Capaian nilai ekspor Indonesia pada bulan Januari 2018 tercatat sebesar USD 14,45 miliar atau naik sebesar 7,86% dibanding periode yang sama tahun 2017 . Penguatan ekspor didukung oleh peningkatan ekspor minyak dan gas (migas) sebesar 1,10% dan nonmigas sebesar 8,57%.
“Kenaikan ekspor nonmigas periode Januari 2018 merupakan awal yang baik untuk mendukung optimisme pencapaian kinerja ekspor di tahun 2018”, ujar Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita melalui Siaran Pers yang diterima Voice . Kenaikan ekspor nonmigas didorong oleh peningkatan ekspor beberapa produk, antara lain bahan bakar mineral (HS 27); perhiasan/permata (HS 71); besi dan baja (HS 72); bubur kayu/pulp (HS 47); ikan dan udang (HS 03); bijih, kerak, dan abu logam (HS 26); dan pakaian jadi bukan rajutan (HS 62).
Di samping itu, ekspor migas juga mengalami kenaikan yang didorong oleh peningkatan ekspor gas sebesar 20,84%. Menteri perdagangan juga menambahkan bahwa kenaikan ekspor nonmigas periode Januari 2018 didukung oleh peningkatan ekspor ke beberapa negara tujuan ekspor antara lain Arab Saudi (naik 42,8%); Filipina (naik 26,6%); Belanda (naik 24,4%); Bangladesh (naik 24,2%); RRT (naik 23,8%); Jepang (naik 19,5%); dan Amerika Serikat (naik 8,2%).
Sementara itu, ekspor nonmigas yang mengalami penurunan (YoY) antara lain ke India (turun 16,5%); Thailand (turun 5,6%); Vietnam (turun 7,4%); Pakistan (turun 32,3%); Australia (turun 23,0%), dan Spanyol (turun 13,9%). Neraca Perdagangan Nonmigas Surplus USD 182,6 juta Neraca perdagangan nonmigas periode Januari 2018 mengalami surplus sebesar USD 182,6 juta. Pada periode tersebut ekspor nonmigas mencapai USD 13,16 miliar dan impornya sebesar USD 12,98 miliar.
Neraca perdagangan total di bulan Januari 2018 mengalami defisit USD 676,9 juta. Defisit neraca perdagangan total diakibatkan oleh defisit neraca perdagangan migas sebesar USD 859,5 juta. Perdagangan nonmigas dengan India, AS, Pilipina, Belanda dan Bangladesh menyumbang surplus terbesar selama bulan Januari 2018 yang jumlahnya mencapai USD 2,3 miliar. Sementara perdagangan nonmigas dengan RRT, Thailand, Australia, Singapura, dan Jerman menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai USD 2,6 miliar.
Impor Barang Konsumsi, Barang Modal, dan Bahan Baku/Penolong Meningkat Nilai impor Januari 2018 tercatat sebesar USD 15,13 miliar, meningkat sebesar 26,44% (YoY).Kenaikan nilai impor tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan impor barang konsumsi sebesar 33,0% (YoY), barang modal sebesar 30,9% (YoY), dan bahan baku/penolong sebesar 24,8% (YoY).
"Kenaikan impor barang konsumsi mengindikasikan masih kuatnya daya beli masyarakat yang secara bersamaan direspons oleh industri domestik melalui peningkatan impor barang modal dan bahan baku/penolong untuk bersaing memenuhi permintaan domestik maupun ekspor," pungkas Menteri Enggar.
Kenaikan impor bahan baku/penolong menjadikan pangsa barang kategori ini semakin dominan sebesar 74,6% terhadap total impor. Pada Desember 2017, pangsa impor tersebut sebesar 73,1%. Impor bahan baku/penolong yang naik signifikan antara lain suku cadang dan perlengkapan alat angkutan (21,44%), bahan bakar motor (17,21%), serta bahan baku untuk proses industri (8,30%). Sedangkan barang modal yang impornya naik signifikan adalah mobil penumpang (56,06%). Sementara itu impor barang konsumsi yang mengalami penurunan adalah makanan dan minuman untuk rumah tangga turun sebesar 62,70% serta bahan bakar dan pelumas turun sebesar 35,36%./Sekar/Siaran Pers Kemendag