Dalam rangka peringatan 110 tahun Kebangkitan Nasional yang bersamaan dengan Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (RI) bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, dan Kantor Cabang Perusahaan Umum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Surakarta/Lokananta menyelenggarakan pameran kesejarahan yang mengusung tema Jagung Berbunga di Antara Bedil dan Sakura. Kegiatan ini secara resmi dibuka pada hari Kamis, 2 Agustus 2018 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid di Gedung PNRI, Jakarta. Menurut Hilmar, beberapa materi yang dipamerkan adalah materi–materi baru yang sebelumnya belum pernah diperlihatkan kepada publik. Oleh karena itu, pameran sejarah kali ini akan memberikan banyak informasi mengenai masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945.
“Ini pameran kan sebagian dari materinya untuk pertama kali nih diperlihatkan. Ada di beberapa koleksi ya dari Belanda, dari Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, dan kita ingin tentunya agar materi–materi sejarah seperti ini bisa diakses publik lebih banyak. Disamping membuat pameran kita juga menerbitkan buku dan kemudian nanti di Galeri Antara tanggal 14 nih pamerannya. Barusan kita bincang–bincang kayanya bisa dibawa keliling juga pamerannya ke beberapa kota sehingga nanti publiknya bisa lebih luas akses pameran ini. Dia akan memberi informasi yang saya kira sangat penting mengenai penggal sejarah kita tahun 1942-1945 tentang masa pendudukan Jepang.”
Hilmar lebih lanjut menjelaskan, tujuan dari digelarnya pameran kali ini selain memberikan edukasi kepada masyarakat, juga menguatkan hubungan dari hati ke hati antara Indonesia dan Jepang yang telah terjalin sejak lama, terutama dalam aspek budaya. Kegiatan ini diharapkan dapat membuka peluang kerjasama dalam bidang budaya antara kedua negara yang lebih kuat, luas dan dinamis di masa akan datang. Hilmar juga mengatakan, pihaknya telah mendiskusikan terkait pertukaran sumber-sumber sejarah antara Indonesia dan Jepang. Karena masih banyak sumber-sumber sejarah Indonesia yang belum diakses di Jepang.(VOI/Rezha)