Esthy Reko Astuti, Staf Ahli Kemenpar RI bidang Multikultural, terpilihnya Festival Pesona Bau Nyale telah mengalami kurasi dari beberapa kurator yang menilai kelayakan dari sebuah even yang diajukan daerah kepada kementrian. Ada beberapa kriteria sebuah even untuk dapat masuk dalam Calender 100 Wonderful Event.

Diantaranya, kontinu atau berkelanjutan, direct impact atau daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara, indirect impact atau keterlibatan masyarakat luas terutama dampak perekonomian. Selain itu, kegiatan yang terpilih harus mendapat dukungan penuh dari Pemerintah daerah dimana kegiatan tersebut diselenggarakan.

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah, Lalu Putria menjelaskan, Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Lombok berburu cacing laut jenis Wawo, atau menurut bahasa setempat disebut Nyale, yang muncul satu kali dalam setahun. Bau dalam bahasa Lombok berari berburu atau menangkap. Tradisi berburu nyale secara masal ini erat kaitannya dengan legenda si Cantik Putri Mandalika dari kerajaan Tunjung Beru, Lombok Tengah. Putri Mandalika menjadi perebutan para pangeran yang ingin mempersuntingnya.

Untuk memperoleh pemenang, Raja Sed, ayah Putri Mandalika menggelar sayembara. Para pangeran harus bertarung dan adu kesaktian. Pemenangnya berhak mempersunting Putri mandalika. Hanya saja, tak seorang pangeran pun yang dapat mempersunting Mandalika. Karena, Mandalika mencintai perdamaian dan tak menginginkan perkelahian antar pangeran. Akhirnya, ia menceburkan dirinya ke laut. Dan menurut kepercayaan masyarakat setempat, Nyale merupakan penjelmaan dari Puri Mandalika yang telah berjanji akan hadir setiap tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak. Pada tahun 2018, berdasarkan musyawarah Sangkep Warige atau ketua suku adat, Bau Nyale jatuh pada 6 sampai 7 Februari 2018.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) NTB, Lalu Moh Faozal menyebutkan, ada delapan rangkaian agenda telah dipersiapkan untuk festival ini. Di antaranya; Volleyball Competition (diikuti 15 negara), Mandalika Vlog Competition, Mandalika Surfing Contest, Mandalika Ethno Perfomance, Mandalika World Music Festival, Parade Budaya, Kampung Kuliner, serta Pemilihan Putri Mandalika.

Rangkaian Festival Pesona Bau Nyale dimulai sejak tanggal 20 Februari 2018, sedangkan puncak acaranya tanggal 6 sampai 7 Maret 2018, bertempat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah.//

07
March



Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Tak heran jika Indonesia kaya akan seni dan budaya. Namun tak sedikit kesenian yang hampir punah. Oleh karena itu, agar tetap lestari, berbagai upaya dilakukan. Seperti di daerah Pamekasan, Madura, Jawa Timur, yang melestarikan salah satu kesenian unggulan daerahnya. Nama kesenian tersebut adalah Tari Topeng Gethak.

tari topeng gethak merupakan salah satu tari tradisional yang menjadi bagian dari seni pertunjukan Ludruk Sandur. Seni pertunjukan Ludruk Sandur atau kesenian Sandur merupakan jenis kesenian rakyat yang paling banyak digemari di Pamekasan, Madura. Kesenian Sandur selalu hadir dalam setiap acara seperti pesta perkawinan, khitanan dan lain-lain. Maka tak heran semua masyarakat di wilayah Pamekasan mengenal kesenian ini. Dalam pertunjukan Ludruk Sandur, tari topeng gethak hadir sebagai pembuka pertunjukan kesenian tersebut.

Tari Topeng Gethak awalnya dikenal dengan nama Tari Klonoan. Setiap gerakan dari Tari Klonoan selalu tergantung pada bunyi kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”. Bunyi kendang itulah yang menjadikan tari tradisional ini dinamakan Tari Topeng Gethak. Hingga saat ini, nama Klonoan sudah tidak lagi digunakan dan berubah menjadi Topeng Getak.

Seni tari tradisional ini menggambarkan sosok seorang tokoh bernama Prabu Baladewa dalam pertunjukan Topeng Dhalang Madura. Tokoh tersebut merupakan tokoh yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Madura. Baladewa merupakan tokoh dengan karakter yang kuat, kaku, berpikiran terbuka dan lurus dalam mengungkap setiap masalah. Karakter tersebut dianggap menggambarkan karakter orang Madura pada umumnya.

pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan telah menetapkan Tari Topeng Getak sebagai Tari Khas Unggulan Kabupaten Pamekasan. Sejak tahun 2010, tari topeng gethak mulai diajarkan kepada siswa sebagai kegiatan kurikuler. Hal ini dinilai cukup efektif untuk menjaga kelestarian tari tradisional tersebut.

demikian edisi Pesona Indonesia kali ini dengan topik Tari Topeng Gethak dari Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Besok kita akan berjumpa kembali pada edisi Pesona Indonesia berikutnya dengan topik menarik lainnya. 

06
March

 

Salah satu hits lagu ARMADA BAND di album “MAJU TERUS PANTANG MUNDUR” berjudul ASAL KAU BAHAGIA baru saja anda dengarkan. Dirilis februari 2017, lagu ini bercerita tentang bagaimana suatu  hubungan yang tidak membahagiakan, kemudian harus mengikhlaskan pasangan untuk bahagia dengan yang lain. ASAL KAU BAHAGIA diciptakan oleh personil ARMADA, yakni Radha, Mai dan Rizal. Menurut mereka,  lagu ini terinspirasi dari kata-kata yang lumrah diucapkan dalam keseharian. Yakni, ‘ku rela kau dengannya asalkan kau bahagia’. Lirik tersebut membuat lagu ini mudah diingat. Selain itu, kekuatan lagu Asal Kau Bahagia terdengar di bagian musik. Armada tetap mengutamakan nuansa pop pada lagu ini. Namun di lagu ini diberi sedikit sentuhan string-nya agar lebih menyentuh. Dengan komposisi musik yang apik dan matang serta lirik lagu yang dalam, lagu ini pun sukses dan mendapat sambutan hangat dari para pecinta musik tanah air.

 sebelum kembali mengupas lagu-lagu karya ARMADA, mari dengarkan lagu berjudul PULANG MALU TAK PULANG RINDU berikut ini. 

PULANG MALU TAK PULANG RINDU bercerita tentang pengalaman nyata para personil Armada dan kebanyakan orang. Lagu ini tercipta berawal dari ide dari RADHA, serta Mai dan Rizal kemudian membuat liriknya yang mengangkat kisah pengalaman mereka sebelum menuju kesuksesan seperti sekarang.Di lagu ini Armada menceritakan betapa kerasnya perjuangan dalam proses hidup mereka. Jauh dari kampung halaman, ada kalanya rindu pulang kampung halaman, namun saat itu keadaan hidup mereka belum menentu. Kadang rasa malu pun timbul ketika keadaan dan nasib belum bisa menyesuaikan mimpi dan cita-cita mereka untuk menjadi orang yang sukses.  Lagu ini mengangkat tema yang universal dan merakyat dengan komposisi lirik yang ringan tapi nyata. Musiknya sendiri cukup menarik, karena ada sentuhan reggae di tengah lagu, sehingga membuatnya makin enak didengar dan diulang-ulang kembali. Tak berbeda dari lagu sebelumnya, lagu PULANG MALU TAK PULANG RINDU ini juga berada di album MAJU TERUS PANTANG MUNDUR yang dirilis pertengahan 2017. Album ini bertemakan cinta yang universal. Didalamnya terdapat sebelas lagu. 2 lagu lainnya berjudul BERDOA UNTUK SEMUA dan ADAM DAN HAWA segera hadir ke ruang dengar anda. 

06
March

 

 

Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Sekala Niskala Raih Penghargaan Film Terbaik di Berlinale 2018. Kabar membanggakan hadir kembali dari dunia film indonesia dimana film Indonesia kembali berprestasi di pentas sinema dunia. 24 Februari lalu, film “Sekala Niskala” (The Seen and Unseen) karya Sutradara Kamila Andini berhasil memenangkan Grand Prize kategorie Generation Kplus International Jury di festival film internasional Berlinale di Berlin Jerman. “Sekala Niskala” menjadi film panjang pertama dari Indonesia yang berhasil mendapatkan gelar film terbaik di festival film Berlinale. Meraih penghargaan di kategori tersebut, film “Sekala Niskala” bersaing dengan beberapa film lain dari berbagai belahan dunia seperti Prancis, Nepal, dan Italia. Dalam penilaian juri, “Sekala Niskala” meraih Grand Prix atas kekuatan sinematik, puitik serta cakupan akan resiko, autentisitas dan mistis yang disajikan dengan ritmis film yang memukau penonton.

Film ‘Sekala Niskala’ berbahasa Bali dan diperankan oleh para seniman Bali seperti Ayu Laksmi dan I Ketut Rina. Film ini juga didukung oleh koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, serta bekerja sama dengan sanggar-sanggar tari di Bali dalam proses pembuatannya. Film yang akan tayang mulai tanggal 8 Maret 2018 di bioskop Indonesia ini berkisah tentang saudara kembar ‘buncing’ (perempuan dan laki-laki) yang sedang menghadapi kehilangan. Film ini tidak biasa, karena banyak menampilkan tarian dan nyanyian dalam mengungkapkan perasaan dan emosi. Penontonnya pun diajak masuk ke dunia anak-anak yang polos dan penuh imajinasi.

Penghargaan yang diraih film “Sekala Niskala” ini melengkapi sederet prestasi yang sudah diterimanya dari berbagai ajang seperti Toronto International Film Festival, Asia Pasific Screen Awards, Tokyo FILMeX 2017, dan Jogja-Netpac Asian Film Festival. Berlinale sendiri merupakan sebuah festival film kelas dunia yang sudah berlangsung sejak 1951, dan menjadi salah satu ajang yang prestisius dan paling berpengaruh di dunia. Setiap tahunnya Berlinale memutar tidak kurang dari 400 film dalam berbagai kategori, diantaranya, Competition, Generation, Panorama dan Berlinale Short. Sejak 2015, film – film asal Indonesia absen dari gelaran ini, namun di tahun 2018, Sekala Niskala kembali mengangkat nama Indonesia di panggung Berlinale.