Lima mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad), terdiri dari Muhamad Imam Muhajir (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Ajar Faflul Abror (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Regi Admar Yusup (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Sandi Sudjatmiko (Fakultas Ilmu Sosial dan politik), dan Diani Citra Ayu (Fikom), berhasil mengembangkan produk pembasmi jentik nyamuk menggunakan bahan utama dari limbah kulit jeruk nipis. Kelima mahasiswa tersebut mengembangkan produk bernama Jentik Nyamuk Mati (Jemukti). Menurut Imam Muhajir, salah satu mahasiswa yang mengembangkan Jemukti, dipilihnya kulit jeruk nipis, karena melalui penelusuran literatur yang melaporkan bahwa kandungan metabolit sekunder yang aktif terhadap jentik nyamuk banyak terkandung dalam jeruk nipis.
Selain itu, dipilihnya jeruk nipis sebagai bahan utama karena penggunaannya yang meningkat. Hal itu dilihat dari para penjual sari jeruk nipis yang membuang kulitnya begitu saja.
Dengan begitu, selain ditujukan untuk mengurangi jumlah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia, Jemukti juga diharapkan mampu mengurangi limbah kulit jeruk nipis. Jemukti berbentuk tablet dan berfungsi membasmi anak nyamuk atau jentik menggunakan teknologi effervescent. Teknologi ini membuat pengguna tidak perlu membubuhkan pembasmi jentik nyamuk ke genangan air, tetapi cukup dengan mencelupkan tablet tersebut dan secara otomatis akan larut dalam air. Teknologi granul effervescent yang ketika dimasukkan ke dalam air akan muncul gelembung yang membantu kelarutan produk dalam air.
Jemukti terbuat dari bahan alami berupa kulit jeruk nipis yang diklaim lebih aman dari produk pembasmi jentik nyamuk lain yang umumnya menggunakan produk sintetis. Hal itu membuat Jemukti lebih terjamin aman dan dampak negatifnya lebih minim jika air yang sudah dicampur produk itu ditelan oleh manusia. Bahan yang digunakan lebih aman karena dari ekstrak kulit jeruk, sedangkan produk pembasmi jentik nyamuk yang beredar di pasaran dari bahan sintetik yang mengandung organofosfat, sehingga berbahaya pada manusia. Antara.
International Mask Festival atau IMF kembali digelar di Kota Solo sejak 5 hingga 6 Juli 2019 di Pendapi Gedhe, Balaikota, Surakarta. Festival topeng internasional ini merupakan acara tahunan berskala internasional yang mengusung konsep pertunjukan seni topeng dan kerajinan topeng. Sejumlah kesenian ditampilkan, satu di antaranya tarian yang berkisah tentang berdirinya Kerajaan Singo Barong di Alas Lodoyo. Tarian ini dibawakan oleh para penari dari Sanggar Seni Singo Yogo. Ada pula Tari Losari yang dibawakan Sanggar Purwa Kencana. Sementara itu, para penari dari Tedjo Dance membawakan Tari Bapang, dan Tari Topeng 5 Wanda serta Tari Fragmen yang ditarikan para penari dari Sanggar Seni Wijaya Kusuma.
Edisi pesona indonesia kali ini, memperkenalkan salah satu tarian yang ditampilkan pada International Mask Festival, yakni Tari Topeng losari. Tari Topeng Gaya Losari diciptakan Panembahan Losari, atau Pangeran Angkawijaya sekitar 400 tahun yang lalu. Tarian ini pada awalnya diciptakan untuk menyebarkan agama Islam. Dalam penyajiannya, Topeng Losari mengedepankan penokohan dari cerita Panji, berbeda dengan tari topeng di wilayah Cirebon lain yang mengedepankan perkembangan sifat manusia yang menjurus ke nilai filosofis.
Tari Topeng Losari punya 3 ciri khas gerak, yakni gerak Galeyong, pasang Naga Seser (kuda-kuda menyamping lebar) menyerupai sikap Kathakali di India, serta sikap Gantung kaki yang mirip dengan kaki patung Dewa Shiwa sebagai Nataraja dari India yang mengharuskan penarinya memperlihatkan telapak kakinya ke samping.Pusat tari topeng Losari, seperti topeng daerah lain, tak lain terfokus pada kotak yang diletakkan di panggung. Kotak dipercaya memiliki kekuatan supranatural bagi penari. Jadi, ada semacam korelasi gerak tersebut dengan perangkat pertunjukan di panggung.
lagu melayu yang berjudul PURA-PURA dibawakan oleh penyanyi Betharia Sonata, diciptakan oleh Husen Bawafie. Lagu ini bercerita tentang kekecewaan seseorang atas sikap kepura-puraan sang kekasih. Lagu PURA-PURA terdiri dari beberapa bait pantun. Liriknya pun sering diulang-ulang. Meski bercerita tentang kekecewaan hati, musik lagu ini tergolong bertempo cepat dan asyik untuk berdendang dan bergoyang. Lagu PURA-PURA berada di album DENDANG KENANGAN TERPOPULER MELAYU DELI. Betharia Sonata Lahir di Bandung, 14 Desember 1962, terkenal sebagai pelantun lagu Hati Yang Luka yang hits di tahun 90-an. Tak hanya lagu-lagu pop didendangkannya, ia pun bernyanyi lagu-lagu melayu dan daerah.
Babukung adalah sejenis tarian ritual adat kematian Suku Dayak Tomun di Lamandau, Kalimantan Tengah. Tarian ini menggunakan topeng dengan karakter hewan tertentu yang disebut Luha, sedangkan para penari disebut Bukung. Bukung-bukung ini datang dari desa tetangga atau kelompok masyarakat dengan tujuan menghibur keluarga yang berduka sambil menyerahkan bantuan. Melihat keunikan dan keeksotisan Babukung, Pemerintah Kabupaten Lamandau mengangkatnya menjadi salah satu agenda rutin festival budaya bernama Festival Babukung. Festival Babukung sudah digelar sejak tahun 2014.
Festival Babukung tahun ini akan digelar tanggal 17 hingga 19 Juli di Lamandau. Festival ini akan mengangkat dan mempromosikan budaya dan seni tari dalam bukung itu sendiri. Keistimewaan Festival Babukung dengan festival atau ritual kematian lainnya juga terletak pada rangkaian acara. Ada kegiatan-kegiatan lain yang akan diselenggarakan Pemerintah Daerah Lamandau selama acara berlangsung. Mulai dari karnaval topeng, bukung big sale, workshop pembuatan bukung, hingga lomba photography.
Target kunjungan pada kegiatan Festival Babukung Tahun 2019 untuk wisatawan mancanegara berjumlah 250 orang dan Wisatawan Nusantara 10.000 orang. Festival ini sendiri sudah dilaunching pada Press Conference Calender of Event Kalimantan Tengah, pada 18 Maret 2019 kemarin di Kementerian Pariwisata. Menariknya, pada tahun 2015 lalu, Pemerintah Kabupaten Lamandau menggelar event "Festival 1000 Bukung" dan mencatatkan festival ini sebagai penampilan penari topeng terbanyak pada museum rekor Indonesia.