ofra voi

ofra voi

23
February

Kerupuk atau Krupuk merupakan makanan ringan. Pada umumnya terbuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sampai matang, kemudian dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering dan digoreng dengan minyak goreng. Teksturnya renyah dan biasanya dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan di Indonesia. Selain digoreng, ternyata kerupuk juga bisa dinikmati dengan cara lainnya yang tidak biasa. Bahkan diolah menjadi makanan lezat bernama capcai atau capjae kerupuk

Capjae kerupuk merupakan makanan khas masyarakat Magelang, Jawa Tengah. Bahan utama capjae kerupuk adalah kerupuk mentah yang belum digoreng. Kerupuk yang digunakan bisa jenis apa saja, asal terbuat dari tepung terigu. Bisa menggunakan krupuk bawang, krupuk udang, maupun lainnya. Kerupuk yang digunakan juga tidak harus utuh, karena juga bisa menggunakan kerupuk yang sudah pecah-pecah. Biasanya dengan kerupuk pecah-pecah bumbu bisa meresap dengan ba

Pembuatan capjae kerupuk tidak rumit. Sebelum dimasak, kerupuk mentah direndam dalam air matang semalam agar kenyal dan empuk. Selanjutnya kerupuk dicuci bersih lalu ditiriskan. Bumbu yang terdiri dari bawang putih, kemiri, merica, dan cabai dihaluskan terlebih dahulu. Kemudian campuran bumbu ini ditumis bersama  kecap, sayur kol, dan daun bawang, termasuk kerupuk mentah. Kini banyak masyarakat yang mengkreasikan capjae kerupuk dengam menambahkan bahan-bahan lainnya, seperti daging ayam, bakso, sosis dan wortel.

Capjae terasa begitu lezat. Kuliner ini paling nikmat disantap selagi hangat, bisa dimakan langsung atau untuk lauk. Biasanya masyarakat Magelang menikmati Capjae kerupuk bersama bubur nasi hangat. Bagi anda yang tertarik menikmati Capjae kerupuk, anda bisa mengunjungi kota Magelang, khususnya Dusun Kradenan, Desa Ambartawang. Disana banyak dijumpai penjual Capjae Kerupuk. Harga makanan ini sangat terjangkau berkisar antara Rp 1.000 hingga  Rp 2.000 per porsi.// Dora

23
February

Rambutan kini tengah merajai toko-toko buah dan pedagang buah pinggir jalan. Pasalnya, musim rambutan di Indonesia sudah dimulai, khususnya di Desa Platar, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Masyarakat Desa Platar mayoritas memiliki pohon rambutan. Melihat potensi lokal ini, membuat tim kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) mencoba mengembangkannya menjadi produk berupa teh dari kulit rambutan. Teh dari kulit rambutan ini diberi nama Teh Kutan.

Koordinator Mahasiswa KKN UPGRIS Desa Platar Sumini Mina Wati menjelaskan, banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari kulit rambutan. Selama ini setelah warga mengkonsumsi rambutan, kulitnya hanya dibuang dan menjadi sampah. Untuk itu, menurut Mina, pihaknya melakukan pembekalan pengolahan teh kulit rambutan, atau Kutan pada ibu-ibu di desa tersebut. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Balaidesa Platar.

Mina menuturkan, cara membuat teh kutan sangat sederhana. Kulit rambutan yang sudah dicuci bersih, dipotong dengan ukuran kecil-kecil, kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering selama tiga hingga lima hari tergantung cuaca. Setelah kering, teh kutan siap untuk dinikmati sesuai selera.

Selain diolah menjadi teh, kulit rambutan juga bisa dibuat sirup. Sedangkan, biji rambutan dapat diolah menjadi emping.

Mina menjelaskan, manfaat kulit rambutan dapat mencegah hiperkolesterol, mengobati diare, anti radikal bebas, menangkal sel kanker, dan dapat sebagai antioksidan untuk mencegah diabetes. Sebab dalam kulit rambutan terdapat kandungan flavonoid atau salah satu jenis antioksidan, tanin yang dapat mencegah atau mentralisasi efek radikal bebas yang merusak, serta saponin yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Disamping itu ekstrak kulit rambutan mempunyai nilai IC50 (ukuran efektivitas senyawa dalam fungsi biologis atau biokimia menghambat) sebesar 20, sehingga dapat menekan 50 persen radikal bebas (DPPH).

Susi Kusumaningtyas, Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga-PKK Desa Platar menuturkan, pelatihan yang diberikan oleh mahasiswa UPGRIS kepada kaum ibu tersebut sangat diapresiasi. Selain dapat memberikan wawasan dalam pemanfaatan kulit rambutan, juga bisa bernilai ekonomis. Ke depannya produk tersebut bisa dijadikan sebagai produk unggulan dari Desa Platar.

23
February

Rambutan kini tengah merajai toko-toko buah dan pedagang buah pinggir jalan. Pasalnya, musim rambutan di Indonesia sudah dimulai, khususnya di Desa Platar, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Masyarakat Desa Platar mayoritas memiliki pohon rambutan. Melihat potensi lokal ini, membuat tim kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) mencoba mengembangkannya menjadi produk berupa teh dari kulit rambutan. Teh dari kulit rambutan ini diberi nama Teh Kutan.

Koordinator Mahasiswa KKN UPGRIS Desa Platar Sumini Mina Wati menjelaskan, banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari kulit rambutan. Selama ini setelah warga mengkonsumsi rambutan, kulitnya hanya dibuang dan menjadi sampah. Untuk itu, menurut Mina, pihaknya melakukan pembekalan pengolahan teh kulit rambutan, atau Kutan pada ibu-ibu di desa tersebut. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Balaidesa Platar.

Mina menuturkan, cara membuat teh kutan sangat sederhana. Kulit rambutan yang sudah dicuci bersih, dipotong dengan ukuran kecil-kecil, kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering selama tiga hingga lima hari tergantung cuaca. Setelah kering, teh kutan siap untuk dinikmati sesuai selera.

Selain diolah menjadi teh, kulit rambutan juga bisa dibuat sirup. Sedangkan, biji rambutan dapat diolah menjadi emping.

Mina menjelaskan, manfaat kulit rambutan dapat mencegah hiperkolesterol, mengobati diare, anti radikal bebas, menangkal sel kanker, dan dapat sebagai antioksidan untuk mencegah diabetes. Sebab dalam kulit rambutan terdapat kandungan flavonoid atau salah satu jenis antioksidan, tanin yang dapat mencegah atau mentralisasi efek radikal bebas yang merusak, serta saponin yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Disamping itu ekstrak kulit rambutan mempunyai nilai IC50 (ukuran efektivitas senyawa dalam fungsi biologis atau biokimia menghambat) sebesar 20, sehingga dapat menekan 50 persen radikal bebas (DPPH).

Susi Kusumaningtyas, Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga-PKK Desa Platar menuturkan, pelatihan yang diberikan oleh mahasiswa UPGRIS kepada kaum ibu tersebut sangat diapresiasi. Selain dapat memberikan wawasan dalam pemanfaatan kulit rambutan, juga bisa bernilai ekonomis. Ke depannya produk tersebut bisa dijadikan sebagai produk unggulan dari Desa Platar.

23
February

Menghadirkan lagu-lagu dari daerah Tidung, Kalimantan Utara. lagu “Bebelin” merupakan salah satu lagu dari daerah Kalimantan Utara yang berbahasa Tidung. Lagu “Bebelin”  ini pernah dipopulerkan oleh penyanyi asal Malaysia, Siti Aisyah. Lagu ini diawali dengan kata inindang yang berarti bernyanyi. Seperti lagu Melayu pada umumnya lagu ini juga disusun seperti lirik pantun yang diulang-ulang dan berisi anjuran untuk mengikuti pesan atau petuah dari nenek moyang, seperti menjaga silaturahmi. “Bebelin”  kembali dipopulerkan oleh Fyka Julya yang memiliki karakter vocal yang kuat. Lagu ini merupakan salah satu lagu daerah dalam album bertajuk Tidung yang didukung oleh Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Tana Tidung, provinsi Kalimantan Utara. Baiklah saudara, selanjutnya mari kita dengarkan sebuah lagu daerah Tidung berjudul “Gurindan De Bibil Umo”.

lagu “Gurindam De Bibil Umo” yang dibawakan oleh Fyka Julya ini diluncurkan pada hari ulang tahun ke 6 Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara pada tahun 2013. Lagu “Gurindam De Bibil Umo” juga termasuk dalam album Tidung. Lagu ini dibawakan dengan sangat apik oleh Fyka Julya.

Suku Tidung di Kalimantan Utara merupakan suku anak negeri Sabah, rumpun melayu yang terdapat di Indonesia dan Malaysia. Tidak mengherankan jika budayanya, termasuk lagu dan musik daerah Tidung cukup kental dengan pengaruh Melayu. Suku Tidung beragama Islam dengan hukum dan adat Melayu seperti suku Banjar, Kutai dan Suku Pasir.

Untuk mengakhiri Pelangi Nada kali ini, kita dengarkan 2 buah lagu yang dibawakan oleh Fyka Julya  berjudul “Dindang Pagun”  dan “Berlayar Kunun”.