ofra voi

ofra voi

09
July

Selain Danau Toba, ada tempat wisata lain di Sumatera Utara yang juga menarik untuk dikunjungi. Namanya Cagar Alam Dolok Tinggi Raja. Cagar alam Dolok Tinggi Raja di sumatera utara punya luas 167 hektar dan berada di Desa Dolok Merawa, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Dari luas seluruhnya, 4 hektare menjadi lokasi utama mata air panas bercampur belerang.

Sumber air panas ini dikelilingi endapan travertin atau batu kapur yang berada di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Sumber air panas bernama Kawah Putih Tinggi Raja ini menjadi salah satu dari daya tarik wisata Cagar alam Dolok Tinggri Raja, selain Sungai Bah Balaklak dan air terjunnya, serta Danau Lapparan.

Sumber air panas yang mencapai suhu sekitar 90 derajat celcius dari Kawah Putih Tinggi Raja ini berasal dari bukit-bukit kecil yang ada di daerah tersebut. Aliran air panas mengalir diantara bebatuan kapur yang berundak-undak, sehingga menjadikan batuan tersebut menjadi putih bersih seperti salju. Sebagian orang menyebutnya dengan Salju Panas.

Ada dua tempat yang bisa di kunjungi di area obyek wisata ini. Yang pertama adalah bukit kapur yang dilalui oleh aliran air panas yang membuat bebatuan ini menjadi indah dipandang mata. Diatas bukit kapur juga terdapat sebuah kolam alam kecil yang mengeluarkan sumber air panas yang nampak bergelembung dari dasar kolam. Wisatawan dilarang mandi di area itu. Disana juga tampak aliran air panas yang melalui semak-semak pepohonan yang mengering dan berkumpul menjadi satu dan membentuk sebuah danau berwarna biru kehijauan yang amat cantik.

Tempat lainnya yang bisa anda kunjungi ketika ke kawah putih tinggi raja, ada dibawah tebing. Disana anda bisa berendam di airnya. Terdapat sebuah aliran sungai yang sejuk dan air terjun yang mengalir dari bukit di atas menjadikan tempat ini tujuan berendam setelah pengunjung menikmati keindahan air panas diatas. Sumber air panas ini dipercaya mengandung belerang yang baik bagi kesehatan kulit bila dipakai untuk mandi atau sekedar untuk membasuh anggota badan. Karena tak ada warung makanan di dalam cagar alam ini, anda disarankan membawa bekal makanan anda sendiri.

08
July

Keroncong

Published in pop music

Voice of Indonesia dari Indonesia untuk Dunia. Kali ini kami hadirkan lagu keroncong berjudul Tempat Lahirku.

Tanah kelahiran adalah tempat yang tak akan pernah terlupakan. Apalagi bila seseorang lahir dan dibesarkan di sana. Itulah yang diceritakan dalam lagu keroncong karya S. Darmanto ini. Lagu ini menggambarkan tempat lahir yang indah terletak di lereng gunung, diantara sawah dan ladang. Di sana pula sang ayah bekerja mencari penghidupan. Tanah kelahiran tidak akan pernah terlupakan.

inilah Panji Asmoro dengan lagu keroncong berjudul Tempat Lahirku.

08
July

Indonesia menjadi tuan rumah kompetisi barista bertajuk “ASEAN Barista Team Championship 2019” (ABTC19) yang akan berlangsung pada tanggal 25-27 Juli 2019 di JIExpo, Jakarta. Ketua Asosiasi Kopi Specialty Indonesia, Syafudin dalam konferensi pers kompetisi perdana ABTC19 mengatakan, akan ada lebih dari 60 barista ASEAN berkumpul di Jakarta. Hal ini menunjukkan dinamika industri kopi ASEAN dan juga minat kompetitif untuk meningkatkan keterampilan barista ASEAN.

melalui ajang tersebut, Syafrudin optimistis akan mampu mengangkat standar kualitas barista ASEAN, khususnya Indonesia ke tingkat dunia dan bersaing global sekaligus mempromosikan profesi-profesi yang berhubungan dengan dunia perkopian. Ajang itu juga akan dapat memajukan kopi nasional yang pada akhirnya meningkatkan kehidupan petani kopi. Syafudin menambahkan Indonesia memiliki berbagai ragam jenis kopi arabica dan robusta yang bervariasi, dan cukup terkenal dengan kualitasnya.

Indonesia adalah negara dengan letak geografis dan struktur tanah yang cocok bagi pertumbuhan kopi, baik arabica dan robusta. Kedua jenis kopi tersebut, masing-masing mempunyai cita rasa yang tidak dipunyai negara lain. Syafudin mengatakan banyak wilayah di Indonesia yang mengembangkan perkebunan kopi yang masing-masing hasil kopinya memiliki karakteristik unik dan berbeda-beda. Kompetisi perdana ABTC19 itu diselenggarakan oleh ASEAN Coffee Federation (ACF) bersama dengan Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI). Indonesia, diperkirakan akan menurunkan tim empat hingga lima tim, yang dibentuk dari para juara dari perlombaan yang berlangsung sebelumnya.

08
July

Indonesia tidak hanya memiliki tempat wisata alam berupa pantai dan gunung. Dibalik indahnya pantai yang dimiliki Indonesia, terdapat situs purbakala peninggalan zaman batu. Salah satunya adalah Situs Tapurarang yang terdapat di tepi laut kabupaten Fakfak, tepatnya di Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Situs ini seolah menceritakan tentang kejadian masa lalu yang terlukis melalui beberapa cap tapak tangan dan kaki warna merah di dinding goa.

Situs Tapurarang berupa objek lukisan telapak tangan, mata, telapak kaki, lumba lumba, cicak, tumbuhan, daun, wajah manusia, hingga bumerang. Lukisannya terlihat biasa saja, namun cukup menggambarkan manusia dan kesehariannya. Tekhnik lukisannya pun unik karena, objek-objek tersebut dibuat seperti disembur menggunakan tinta berwarna merah dan kuning. Bercak-bercak cat terdapat di tepian masing-masing objek. Bahan lukisan tersebut dipastikan berasal dari pewarna alami. Meskipun demikian, warnanya tetap terjaga hingga saat ini. Warga Kokas menganggap situs ini adalah tempat yang sakral karena anda dapat menemukan kerangka tulang manusia yang dipercaya milik nenek moyang masyarakat Kokas. Pada zaman dahulu masyarakat di sini memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal di tebing, ceruk, tanjung, pohon besar dan gua yang mereka anggap sakral.

Keunikan tempat ini, selain adanya lukisan cap tangan adalah adanya hutan bakau yang subur ditemani dengan air jernih yang mengaliri sekelilingnya bersatu padu dengan tumbuhnya pohon-pohon besar yang rindang. Disini pun anda dapat menemui ratusan spesies burung seperti burung bangau, kakaktua, nuri, cendrawasih, semua hidup di alam bebas dan tidak takut untuk beterbangan diatas kepala anda.

Untuk mencapai situs ini anda harus menempuh perjalan darat dari kota Fakfak menuju dermaga Ubadari. Perjalanannya memakan waktu sekitar 2 jam. Setelah tiba di dermaga Ubadari, anda dapat menumpangi perahu ataupun longboat. Perjalanan air ini akan berlangsung selama 2 jam. Jika air sedang pasang, anda dapat naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Namun jika air surut, keindahan lukisan tebing ini hanya bisa dinikmati dari atas longboat.