Tarian dari NTT (Foto: Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai)
Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) lintas fakultas menciptakan aplikasi FisioMotion untuk membantu masalah kesehatan khususnya pasien fisioterapis. Melalui aplikasi ini pasien fisioterapis dapat melakukan latihan secara mandiri dengan bantuan machine learning berbasis kecerdasan artifisial (AI).
FisioMotion dirancang agar mudah dioperasikan oleh penggunanya. Dengan membuka aplikasi, pasien dapat melihat jadwal latihan yang harus dikerjakan. Kemudian pasien dapat menjalankan latihan dengan menggunakan kamera, lalu sistem dalam aplikasi ini akan membantu mengoreksi jika ada gerakan pasien yang salah.
Salah seorang anggota Tim FisioMotion, mahasiswa Fasilkom UI angkatan 2019 Darren Ngoh di kampus UI, Minggu mengatakan bahwa masalah yang terjadi pada isu kesehatan harus dijawab dengan kemajuan teknologi saat ini.
Darren mengatakan dengan aplikasi FisioMotion ini fisioterapis di klinik atau rumah sakit hanya memvalidasi apakah gerakan pasien benar atau salah. Tim juga mencoba mengaplikasikan Artificial Intelligence (AI)dengan tujuan untuk memvalidasi gerakan pasien tanpa harus ke klinik. Selain itu pengguna aplikasi nantinya juga mendapat feedback secara realtime dalam satu aplikasi.
Darren berharap aplikasi FisioMotion mampu mengurangi antrian terapi offline dan membantu pasien lebih banyak untuk sembuh. Tercatat dalam satu hari, fisioterapis hanya dapat membantu 6-10 pasien untuk terapi. Namun, dengan bantuan aplikasi FisioMotion, fisioterapis dapat memantau hingga 20-25 pasien terapi per hari.
Berkat aplikasi karyanya ini, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) mencuri perhatian hingga terpilih meraih penghargaan People’s Choice Award pada ajang internasional di National University of Singapore (NUS) Medical Grand Challenge 2022.
Umumnya gua-gua yang ada di Indonesia terdiri dari batuan kapur dan berada di lereng bukit, sehingga sering terbentuk stalaktit dan stalagmit. Namun ada salah satu gua di Purbalingga, Jawa Tengah yaitu Gua Lawa, yang termasuk gua vulkanik yang terbentuk dari lava pegunungan aktif yang meleleh dan mengalami pendinginan selama ribuan hingga jutaan tahun. Proses pendinginan lava ini mengakibatkan batuannya keras dan kuat dengan warna hitam tanpa menimbulkan stalaktit maupun stalagmit. Tebal batuan bisa mencapai 50 meter, sehingga tahan terhadap guncangan. Gua Lawa berada di kaki Gunung Slamet, tepatnya di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Tempat ini dinamakan Gua Lawa karena terdapat banyak hewan kelelawar di dalamnya. Gua Lawa atau yang juga biasa disebut Golaga oleh masyarakat setempat, memiliki panjang sekitar 1,5 km dengan ketinggian sekitar 900 mdpl (meter di atas permukaan laut) sehingga udaranya terasa sejuk.
Selain menikmati keindahan alami Gua Lawa, Pemerintah Kabupaten Purbalingga membuat destinasi wisata ini menjadi lebih menarik. Sejak beroperasi sehari setelah lebaran tahun 2018, destinasi wisata ini menyediakan kedai kopi unik yang berada di dalam gua. Dengan munculnya fasilitas tersebut wisatawan yang berkunjung meningkat cukup drastis. Fasilitas ini tentu cocok bagi wisatawan yang ingin melepas lelah sehabis mengelilingi gua. Meneguk secangkir kopi hangat dapat menikmati pemandangan eksotis gua berhiaskan lampu warna-warni seperti merah, biru, hijau, dan lain-lain yang menyala bergantian menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan.
Tak hanya di dalam gua, bagian luar dari kawasan Gua Lawa juga mulai dibenahi oleh Pemerintah setempat. Pintu masuk terdiri atas susunan bata yang sedemikian rupa sehingga menyerupai pintu pada zaman Kerajaan Majapahit. Memasuki kawasan, ada hamparan rumput dan pohon pinus yang rindang. Spot ini memang ditujukan untuk tempat berfoto wisatawan. Karena sudah dikelola oleh pemerintah, akses menuju Gua Lawa cukup mudah. Jika berangkat dari pusat kota Purbalingga, perjalanan yang harus ditempuh sepanjang 27 km. Disarankan berkunjung ke tempat ini dari pagi hari, sebab Gua Lawa buka setiap hari mulai jam 08.00 hingga pukul 17.00 sore. Harga tiket masuknya sekitar, Rp 20.000 untuk hari Senin hingga Jumat sedangkan Rp 25.000 per orang untuk akhir pekan. Sekian Pesona Indonesia dari Voice Of Indonesia.//
Keindahan topografi berupa pegunungan yang berbatasan langsung dengan pantai membawa Desa Wisata Tepus di Kabupaten Gunung Kidul masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Anugerah Desa Wisata Indonesia merupakan ajang pemberian penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kemenparekraf/Baparekraf. Menparekraf Sandiaga Uno saat Visitasi 50 Desa Wisata Terbaik ADWI 2022 di Desa Wisata Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta, 31 Agustus lalu menyatakan Desa Wisata Tepus menyajikan destinasi wisata yang komplit dengan memadukan antara wisata alam dan wisata budaya serta didukung fasilitas yang memadai. Ia berharap desa wisata ini dapat menjadi salah satu desa wisata terbaik dunia. Adapun Desa Wisata Tepus berjarak 70 kilometer dari Kota Yogyakarta dan dapat ditempuh dengan transportasi darat selama kurang lebih 1,5 jam.
Deburan ombak pantai selatan dengan pasir putih di sepanjang bibir pantai membuat wisatawan betah datang ke desa yang dikenal dengan sebutan Dewi Kampus (Desa Wisata Kelurahan Madani Tepus) ini. Kelurahan Tepus sendiri memiliki 12 pantai yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Enam di antaranya dijuluki "Pantai Perawan" karena masih sepi dan belum diketahui banyak orang. Untuk mengunjungi pantai ini, Anda hanya dikenakan biaya retribusi sebesar Rp10.000. Di samping potensi wisata berbasis alam, Desa Wisata Tepus juga kaya akan daya tarik lainnya. Di antaranya kesenian dan budaya yang terus dipelihara, dari seni Jathilan, seni Ketoprak, Karawitan, Rasulan, Bersih Telaga, Kenduri, Kirim Dowa, Nglengani Pari, Pasang Gawar, hingga Larungan.
Desa Wisata Tepus memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Antara lain area parkir, Balai pertemuan, kamar mandi umum, mushala, tempat makan, area WiFi dan homestay. Untuk penginapan atau homestay, ada beberapa pilihan dengan biaya antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000. Atraksi wisata yang bisa dinikmati wisatawan juga tidak kalah beragam. Seperti atraksi wisata buatan yang mengedukasi pengunjung soal berbagai cendera mata dari logam perak, melihat proses membatik dan membuat sendiri batik tulis dengan membayar minimal Rp 75.000, naik jip dengan harga mulai Rp 300.000 dan gala dinner dengan harga mulai Rp 45.000.Di desa Wisata Tepus Anda pun bisa belajar karawitan atau belajar kuliner olahan singkong.